Sabtu, 09 Januari 2016

Menemukan Kata-kata

Membaca adalah sarana untuk menemukan kosa kata baru. Setidaknya itulah yang saya rasakan dari hobi kegemaran aktivitas membaca selama ini. Sebenarnya sejak dulu sih sering mememukan kata-kata yang unik atau jarang didengar dan dipakai. Namun sekarang saya mulai menekadkan diri untuk mencatat kata-kata tersebut agar bisa digunakan dalam proses menulis. Jadi, tidak memakai kata yang itu-itu saja.

Ada berapa sih kata yang tercatat di KBBI? #nanyadoang #malasgoogle #KalauMalasGooglingDihitungajadikamus :p

Salah satu kata yang pernah saya temukan dalam buku yang saya baca adalah kata terbeliak. Terbeliak berasal dari kata beliak - membeliak yang artinya membuka lebar-lebar. Kata itu pun beberapa kali saya gunakan dalam cerpen yang saya tulis. Daripada ditulis melotot? Terbeliak sepertinya lebih pas menurut saya.

Kemudian saat membaca karya Windry Ramadina, saya menemukan kenyataan kalau Windry sepertinya sangat mencintai Bahasa Indonesia dan kata-kata. Hal yang membuat saya cemburu. Huh... Cemburu itu tanda cinta kan? Karena itulah saya merasa saya mencintai kata-kata, kemudian menuliskannya di beberapa profil medsos saya. Hehehe…

Dalam karya Windry saya menemukan kata-kata yang biasa ditulis dalam bahasa Inggris dan lebih familiar dengan kita justru adalah istilah asing tetapi Windry menuliskannya dalam bahasa Indonesia. Seperti saat menyebut email, Windry menulisnya dengan surel. Online dengan daring, offline dengan luring serta banyak lagi kata-kata baru yang sesuai EYD yang saya temukan dalam membaca karya Windry.

Ketika membaca What If, saya juga menemukan kata wudu dan salat. Memang seperti itulah yang tercatat di KBBI. Bukan wudhu atau shalat seperti yang biasa kita tulis. Dalam What If saya juga menemukan kata birai yang artinya pagar (dinding) rendah di tepi jembatan (tangga) atau di pinggir perahu. Sebelumnya saya tidak tahu kalau pagar atau dinding tersebut namanya birai.

Saat membaca salah satu buku, saya juga menemukan kata semringah. Hey, bukankah biasanya ditulis sumringah? Setelah saya cek KBBI ternyata yang benar memang semringah yang artinya berseri-seri atau segar. Jadi, setiap membaca sebuah karya saya selalu memerhatikan kata semringah ini. Ada beberapa yang menulis semringah, ada yang masih pakai sumringah. Saya juga pernah menemukan status seorang penulis yang karyanya pernah dimuat di media nasional dia menyebut semringah dengan semringah. Terkadang saya bisa takjub sendiri dengan para penulis dan editor, dalam status facebook saja mereka biasanya sangat memerhatikan EYD. Hal yang menjadi PR besar buat saya yang masih menulis secara serampangan bahkan untuk karya yang harusnya serius memakai EYD. Hiks.

Dua kata yang kerap menjadi perhatian saya juga adalah sekadar dan camilan, bukan sekedar dan cemilan yang lebih familiar buat kita. Sekadar berasal dari kata kadar dan tidak ada kata kedar di KBBI. Begitu pun dengan camilan, bukan cemilan.

Beberapa hari yang lalu, saya juga menemukan kata baru dari status seseorang yang bergelut dengan dunia menulis (membaca status termasuk menbaca juga kan? Hihihi). Kata itu adalah tengara. Yang artinya tanda atau firasat. Itu adalah kata dasar untuk kata menengarai. Menengarai sih sudah sering mendengarnya. Tapi tengara... Wah, itu kosa kata baru buat saya. Tengara lho, bukan Tenggara. Kalau tenggara adalah salah satu nama mata angin. Hihihi….

Semakin banyak hal yang kita baca, seharusnya semakin banyak kosa kata baru yang kita dapat dan kita serap. Sehingga tulisan kita pun jadi semakin bagus dengan modal membaca tersebut. Saya pun masih harus banyak belajar terkait hal ini. Dan ketika membuka halaman pertama buku Ayat-ayat Cinta 2, di kalimat pertama saja saya sudah menemukan kata yang membuat saya membuka KBBI. Kata itu adalah Petala. Apa artinya petala?


Bumi Murakata, 080116
Saat ingin mulai membaca AAC 2


10 komentar:

  1. Kalau saya untuk kata-kata yang ada di KBBI itu ada Distorsi. Entah kenapa saya suka kata ini yang biasanya erat hubungannya dengan fisika. Tapi saya membaca buku yang isinya semua kata-kata macam ini dibuatkan jadi sebuah cerita dan juga puisi, jadi ibaratnya ada sains dalam sastra

    BalasHapus
    Balasan
    1. langsung buka kamus dan cari arti kata distorsi. Ternyata memang banyak makna dari distorsi ya. Memungkinkan buat dijabarkan jadi cerita :D

      Hapus
  2. Baca novelnya Windry, Tere Liye, Dee, Kang Abik mmg banyak nemu kosakata baru. Eh aku punya applikasi Kosa Kata di hp. blm dicoba tapinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuuuul, Teh. Apalagi karya2 sastra yang banyak membuat berkerut kening. Mungkin banyak lagi kata2 baru yg kita dapat. Mau coba lihat2 ah aplikasi kosa kata ;-)

      Hapus
  3. Semakin banyak membaca semakin kita menyadari bahwa ilmu dunia itu sangat luas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak Lusi. Dan apa yang kita ketahui ternyata belum ada apa2nya :D

      Hapus
  4. terbeliak dengan terbelalak sama gak, ya? Kayaknya saya harus cek KBBI juga, nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mbak. Sinonim katanya terbeliak adalah terbelalak *buka kamus juga sih tadi :D

      Hapus
  5. Waduh.. banyak kosa kata baru yang saya belum paham artinya. Cara menulis saya masih jaauuh sekali dengan EYD. Aburadul :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya pun juga begitu, Mbak Lia. Ini pelan-pelan mau ngebenarin dan membiasakan menulis dengan baik dan benar :D

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...