Minggu, 09 Oktober 2016

Workshop Menulis Tulis Nusantara Tahun 2012

            Facebook emang doyan ya membuka kenangan lama lewat fitur ‘See Your Memories’-nya itu. Terkadang saya malu sendiri dengan status dan catatan alay zaman dulu. Hihihi… Tapi, terkadang juga ada kenangan yang membangkitkan semangat atau seperti mencubit diri sendiri. Seperti hari ini, kenangan yang muncul justru adalah liputan saya untuk acara workshop Tulis Nusantara di Balikpapan beberapa tahun yang lalu.

            Tulisan liputan itu saya tulis di blog lama saya di wordpress, dan sekarang saya pindahkan ke blog ini saja. Jadi, ini bukan workshop baru ya, tapi workshop lama yang diadakan pada bulan Desember tahun 2012.
Worksop Tulis Nusantara
            Ketika itu, pada saat workshop ada acara yang namanya sharing session yang diisi oleh Mbak Windy Ariestanti. Pada bagian itu mbak Windy memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya apa sih selama ini yang menjadi kendala dalam hal menulis atau bertanya tentang hal-hal lain yang menyangkut kepenulisan. Daripada saya ngoceh enggak karuan, lebih baik kalian yang bertanya dan saya yang menjawab, kata mbak Windy. Kesempatan bertanya ini tak disia-siakan begitu saja oleh para peserta, banyak yang bertanya dan mbak Windy menjawabnya.

Ada beberapa catatan saya terkait sharing session tersebut, yaitu :
Pertama, masalah utama kebanyakan penulis itu adalah MALAS. Yah, malas. Itu saja. Tapi saking kreatifnya para penulis ini hingga kata-kata malas ini kemudian diterjemahkan dalam bentuk lain seperti ‘saya lagi enggak mood’, ‘saya kehabisan ide’, ‘saya merasa tulisan saya ga bagus’ dan hal-hal lain yang intinya sih sama… MALAS buat menulis.
Sebenarnya apa pun bisa kita jadikan sebagai bahan tulisan, bahkan ketika kita bingung saja bisa kok jadi tulisan. Tulis saja tentang kebingungan itu sendiri. Tapi jangan secara gamblang bilang ‘Saya bingung’. Tapi jelaskan tentang kebingungan itu tanpa mengikutsertakan kata bingung tapi pembaca paham kalau kita sedang bingung. Show not tell.
Misalkan gini, kita tulis : ‘Hari ini ada acara workshop menulis, beruntung sekali Balikpapan menjadi salah satu tempat yang disinggahi workshop tersebut. Pengin banget ikutan karena saya tahu ini adalah kesempatan langka. Tapi di saat yang sama, saya diajak teman untuk ngemall dan kesempatan kami buat ketemuan cuma hari ini saja. Bagaimana ini? Apa saya mesti ikutan workshop atau ketemuan sama teman? Mungkin jawabannya mudah, ajak saja teman saya ketemuan di workshop sekalian gitu ajakin dia ikutan workshop. Tapi teman saya orang yang sama sekali tidak tertarik dengan yang namanya menulis. Bagi dia di hari libur mall adalah harga mati.’ 
Kata sifat adalah kata yang harus dihindari oleh penulis. Show not tell.
Kedua, tentang memperkaya kosakata. Di sini mbak Windy memberikan tips buat memperkaya kosakata kita. Karena menurut beliau para penulis sekarang malas sekali buat mengulik kamus. Jadi bagaimana tips memperkaya kosakata ala mbak Windy, setiap hari buka kamus secara acak dan tunjuk satu kata di sana juga secara acak. Setelah menemukan kata yang dimaksud buat kalimat dengan kata itu.
Sharing Session bersama Mbak Windy Ariestanti
Selain melatih kita membentuk kalimat, itu juga akan memperkaya kosakata yang kita punya karena sangat memungkinkan kata yang kita pilih secara acak adalah kata baru yang belum kita ketahui sebelumnya atau sudah tahu tapi sangat jarang kita gunakan. Tips yang bagus.

