Kamis, 13 Oktober 2016

Tentang Cerpen Sepasang Mata Rindu

Sepasang Mata Rindu, judulnya. Judul yang tak direncanakan karena saya temukan selepas tuntas menulis cerpennya. Cerpen ini sendiri bermula dari tantangan untuk menulis cerpen remaja di Kelas Penulis Tangguh. Saat itu tema yang disodorkan tentang fobia. Bersama beberapa teman, saya kemudian membahas tentang fobia. fobia apa saja yang tak awam dan bisa dijadikan cerita.

"Ada fobia rindu enggak?" Tanya saya saat itu.

Mengapa saya menanyakan hal tersebut? Karena saya sedang tersengat rindu. Kata orang rindu itu indah, namun bagiku itu menyiksa. Begitulah yang dikatakan oleh Teh Melly lewat lagunya Bimbang. Dan... Saya merasakan itu. Rindu yang menyiksa. Kerinduan saat itu berdentam-dentam di dalam dada dan ingin dituntaskan tapi belum bisa. Saya tidak menikmati saat rindu itu tiba tapi justru mencoba menghindarinya.


Saya masih ingat proses menulis cerpen tersebut. Terjadi di hari minggu. Saya membeli gado-gado saat mau menuliskannya. Ketika penjual gado-gado bilang kalau saya akan menunggu lama karena antrian pembeli yang panjang, saya langsung menjawab tidak mengapa. Justru saya senang, dengan begitu saya bisa punya waktu menulis di ponsel saya. Maka, mulailah saya mengetik di tengah keramaian warung gado-gado.

Di perjalanan pulang selepas membeli gado-gado, saya terus kepikiran dengan Alina dan kisah hidupnya. Alina nama yang saya pakai sebagai tokoh utama di cerpen saya. Maka, ketika sampai ke rumah, gado-gado tidak langsung saya santap tapi saya masuk kamar dan menyelesaikan cerpen yang belum tuntas itu.

Menulis cerpen Sepasang Mata Rindu ini penuh kebaperan. Setelah saya mengurung diri di kamar, saya sesenggukan sendiri menyelesaikan cerpen ini. Ketika mengedit cerpennya, kembali saya mewek cantik. Membaca ulang tulisan setelah selesai diedit... Et dah.. Nangis lagi. Hahaha... Entah berapa banyak air mata saya tumpah karena cerpen ini.

Cerpen ini sebagian memgambil setting boarding school. Ketika menulisnya saya membayangkan boarding school tempat sepupu saya sekolah. Saya pernah beberapa kali ke sana. Ketika pertama kali ke sana, saya merekam aktifitas pulang para siswa. Di mana mereka banyak dijemput menggunakan mobil-mobil dan mereka keluar dari asrama dengan menggeret koper. Ketika melihat pemandangan tersebut, saya berujar dalam hati, suatu saat akan saya jadikan setting cerita tempat ini.

Salah satu nama yang saya pakai dalam cerita adalah Dinar. Salah satu atlet badminton Indonesia bernama Dinar Dyah Ayustine. Saya meminjam namanya. Nama Dinar saya jadikan tokoh cerita pada cerpen ini walau bukan tokoh utama.

Pernak pernik lain yang saya gunakan di cerita adalah sup iga sapi, karena pada saat tersebut saya memang suka menyantap sup iga. Kalau dijabarkan satu-satu bakalan panjang deh ya. Intinya... Cerpen walaupun kisah fiksi tapi penulis sering memasukkan bagian cerita kehidupannya di sana. Walau tak semuanya. Bisa sedikit, bisa juga banyak. Karena itulah ketika membaca karya fiksi saya suka menebak-nebak bagian mana yang kisah penulisnya untuk kemudian baper sendiri gara-gara sotoy tersebut :p

Cerpen ini saya kirimkan pada bulan April. Di pertengahan Agustus, pada saat saya ber-euforia dengan kemenangan Owi Butet di Olimpiade, saya mendapatkan kabar dari Mas Farick Ziat kalau cerpen saya masuk daftar antrian.

