Selasa, 02 Agustus 2016

Sabtu Bersama Tere Liye di Balikpapan

Saya sudah mengetahui informasi itu sejak jauh-jauh hari. Informasi tentang kedatangan Tere Liye di Balikpapan dalam rangka meet and greet dan juga launching novel terbarunya yang berjudul Matahari.
Jadwal Roadshow Tere Liye
Pengin datang? Pengin.

Apalagi saya merasa sedang tertatih mengumpulkan semangat menulis. Saya butuh sesuatu yang bisa memotivasi saya untuk rajin menulis. Tapiii... Menjelang hari H ada bimbang dan galau menyertai. Bahkan, saat hari H pun masih saja bimbang. Pukul 8 pagi di hari Sabtu tanggal 30 Juli itu saya memutuskan batal datang!

Pukul 11 siang, saya ngobrol lagi dengan suami. "Yakin tidak jadi datang?" Pertanyaan itu kembali muncul ke permukaan. Bimbang datang lagi. Berpikir ini itu. Kemudian setelah diskusi, saya dan suami memutuskan untuk pergi ke Balikpapan siang nanti sekitar pukul 1 siang. Dengan penguatan kalau tidak setiap saat Tere Liye datang ke Balikpapan. Baiklah... Mari kita berangkaaat.. 

Di kota lain acara dimulai pukul 4 sore, di Balikpapan justru pukul 5 sore. Tadinya saya pikir, waduh ketabrak waktu maghrib nih. Tapi, belakangan saya syukuri karena saya baru datang di Gramed Balikpapan saat mendekati pukul 5 sore. Dan Tere Liye punya cara jitu agar tidak tabrakan dengan waktu maghrib. Oya, FYI, jarak antara daerah tempat saya tinggal dan Balikpapan kurleb 90 km.

Pihak panitia hanya menyediakan kursi yang sedikit, ada 2 baris kursi saja dan semuanya sudah terisi penuh saat saya datang. "Jadi, bakal berdiri selama acara?" tanya saya ke suami. Mendadak kebayang capeknya. Hehehe...

Pukul 5 sore, acara dimulai. MC memandu acara, bla bla bla menyapa penonton. Kemudian dipanggil seseorang yang sudah ditunggu-tunggu. Jeng... Jeng... Jeng..  Muncul seorang pria dengan tshirt berwarna putih. Dialah Tere Liye, penulis puluhan buku yang best seller di mana-mana. Beberapa sudah difilmkan. Penonton tepuk tangan..  Dan sesi tanya jawab antara MC dan Bang Tere Liye dimulai. Oh ya, sebelum dimulai Bang Tere bilang kalau masih ada spot kosong di depan beliau yang bisa ditempati dengan dudul lesehan. Beberapa peserta pun langsung menyerbu duduk ke depan, termasuk saya. Hahaha... Akhirnya bisa duduk :p
Tere Liye di Gramedia Balikpapan
Di awal-awal acara, Bang Tere Liye ngomong apa aja ya? Hahaha... Agak lupa nih. Emmm... Kalau tak.salah ingat beliau bercerita tentang novel Matahari. Tentang serial fiksi yang baru terbit ini. Tentang inspirasi menulis fantasi dan seterusnya dan seterusnya.

Tentang jika ingin menjadi penulis, mulailah dengan menulis 1000 kata setiap hari.  Karena pada dasarnya, kata beliau, manusia modern bisa menulis 1000 kata sehari. Tidak percaya? Coba hitung apa yang kita tulis di berbagai aplikasi chatting, komentar di medsos, dan lain-lain. Kalau dihitung, bisa jadi 1000 kata sehari. Nah, tinggal pindahkan hal itu ke sesuatu media yang bisa menampung tulisan kita dengan lebih terstruktur.

Menulis itu proses. Tere Liye mengaku kalau ia suka menulis sejak dulu, semenjak ia masih kecil. Ia mengirimkan tulisan ke Majalah Bobo namun tak kunjung ada yang dimuat. Mencoba menulis lagi ke berbagai media. Dan kemudian ia menulis novel, pernah ditolak penerbit juga, setelahnya kita tahu siapa Tere Liye hari ini.

Menulis cerita fantasi itu adalah proses mengkhayal. Menciptakan hal-hal yang sepertinya tidak mungkin menjadi bisa diterima oleh para pembaca. Pengetahuan-pengetahuan kecil yang kita miliki bisa menjadi sumber alasan untuk sebuah cerita fiksi fantasi bisa menjadi 'real' di pembaca.

Bang Tere pernah mengajukan survey di fanpage beliau tentang apa sih kekuatan yang ingin dimiliki. Pilihannya saat itu adalah membaca pikiran orang lain, juga memiliki sesuatu seperti kantong doraemon. Kebanyakan memilih opsi membaca pikiran orang lain. Tapi, kata Bang Tere, super hero mana pun tidak ada yang memiliki kekuatan seperti itu. Karena jika punya kekuatan seperti itu, maka cerita akan selesai di halaman pertama karena si tokoh utama sudah tahu tujuan atau hal-hal apa yang diinginkan orang lain.

Opsi kedua diambil, memiliki seperti kantong Doraemon, tapi tidak plek plek memiliki kantong Doraemon juga sih. Dimodifikasi idenya sampai menjadi tokoh seperti Ali yang serba bisa? Iya ya? Karena saya tidak baca serial Bulan, Bumi, dan Matahari jadi saya tidak kenal karakter Ali. Hehehe...