Mbak Windy juga menyebutkan kalau dalam komputer beliau ada satu folder yang berisi paragraf-paragraf yang tak terpakai. Jadi begini, selepas menulis biasanya mbak Windy akan mengedit ulang tulisan tersebut dan tentu saja akan ada paragraf-paragraf yang didelete. Eitsss…. Jangan pernah men-delete-nya tapi simpan dan kasih keterangan di cerita apa paragraf itu pernah ada karena bisa jadi suatu saat jika kita membuka lagi paragraf tersebut kita akan membentuk cerita baru dari situ.

Trus hemm, ketiga kali ya… Ini tentang riset. Ada peserta yang bertanya kalau dia kesulitan gitu menulis karena bahan yang dia punya tentang tulisan tersebut belum cukup. Mbak Windy bilang cara paling mudah untuk menulis adalah cari bahan yang benar-benar kita kuasai. Dengan begitu kita mudah buat menuliskannya. Tapi bukan juga kita harus berhenti kalau bahan-bahan yang kita punya tak memadai, masih bisa kok melakukan riset. Jika sudah mentok, ya diamkan dulu karena kita bisa saja akan kembali ke cerita kita tersebut dan kembali menuliskannya dengan bahan yang lebih banyak dari yang kita punya sebelumnya. Intinyaaa…. Jangan malas.

Trusss…. Jangan sesekali menulis sembari mengedit karena hal itu akan membuat tulisan kita tak pernah selesai. Jadi ketika menulis, tulisss saja apa yang ada dalam pikiran kita, endapkan sebentar baru diedit.

Menulis itu adalah Tindakan. Jika kita tidak menulis yang tak akan bisa jadi penulis. Jika kita hanya bisa menceritakan tentang ide-ide kita itu tidak akan menjadikan kita sebagai penulis tapi pencerita.

A bad writing in your hand is better than a masterful writing in your head

***

Setelah sharing session, acara dilanjutkan dengan materi workshop. Materi workshop diisi oleh mas Arief Ash Shidiq dari plot point. Yang disampaikan Mas Arief saat itu adalah tentang premis.

Premis itu beda dengan ide cerita walau pada ujungnya dianggap sama. Premis lebih diartikan sebagai permasalahan dasar yang ingin dijadikan cerita. Pengertian tentang premis itu saya dapatkan dari twitter gradien, karena saat mengikuti audisi di penerbit tersebut kami diminta menuliskan premis dan kemudian ada kultwit dari penerbit gradien tentang premis tersebut.

