Rabu, 25 April 2012

[Catatan Perjalanan] Bahasa Asing itu penting!




Tau kan kalau saya adalah orang yang parah bener dalam penggunaan bahasa asing. Kemampuan dan penguasaan yang tak memadai ditambah lagi dengan ketidakpedean yang meraja jadi deh aku akan terdiam seribu bahasa kalau diajak ngomong bahasa asing walau pernah mempelajarinya dulu, di sekolah aja sih :p (Inggris dan Arab)

Ketika harus bepergian ke Luar Negeri, ckckck… kayak sering aja ke Luar Negeri, hehehe… sedikit banyak Bahasa Asing ini mesti saya gunakan juga. Yah, walaupun kali ini rada beruntung deh karena naik pesawat Garuda jadi di pesawat masih aman cuap-cuap pakai bahasa Indonesia. Ga seperti dulu waktu naik Emirats saya harus berpikir keras menerjemahkan apa yang disampaikan pramugari dan berpikir tak kalah kerasnya menyampaikan apa yang kuinginkan pada pramugari. Padahal yang disampaikan juga masih dalam percakapan ringan-ringan saja.


Begitu pun ketika perjalanan Umrah kemarin. Ini kejadian waktu di Madinah, karena kunci kamar cuma satu sementara penghuninya ada 4 orang makanya kunci kamar untuk lebih mudahnya diserahkan di resepsionis hotel aja. Jadi siapa yang terakhir turun, dia yang ngantar, siapa yang pertama datang dia yang ngambil.

Waktu itu saya mau ngambil kunci kamar di resepsionis hotel, lupa kemarin kamar berapa. Oya, kalau ga salah 904. Buat ngasih tau si resepsionis itu kamar 904 aku kebingungan pakai Bahasa apa, Inggris atau Arab. Padahal mudah banget kan Cuma nyebut angka. Tapi tau kah kamu akhirnya saya putuskan dengan bahasa apa? Bahasa Isyarat. Ahaha… Jadinya saya menggunakan jari-jari buat menyebut no kamar. Dan setelah selesai karyawan hotel di balik meja resepsionis itu dengan santainya bilang, "Sembilan Nol Empat"

Alamaaak… saya ternganga sendiri. Tepok jidat. Baru nyadar kalau di Arab ini mereka dah biasa dengan bahasa Indonesia yang pasaran, saking membludaknya dan seringnya jamaah Indonesia Umrah atau Haji. Jadi buat apa saya repot-repot pakai bahasa isyarat kalau mereka ngerti aja Bahasa Indonesia :p

Hal ini juga berlaku buat yang jualan di Mekkah dan Madinah. Jangan khawatir deh ga bisa Bahasa Arab. Karena para penjual di sana dengan fasihnya akan menyebut harga dengan Bahasa Indonesia.

"Sepupul Riyal.. Lima Riyal.."

"Ini Murah Ibu.. Ini Bagus…"

Mereka juga ngerti kalau kita bilang "Mahal" dan langsung bilang gitu deh, "Ini murah Ibu."

Jadi buat mensiasati agar mereka ga ngerti apa yang kita omongkan, bicaralah dengan bahasa daerah. Seperti kami bicara dengan Bahasa Banjar biar ga ketahuan dia bilang mahal. Jadi bilangnya "Larang banar" Hihihihi….

Tapi ada beberapa orang penjual yang justru ngerti dengan Bahasa daerah, di Madinah pernah ada penjual yang ngerti arti salawi. Salawi itu 25 dalam bahasa Banjar.

Dan di Madinah juga ada penjual yang fasih nyebut nama Artis Indonesia.
"Indonesia… Mulan Jameela, Luna Maya.." begitu katanya. Kami pun terkikik geli dan nyelutuk, "Dia belum kenal Syahrini tuh" :p

Eh, kembali ke masalah saya yang gagap bahasa asing itu. So, ga ada masalah kan selama di sana? Alhamdulillah ga ada masalah berarti. Tapi tetap saja jika kita bisa pakai Bahasa Asing itu jauuuuh lebih bagus. Saya kemarin sempat beli kopi di starbucks madinah. Aiiih…. Si penjual ga bisa bahasa Indonesia seperti penjual yang lain. Mungkin karena jarang ya orang Indonesia yang beli kopi di sana. Jadilah saya juga berusaha keras ngasih tau apa yang saya inginkan. Waktu itu saya beli sama sepupu saya Dita, humm… tuh anak padahal mondok di ponpes yang bahasa sehari-harinya Arab dan Inggris, eh disuruh ngomong malah ga mau dan bilang "Lain kak, Bahasa Arab di sini dan Bahasa Arab di Pesantren." Aiiih….

Trus lagi, saya juga ngerasa gagap dalam ngomong pakai Bahasa Indonesia. Nah lho parah bener kan? Mungkin karena selama 5 tahunan ini terbiasanya ya ngomong bahasa Banjar jadinya saya perlu usaha sedikit buat mikir dan bilang ke diri sendiri "Ini ngomongnya bukan sama orang Banjar lho Ti. Jadi pakai Bahasa Indonesia."

Padahal kalau nulis pakai Bahasa Indonesia lancar jaya. Tapi untuk dilisankan agak sulit juga. Jadi emang beda kan ya kemampuan kita di tulisan dan di lisan.

Di Tanah Suci saya juga menjumpai mereka yang pede bener dengan bahasanya. Seperti orang Turki ya. Mereka teruusss aja ngajak ngomong padahal kita udah pasang tampang bingung dan menggeleng-gelengkan kepala tanda ga ngerti apa yang diomongkan. Atau sekalian bilang "Maaf saya ga ngerti." Pakai bahasa Indonesia, tapi tetap aja dia nyerocos. Kata orang sih, ya sahut aja pakai Bahasa Indonesia, biar sama-sama ga ngerti :p

Oya, ada juga kejadian waktu thawaf. Seorang Ibu mencolek bahu saya dan waktu saya melirik ke arah Ibu itu, Ibu itu nanya.
"Pusing berapa?" Saya bengong dan lantas menggelengkan kepala. Maksudnya ya saya ga lagi pusing waktu itu. Saya baik-baik saja. Tapi tetap saja si Ibu itu nyolek saya dan nanya.
"Pusing berapa?" Saya menggeleng lagi. Wong saya gap using kok ditanya pusing berapa. Satu kali pun gap using waktu itu.
Si ibu kembali nyolek saya dan nanya lagi "Pusing berapa?" Dan di pertanyaan ketiga itu saya baru nyadar kalau maksud pusing itu adalah putaran. Jadi maksudnya saya udah berapa putaran thawaf ini. Dan setelah saya jawab dengan jari saya yang menunjukkan jumlah putaran thawaf saya si Ibu, eh Makcik itu baru ga nyolek-nyolek saya lagi. Yup, si Ibu itu dari Malaysia atau Singapore, saya kurang tau lah. Tapi intinya ya beliau pakai Bahasa Melayu.

Yay.. udah 800 kata lebih di tambah 200an kata pagi tadi, jadi udah lebih 1000 kata dunk buat hari ini. Jadinya cukup sekian dan terima kasih postingan ga jelas saya ini. Hehehe….


2 komentar:

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...