Cara survey itu juga yang sebagian bisa menjadi inspirasi oleh Bang Tere. Maka, Bang Tere beberapa kali melakukan survey di fanpage-nya. Nge-scroll ribuan jawaban sampai bertemu dengan nama Lail untuk tokoh utama wanita bernama Hujan. Juga, ketemu dengan profesi pengemudi sepit di Kau, Aku, dan Sepucuk Angpao Merah.

Usulan pembaca tidak menyebutkan langsung pengemudi sepit, tapi ada pembaca yang mengusulkan sopir angkot. Dari usul itulah Bang Tere memodifikasi ide tersebut. Dari sopir angkot menjadi pengemudi sepit.
Para peserta meet and greet bersama Tere Liye
Kata Mbak MC beliau sudah kehabisan stok pertanyaan, jadi dibukalah kesempatan untuk para peserta bertanya. Saya angkat tangan juga dong. Hahaha... Rugi jauh-jauh datang tidak nanya :p Tapi kesempatan pertama buat bertanya diserahkan bukan buat saya, saya dapat kesempatan kedua.

Penanya pertama bertanya tentang nama Tere Liye. Kenapa memakai nama itu dan mengapa di buku-buku Tere Liye tidak ada profil dan foto? Tentang nama Tere Liye, sudah pada tau kali ya jawabannya. Itu nama asal comot katanya. Setelah mulai terkenal baru mencari tahu arti dari nama tersebut yang ternyata artinya 'Untukmu'.

Tentang tidak ada profil... Hemm... Sepertinya Tere Liye menikmati tidak dikenal oleh pembaca. Karena beberapa kali beliau mengalami hal-hal dari imbas ketidakterkenalan itu. Seperti, saat di pesawat duduk bersebalahan dengan orang yang membaca buku beliau atau di kereta, di depan beliau juga ada yang membaca buku beliau.

Penanya kedua adalah saya. Tadinya saya sudah menyiapkan beberapa pertanyaan dari rumah. Tapi, saya demam mikropon. Hahaha... Saat mikropon dalam genggaman saya mendadak gugup aja gitu. Akhirnya satu pertanyaan saja yang terlontar yaitu 'Kok bisa ya Bang Tere Liye tidak putus asa dalam proses menulisnya?'

Pertanyaan ini tentu saja mewakili apa yang menerpa saya beberapa waktu belakangan. Merasa putus asa dan tak lagi bersemangat dalam menulis. Lalu, apa jawaban Bang Tere?

Bersambung ke part 2


18 komentar:

  1. halah ko bersambung si mba :p sudah gelar tenda padahal disini hahhaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi.. Coming soon mbak lanjutannya. Ditunggu ya :D

      Hapus
    2. Hihihi.. Coming soon mbak lanjutannya. Ditunggu ya :D

      Hapus
  2. Aku belum pernah baca buku Tere Liye yang fantasi lho.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Ga boleh, Mbak. Udah dia sebutkan di awal acara. Ga ada foto bareng :D

      Hapus
  4. Wah kalo aku mending jauh2 dr mikrofon. Soalnya rencana nanya 1 bisa bablas jd 5...😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha.... Kebalikan sama saya ya mbak Lyta. Saya demam mikropon. Gemetar. Hehehe..

      Hapus
    2. Ahahaha.... Kebalikan sama saya ya mbak Lyta. Saya demam mikropon. Gemetar. Hehehe..

      Hapus
  5. Sama nih, aku juga lagi butuh semangat nulis.

    BalasHapus
  6. Yjiaaaah... untung udah lihat videonya... hahaha
    Btw.. salut.. 90 km itu tdk dekat. Wajar sempat galau datang atau tdk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Un. Apalagi udah tiap weekend kami ke Balikpapan. Penginnya kemarin itu istirahat aja di rumah :-)

      Hapus
  7. senangnya dapet ilmu dari idola... tapi sayang gak bisa foto bareng.., takut pada berebut kali mba..he2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga dibolehin foto bareng mbak.. Kecuali sama anak kecil. Emang gitu katanya Bang Tere. Hehehe...

      Hapus
  8. Klo aku lagi putus asa dengan nulis biasanya inget2 lagi tujuan awal nulis buat terapi jiwa. Karena sempet vakum nulis brp hari aja jadinya kayak kebanyakan pikiran gitu yang nggak tersalurkan. Intinya sih nulis buat have fun, berbagi ilmu mb. Selebihnya seperti dikenal atau dapat uang dari nulis itu bonus aja. Kalo tere liye orangnya emang suka nulis banget ya. Produktifnya terjaga. Satu yang aku tahu waktu baca postingab istrinya di blog, dia beli rumah dari royalti buku. Sebelumnya dia ngontrak selama bertahun2. Semua lelahnya terbayar dengan nggak putus asa dalam menjalani proses. Semoga mb yanti jg ga lelah dalam menulis ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Buat happy2 ya kita nulis. Eh blog istrinya alamatnya di mana mbak? Jadi kepo. Hihihi... Iyaa.. Kelihatan kalau Tere Liye cinta banget sama menulis. Aduh pengin juga beli rumah dari nulis. Padahal nulisnya masih malas2an. Hehehe...

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...