Sebelum mulai menulis kita harus menuliskan premis tersebut, itu juga senada dengan apa yang disampaikan mbak Windy pada sharing session.
Pada materi workshop, mas Arief meminta kami buat bersama-sama membentuk satu premis dengan seorang tokoh laki-laki. Cuma awalnya itu, seorang tokoh laki-laki, yang kemudian mas Arief meminta para peserta untuk menyumbangkan saran berapa usia laki-laki tersebut. Ada banyak saran dari 25, 22, 30 yang akhirnya diambil 30 tahun.
Mas Arief sedang menyampaikan materi
Kemudian mas Arief melempar lagi pertanyaan siapa kira-kira nama laki-laki tersebut, ada yang mengusulkan Bambang dan Joko yang kemudian diminta mas Arief memakai nama yang lebih menjual. Punten buat yang namanya Bambang dan Joko. Ada yang mengusulkan Herlan, Andre, Fauzan dan kemudian diambil nama Danar.
Lalu kira-kira apa yang dihadapi seorang laki-laki, 30 tahun, namanya Danar dan anggaplah dia bekerja di bidang Jurnalistik. Para peserta berebut memberikan pendapat, ada yang bilang masalah yang dihadapi oleh laki-laki seperti itu soal kemapanan, ada yang bilang soal jodoh. Mas Arief bilang laki-laki usia 30an biasanya sudah menikah dan punya satu anak. Para peserta protes dan ya ya akhirnya disepakati masalah menikah lah yang akan diambil sebagai konflik inti dari seorang Danar tadi. Danar sudah siap menikah.
Kemudian apa sih yang kira-kira bisa jadi penghalang untuk dia menikah hingga itu bisa jadi konflik cerita. Cari penghalang yang benar-benar membuat dia tak bisa berkutik dan cari alasan juga kenapa dia benar-benar ingin menikah. Kemudian didapatlah konflik si Danar ingin menikah tapi terhalang oleh kakaknya perempuan yang belum juga menikah sementara sebagian adat ada yang bilang tabu gitu kalau melangkahi kakak perempuan. Dan si Danar itu terdesak buat menikah karena pacarnya hamil. Naudzubillah…. Bener-bener bukan untuk dicontoh cerita ini.
Jadi, kunci bikin premis yang kuat itu adalah somebody want something very badly but having a hard time getting it
Kemudian peserta dibagi beberapa kelompok, yang masing-masing kelompok diminta untuk menuliskan premis yang kuat dari seorang tokoh berusia 15 tahun, wanita, yatim. Silakan masing-masing kelompok membuat premis dengan kunci seperti yang sudah dijelaskan seseorang yang sangat menginginkan sesuatu yang jika tidak dipenuhi sesuatu itu maka dia akan ‘mati’ tapi ada sesuatu yang menghalanginya. Mati yang dimaksud tentu saja bukan saja dalam artian mati secara fisik. Bisa juga mati gaya. Wekekeke…
Kelompok kami pun mulai berdiskusi, mulai dari nama yang kami sematkan yang kemudian nama yang dipilih adalah Keira. Ketika mendengar nama yatim, mungkin orang akan berpikir tak punya ayah kemudian kehidupan ekonomi yang sulit maka kami putuskan keluar dari pikiran orang banyak dan memilih Keira tokoh kami tersebut adalah orang kaya. Nah, apa yang sangat diinginkan gadis, 15 tahun, yatim, bernama Keira yang kaya raya ini?
Setelah melalui diskusi yang cukup alot akhirnya diputuskan kalau Keira kami ini pengin sekali mengadakan pesta ulang tahun secara meriah karena tidak mau kalah dengan saingannya tapi ibunya sibuk dan menentang ide ulang tahun Keira ini.
Masing-masing kelompok kemudian diminta mas Arief buat menyebutkan premis masing-masing dan dikoreksi mas Arief.
Koreksi pertama seperti yang sudah saya sebutkan di atas ya. Diminta untuk membikin sesuatu yang diinginkan betul-betul oleh si tokoh, jika tidak tercapai dia mati. Oke, karena premis yang kami gunakan sudah memenuhi syarat, jadi tidak ada koreksi berarti oleh mas Arief untuk premis kami.
Selanjutnya mas Arief kembali memberikan tips lanjutan. Untuk membentuk suatu premis yang kuat, maka ‘musuh’ dari tokoh utama itu bukan keadaan tapi orang yang menghalangi si tokoh. Musuh yang baik itu adalah musuh yang bisa mikir dan bertindak. Yang dimaksud musuh adalah yang menghalangi si tokoh untuk menggapai yang diinginkannya walaupun misalkan musuh ini bukan tokoh antagonis.
Mas Arief kembali meminta para peserta untuk mengoreksi premisnya sesuai dengan tips lanjutan. Kami beruntung sekali karena sejak awal sudah memberikan musuh yang bisa mikir dan bertindak yaitu Ibu Keira, jadinya tak ada editan khusus untuk hal ini dan mas Arief juga mengacungi jempol buat premis kami.
Tips selanjutnya buat membentuk premis yang kuat adalah musuh yang baik itu yang punya alasan kuat kenapa harus melakukan (mengahalangi keinginan si tokoh) itu. Kalau dia tak melakukan itu maka musuhnya itu juga akan ‘mati’.
Kembali mas Arief meminta kami buat mengoreksi premis yang kami buat. Dan kami pun mulai berdiskusi kenapa Ibunya Keira tidak mengizinkan Keira merayakan ultah secara mewah. Yang kemudian diambil pendapat bahwa Ibunya Keira tidak mengizinkan Keira merayakan ultah secara mewah karena ibunya sibuk mengurus perusahaan peninggalan ayahnya Keira yang berada di ujung tanduk dan hampir bangkrut, sementara ibunya tak ingin mengatakan kenyataan ini pada Keira karena ga ingin Keira jadi kepikiran. Yesss…. Premis kami kembali diacungi jempol oleh mas Arief. Artinya premis kami cukup kuat dunk. Narsisssss…. Thanks buat tim yang kompak abisss…
Kalau masih bingung tentang premis, coba saya contohkan ya premis yang sudah melegenda. Siti Nurbaya kali ya enaknya…
Jadi Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri ingin sekali menikah tapi terhalang oleh Datuk Maringgih yang juga ingin menikahi Siti Nurbaya dan orangtuanya Siti Nurbaya punya hutang besar yang akan segera lunas kalau Siti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih.
Premisnya kuat banget kan? Ckckckck… Kaguuum deh…
Tips pertama kan Si tokoh sangat ingin melakukan itu dan kalau tidak dia bisa mati. Nah, Siti Nurbaya sangat ingin menikah dengan Syamsul Bahri karena dia cinta banget gitu dengan Syamsul Bahri, kalau ga menikah dengan Syamsul Bahri dia bisa mati gaya. Ahahaha… Mati rasa mungkin ya. Apalagi Syamsul Bahri juga cinta sama si Siti.