Hari ini ketika membuka Gadis terbaru, saya mendapati ada cerpen saya di sana. Di Majalah Gadis No. 21 tahun 2016. 
Cerpen Gadis
Baru kemarin saya bikin postingan dengan menyebut kalau lama tulisan saya tidak nongol di media, Alhamdulillah hari ini menemukan tulisan saya di media lagi. Hemm… Kalau lama enggak dimuat sepertinya perlu bikin postingan sejenis. Hahahaa…. Kalau lama enggak nongol, nulis dan kirim lagi dong, Yan :p


28 komentar:

  1. Y ampun mba keren banget siy cuman abis beli gado-gado lalu meramu cerpen dengan apik sampe masuk majalah. Selamat y mba ^^
    Emang bikin betah klo mampir sini, bisa mendorong semangat buatku mencoba nulis cerpen dengan harapan tembus media ikuti jejak mba hehhee..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idenya udah ada sejak malam, Mbak. Cuma nulisnya baru dimulai sambil ngantri beli gado2. Hehehe... Ayo mbak semangat. Saya juga semangatnya suka naik turun :D

      Hapus
  2. adi semacam mantra ya mba, tulisan gak nongol2, lalu bikin postingan ttg itu, tiba2 besoknya muncul hehe... Selamat ya mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... Iya, Mbak. Pemancing gitu ya, Mbak. Postingannya mancing buat nongol :D

      Hapus
  3. Alhamdulillah...#JarBangJarwo...:D.

    Selamat yak Mbak. :)

    BalasHapus
  4. perkataan adalah doa, cling langsung nongol di media :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha... Iyaaa, Mbak. Aamiin... Semoga pemancing karya yang lain buat nongol juga :D

      Hapus
  5. Selamat Mbakkk

    Nunggunya lumayan juga ya :D tapi begitu dimuat dan tahu ilustrasinya pasti senengnya itulo ...

    kayaknya pernah baca cerpen ini ya di PT.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Ko. Ini pernah di PT. Makasiiih Koko.. Buatku ini masih ga lama nunggunya. Hihihi... Pernah yang lebih lama lagi. Iya, senang lihat ilustrasinya :D

      Hapus
  6. Keren mbak :). Baru tau ternyata penulisnya sendiri sampai nangis-nangis ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka baper saya, Mbak. Jadi, suka lebay deh nangis2. Hehehe....

      Hapus
  7. Mau donk diajarin nulis cerpen biar gak kaku kayak aku punya :)

    BalasHapus
  8. Mba yg satu ini memang keren kalau masalah nulis,, kalau saya biki tulisan satu paragrap aja udah kehabisan kata,,

    BalasHapus
  9. Balasan
    1. Ini lagi nulis. Nulis reply komen. Xixixixi....

      Hapus
  10. Cerpen ini sungguh sangat apik tenan mba... butuh waktu lama dong ya untuk menulis cerpen ya ng bagus dan bisa masuk majalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lama nunggunya dan lama cari idenya sih, Mas. Trus lama juga bapernya. Hehehe...

      Hapus
  11. Fiksi yang dibiat berdasarkan pemgalaman penulisnya, emang bisa memberi ruh terhadap tulisan... ga heran kalau dimuat di majalah hihihi congrats ya mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiih, Mbak. Kalau isinya ga sesuai pengalaman saya. Hehehe... Asli ngayal. Cuma beberapa pernak pernik cerita yang ada cerita sy di dalamnya :-)

      Hapus
  12. Alhamdulillah, emang mbak Yanti fokusnya sama tulisan fiksi ya, ayo mbak ta' doain fokus nulis buku, udah masanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Lidhaaa... Saya penulis asongan. Hahaha... Apa yang bisa ditulis, ayo, kita tulis. Akibatnya jadi ga fokus ya :D nulis buku sedang diperjuangkan :D

      Hapus
  13. Mba hairi hebat, nulis cerpen sampe ditulis di media ... Idenya ternyata bs dri mana aja yaa. Mba, gmn cara kirim karya ke majalah gadis? Via email bs kah? Berapa karakter n ukuran huruf serta spasi berapa?
    Makasih ya
    Salam
    Dipi-bandung- www.dipiwarawiri.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Via email. Ke email GADIS.Redaksi@feminagroup dot com. Untuk cerpen 6-7 halaman folio. Tulis identitas lengkap, nomor rekening juga :-)

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...