Jumat, 05 November 2010

Blog Entry Family Traveler (Review)

Awal mendapatkan buku ini sy kurang tertarik untuk membacanya. Karena sy ngerasa bukanlah orang yang suka jalan2 atau mungkin tak punya banyak kesempatan untuk jalan-jalan. Jiwa sy bukan jiwa petualang kali ya..

Namun, sy berjanji pada diri sendiri ingin membaca dan mereview buku tersebut. Dan tibalah hari itu, saat sy membuka halaman-halaman awal buku tersebut. Dan.. wow! Sy jatuh cinta pada pandangan pertama, sebuah kalimat pembuka yang berbunyi ‘tak usah jauh-jauh mencari, karena sesungguhnya kebahagiaan hanya bisa ditemukan di dalam hati’. Kalimat pembuka itu membuat sy meyakini kalau buku ini bukan sekedar menceritakan tentang kunjungan wisata dari satu tempat ke tempat yang lain, tapi lebih dari itu. Ada makna dalam setiap peristiwa dan hal-hal yang kita temui karena sejatinya ‘setiap orang dan setiap kejadian memang akan menjadi guru, jika kita melihatnya dengan mata ‘seribu’, bukan Cuma dari satu penjuru'.

Bagian pertama buku ini berjudul ‘Fun with Children’, bagaimana menciptakan liburan yang asyik dengan anak-anak, ada banyak tips yang oke, bagaimana mengkondisikan anak-anak agar mereka bisa enjoy mengunjungi tempat yang bukan sekedar arena permainan. Bagaimana agar mereka tak alergi museum dan agar anak-anak tidak bosan dalam perjalanan. Selain itu, juga dikupas dengan sangat menarik bagaimana liburan di rumah, ketika keuangan atau cuaca tak mendukung untuk liburan ke luar. Ternyata kita juga bisa menciptakan liburan yang asyik walau hanya di rumah sendiri. Caranya? Membuat imajinasi luas tak terbatas.

Bagian ke dua tentang Manusia dan Budaya. Bagian ini diceritakan tentang bagaimana dalam satu daerah yang kita kunjungi mempunya budaya yang tak sama. Sy tersenyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana orang Indonesia menjadi primadona di satu kawasan di mana banyak berkumpul makhluk-makhluk cantik dan guanteng. Sepakat banget deh, kalau cantik itu tidak harus putih. (hehe.. membela diri banget.. :p).

Di bagian ini juga diceritakan tentang Dilema Memberi, ternyata yang namanya pengemis ga hanya di Indonesia aja yang buanyaakk.. di Eropa juga. Dan lagi2 dilema ketika memberi sama. Mau ga ngasih kasihan, mau dikasih.. hemm.. seakan membiarkan dia terlena dalam kondisi meminta tanpa bekerja. Tapi bagaimana pun tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. (bagaimana kalau berhutang? Mau dihutangin, banyak yang ga bayar. Kalau ga dihutangin, malah kasian. *OOT nih.. :p)

Bagian ke tiga menyinggung tentang ‘yang ringan dan yang lucu’, Di bagian ini diceritakan yang lucu-lucunya gimana orang Indonesia mendadak jadi seleb di Negara yang bertabur bule di Eropa sana. Sama aja kali ya kalau qta ketemu bule, jadi kayak ngelihat seleb gitu. Selain itu juga ada tips-tips bagaimana mencari pesawat murah, penginapan yang oke dan tentunya juga terjangkau, dan sesuai dengan kodrat wanita yang hobby belanja, memanfaatkan pasar-pasar tradisional. Buat apa lagi kalau bukan buat belanja.:p

Bagian terakhir adalah bagian yang paling sy suka. Spiritualitas. Di sini penulis mencoba memaknai setiap yang terjadi dalam perjalanan mereka. Ada makna yang memang jeli qta amati agar qta bisa belajar dari pengalaman dan membuat kedewasaan qta semakin matang. Seperti pesan yang disampaikan penulis pada anaknya untuk bisa berproses seperti keju ketika mengunjungi museum keju. ‘Tak ada yang instant di dunia ini, anakku. Jangan tiru orang-orang di negeri kita yang kerap tak bisa menghargai proses. Proses itulah yang menghasilkan orang-orang bermutu, seperti keju yang berkualitas nomor satu.

