Jumat, 11 Maret 2016

Gerhana Matahari Total di Balikpapan

Sekitar setahun yang lalu, saya mendapat berita itu. Gerhana Matahari Total (GMT) yang akan melewati Indonesia. Ada 11 kota yang akan mendapatkan GMT 100%, salah satunya Balikpapan. Mendapati kabar tersebut tentu saya senang sekali. Balikpapan adalah kota yang dekat dengan saya. Dekat dalam artian sebenarnya secara geografis, tapi juga dekat di hati karena suami berasal dari sana dan mertua saya juga tinggal di sana. 

"Kita ke Balikpapan nanti tanggal 9 Maret 2016, ya," ujar saya kepada suami. Namun, ia tak mengiyakan, juga tidak mengatakan tidak. Ketidakpastian, itulah tepatnya. Dengan pekerjaannya yang bisa ada di daratan dan lautan membuat suami tak bisa menjanjikan apa-apa. 


Beberapa bulan setelahnya, titik terang itu ada. 9 Maret 2016 menurut perhitungan adalah jadwal suami bekerja di tengah lautan. 

"Yaaah... Enggak bisa ke Balikpapan dong?" Tanya saya kecewa. Suami menggeleng. Beberapa kali dalam percakapan dengan suami saya bilang ke dia kalau saya sangat berharap 9 Maret 2016 kami berada di Balikpapan. Tapiii.... Ya begitulah. Suami tidak bisa mengubah jadwal sesuai kemauannya. 

"Kita ke Balikpapan saja. Naik pesawat. Nginap semalam," usul nekad kakak saya pada suatu hari. "Kejadian langka, lho," sambung kakak saya. 

"Ayo." Saya menanggapi dengan antusias. Kemudian menghitung budget, paling tidak satu juta yang harus dikeluarkan untuk satu orang. Namun, rencana itu batal. Sayang duit. Hihihihi.... 

Namun, manusia hanya bisa berencana,  Allah yang menentukan. Awal februari, suami mendapat kabar di malam hari. Ia harus segera ke tempat kerjanya di tengah lautan. Rekan kerja suami yang bergantian bertugas dengannya baru mendapat kabar duka. Sang ibu berpulang, rekan kerja harus segera mudik, suami harus menggantikan. 

Saya? Sediiih. Baru kumpul dengan suami dua minggu tapi harus berpisah lagi. 

"Ambil hikmahnya, dengan begini jadinya tanggal 9 Maret 2016 kita bisa di Balikpapan," hibur suami pada saya. Saya pun mengangguk setuju dan terhibur. Maka jadilah 9 Maret kami ada di Balikpapan. Menyaksikan sebuah fenomena alam luar biasa bernama Gerhana Matahari Total. 

***
Awalnya saya dan suami merencanakan berangkat ke Balikpapan pada hari selasa. Namun, karena suami masih kerja di harivtersebut, rencana kami berubah. Rabu subuh baru akan berangkat ke Balikpapan. Perjalanan memakan waktu kurang lebih dua jam. Berharap bisa tetap ikut melaksanakan shalat gerhana di Balikpapan. 

Dalam perjalanan, tidak ada yang istimewa. Hanya ketika mendekati Balikpapan, ada suasana sedikit berbeda. Beberapa orang terlihat menggunakan baju koko dan para wanita menggunakan mukena menuju mesjid. Ketika sampai di Balikpapan, beberapa ruas jalan terasa lenggang, tetapi ada beberapa titik justru terjadi kemacetan. Titik yang ada mesjidnya. Banyak mobil yang parkir di pinggir jalan. Shalat gerhana dilaksanakan nyaris di semua mesjid yang saya lewati. Suasana mesjid pun ramai dan tampak meriah. 
Suasana selepas shalat gerhana di mesjid At-Taqwa Balikpapan
Target saya dan suami adalah Mesjid At Taqwa atau Mesjid Istiqomah di wilayah Klandasan. Namun, jalanan maceeet. Beberapa ruas jalan juga ditutup. Jadilah kemudian terlambat datang ke mesjid At-Taqwa. Tapi, Alhamdulillah,  masih bisa shalat gerhana. Karena saya sedang berhalangan, jadi saya hanya menunggu di depan. Bisa mendengarkan khutbah dari khatib. Beberapa saat kemudian, prosesi shalat gerhana selesai, jamaah bubar, langit mulai kelam. 
Langit mulai kelam
Menit-menit waktu mulai menuju pukul setengah sembilan terasa menegangkan. Pukul 08.34 WITA adalah perhitungan puncak gerhana akan terjadi. Setiap detik menuju waktu itu, langit mulai berubah. Kelam, bertambah kelam. Matahari pun menunjukkan perubahannya. Mulai berbentuk sabit. Perubahan warna langit semakin kentara. 
Pagi Pukul 08.34 di Balikpapan, 9 Maret 2016
Ketika tiba di detik 08.34, ada seruan takjub terdengar. Di langit, matahari berbentuk cincin. Indah. Indah sekali. Suasana berubah senyap. Semua orang seperti terhipnotis dengan suguhan alam yang luar biasa. Terpana. Menahan napas. Degup jantung menjadi tak biasa. Menakjubkan. Menggetarkan. Suasana hati sungguh tak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Pun dengan keindahan yang terjadi tak bisa digantikan dengan lensa. 
Saat Gerhana
Suara takbir menggema dari seseorang di dekat saya. Allahu Akbar. Sungguh Maha Besar Ia menciptakan langit, bumi, dan seantero alam. Mengatur peredaran tata surya dengan kuasaNya. 

Hanya beberapa detik. Terasa sekejap mata. Matahari kemudian tak lagi berbentuk cincin. Bulan yang tadinya menghalangi sinar sang mentari perlahan mulai beranjak meninggalkan titik garis yang sama dengan sang surya. Suasana perlahan berubah terang. 
Saya dan suami berpandangan kemudian sama-sama tersenyum bahagia. Beberapa kali menyaksikan detik-detik gerhana di youtube, tapi menyaksikan dan mengalaminya secara langsung sungguh berbeda. 

Tadinya saya pikir suasana akan berubah seperti malam, gelap pekat. Tapi ternyata suasananya hanya seperti petang. Tak terlalu gelap, masih agak terang. Namun, memang jelas sekali perubahannya. Saat sebelum gerhana dan pada saat gerhana matahari total terjadi. Ketika mentari mulai kembali bersinar, ponsel saya bergantian berdering. Mama dan Kakak bergantian menanyakan kabar dan suasana di Balikpapan. 
Perbedaan langit sebelum dan saat gerhana

Seperti yang saya bilang sebelumnya, Balikpapan menjadi salah satu kota yang dilintasi dan mendapat GMT 100%. Maka, bentuk matahari seperti cincin bisa disaksikan di kota minyak itu. Alhamdulillah,  langit cerah sehingga perubahan matahari bisa terlihat. Sungguh, pengalaman yang luar biasa. Menakjubkan dan menggetarkan.
Matahari seperti ini terlihat di langit Balikpapan.
Foto dari FB Portal Balikpapan.
Foto dari Peter Tan

22 komentar:

  1. Beruntung sekali bisa menyaksikan fenomena langka tsb mbak. Padahal banyak yang bilang, jangan lihay GMT di balikpapan, lo... ha..ha... di balikpapan nggak kelihatan ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha... Iya, Mbak. Kalau di balik papan enggak kelihatan. Tapi di Balikpapan kelihatan. Hihihi...

      Hapus
  2. Masya Allah ya, gemetar melihatnya. Merindiiing, alhamdulillah ya bisa ikut menyaksikan dan semoga kita makin mempertebal keimanan. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Rabb. Iya, Mbak. Merinding dan gemetar...

      Hapus
  3. Beruntung ya Mbak, menjadi saksi fenomena alam. Keajaiban Allah akan kuasaNya. Aku pikir juga akan gelap gulita seperti malam hari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di beberapa tempat memang seperti malam,Mbak. Mungkin karena Balikpapan cerah jadi spt petang saja.

      Hapus
  4. Allahuakbar, meski di Bekasi hanya beberapa persen saja, tapi perubahan yang mendadak mendung meski terik saja membuat kami di Bekasi ikut merasakan haru sambil tetap menetap di mesjid selama gerhana berlangsung dan baru keluar mesjid setelah selesai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Perubahannya terasa banget apalagi awalnya Balikpapan cerah.

      Hapus
  5. Selamat ya Mbak Yanti, sdh jadi saksi sejarah GMT :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Iya, Mbak April. Alhamdulillah :-)

      Hapus
  6. Aku gak sempat liat. Sibuk di dapur sih. Karena matahariku sedang kelaparan. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihihi... Keluarga sy juga ada yg ketiduran, Mbak, karena malamnya habis datang dari perjalanan jauh.

      Hapus
  7. Wah di balikpapan sampai gelap begitu ya, tapi alhamdulillah di tasikmalaya gak sampai begitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga terlalu gelapnkalau dibandingkan daerah lain, Mbak :-) hanya spt petang saja nih. Tidak spt malam :-)!

      Hapus
  8. fenomena 300tahunan sekali, sayang sekali di bandung gak bisa lihat lgsung, cuma bisa streaming :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahun 83 udah lewat Pulau Jawa kan ya. Kali ini giliran Kalimantan :-)

      Hapus
  9. Alhamdulillaah aku bisa lihat, mbaa. LIhatnya dari lantai 6 di kantor. Luar biasa menakjubkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Takjub ya. Sy berasa berada di dunia lain melihat matahari bentuk cincin :-)

      Hapus
  10. Perasaannya emang beda antara liat langsung dan liat di tv, ikut terbawa suasana.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syahdu gitu ya, Yang. Alhamdulillah akhirnya bisa ke Balikpapan ya kita tanggal 9 maret :-)

      Hapus
  11. Waaa keren, di JOgja belum dapat rejeki liat GMT, cuma lewat tivi aja mbak. hehehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...