Itulah bagian-bagian yang ada di buku ini. Disajikan dengan bahasa yang renyah dan asyik dan sering lucu juga, membuat sy merasakan ‘lezatnya’ buku ini. benar-benar ga ngebosanin, sy takjub sendiri menyadari betapa cepatnya sy membaca buku ini, padahal untuk buku non fiksi sy sering ogah-ogahan membacanya.

Selain itu buku ini juga menambah wawasan tentang tempat-tempat wisata di Eropa. Dan menyajikan tidak hanya keasyikan ketika berlibur tapi juga hal-hal yang tidak menyenangkannya, karena qta tidak bisa terbang dengan satu sayap. Terbang dengan satu sayap dengan menyenangi yang indah-indah saja, yang menimbulkan rasa suka saja, sesungguhnya tak sempurna. Ingat-ingat hukum alam keseimbangan : ada siang - ada malam, ada senang-senang tentu ada susah juga. Jadi jangan berharap perjalanan akan selalu mulus seperti lewat jalan tol. Sesekali mendapatkan halangan adalah sebuah KEWAJARAN.

Buku yang sangat bagus bukan hanya buat mereka yang suka melakukan perjalanan ke sana ke mari, tapi juga buat siapa saja.. karena sejatinya kita pun setiap harinya melakukan perjalanan walaupun hanya berkutat di titik yang sama. Sebuah perjalanan hidup yang terus berjalan sampai nyawa terlepas dari jasad kita.


Bagian yang sy garis bawahi di buku itu..

Segala sesuatu pasti ada manfaatnya, tergantung bagaimana cari qta memandang. (hal. 3)

Liburan yang menyenangkan dan sekaligus mendidik dan meninggalkan banyak kenangan, tidak harus pergi ke tempat yang jauh dan menghabiskan banyak uang. (Hal. 5)

Cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar adalah melalui pengalaman (Hal. 5)

Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (hayoo.. ini pasal ke berapa dari UUD 1945? ^^)

Kadang hidup tidak menawarkan pilihan, karena jalan hidup sudah ditetapkan. (Hal. 139)

Sabar, kata yang mudah diucapkan namun sulit sekali dilaksanakan. (Hal. 236)

Kalau hendak menuju Tuhan, tak bisa main-main dengan kesabaran. Usaha keras harus dilakukan untuk melatih tumbuhnya si sabar. Sabar bukan hanya sekedar omongan, tapi harus merasuk hingga ke sum-sum tulang. (hal. 245)

Pantas saja tak pernah ada yang orang yang menjual pil sabar, karena harganya memang sungguh mahal (hal. 245)

Ah dunia, semakin maju dirimu mengapa tak lagi kau sisakan rasa malu? (Hal. 251)

Kemarahan dan kekesalan itu punyanya setan, ga boleh berlama-lama qta biarkan bersemeyam dalam hati qta. (Hal. 259)

Aku hanya ingin belajar mendidik hatiku agar tetap ‘nol’, berusaha melewati rasa senang dan susah dengan sama mesranya. (Hal. 260)

Pengalamanku berbicara, di manapun, di tempat seindah apapun, aku tak pernah bertemu dengan yang namanya bahagia ketika hatiku diliputi lara. (Hal. 273)

Wew, banyak juga kata-kata yang sy suka di buku itu.. itu juga belum semuanya.. untuk lebih lengkapnya baca bukunya saja yaa... sy rasa tak akan rugi buat anda ;)


*Terima kasih yang tak terhingga kepada mbak Dee (Rahmadiyanti Rusdi) yang telah menerbangkan buku ini ke Kalimantan tercinta hingga sampai ke tangan sy. Jazakillah khairan katsira mbak.. ditunggu buku-buku berikutnya.. hehe.. ketagihan.. :p.. dan untuk mbak Agnes untuk karyanya yang luar biasa, di tunggu karya-karya selanjutnya..*


Judul : Family Traveler
Penulis : Agnes Tri Harjaningrum
Penerbit : Lingkar Pena PH.
Tebal : 296 halaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...