Tips kedua, bikin musuh dari tokoh utama itu bukan keadaan tapi yang bisa bertindak dan mikir. Tunggu-tunggu, yang jadi musuh Datuk Maringgih atau orang tuanya Siti Nurbaya sih? Perpaduan keduanya kali ya. Dan keduanya bisa bertindak dan mikir. Udah klop premisnya.

Tips ketiga, bikin alasan kenapa si musuh ingin menghalangi keinganan si tokoh utama kalau tidak dipenuhi dia akan mati. Nah, orangtua Siti Nurbaya kan berhutang dengan Datuk Maringgih yang jika si Siti tidak dinikahkan maka mereka ga bisa bayar hutang dengan dinikahkan maka hutang lunas.

Sepertinya begitu ya? Kalau saya salah, tolong dikoreksi ;-)

Yang kemudian saya tarik pelajaran dari semua ini, bahwa ide cerita itu bisa berasal dari hal yang paling sederhana. Dari seorang tokoh wanita misalkan, umur 15 tahun, yatim. Cari kira-kira apa yang menjadi masalah utama pada gadis-gadis umur 15 tahun. Cari hal yang bisa sangat diinginkan oleh seorang gadis 15 tahun kemudian cari alasan kuat kenapa dia sangat menginginkan itu, cari musuh yang menghalangi keinginan itu dan cari alasan kuat kenapa si musuh menghalangi.

Kuncinya : somebody want something very badly but having a hard time getting it.

Nah, itulah liputan saya untuk acara workshop menulis Tulis Nusantara beberapa tahun yang lalu. Kangen deh ikutan acara-acara sejenis yang bisa membangkitkan lagi semangat menulis. 



14 komentar:

  1. Eh tapi aku paling suka kalo facebook sudah memunculkan kenangan masa laluku. Karena bisa jadi bahan tulisan baru lagi. Jadi serasa disodorin ide tulisan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya suka malu, Mbak... Yang lama2 tapi, banyak alay dan galaunya. Semacam nunggu hujan turun pun dibikin status *tutup muka*

      Hapus
  2. Wah... banyak ilmu baru nih. Ilmu menulis ini rasanya kok gak pernah ada habisnya. Yang kerasa ada habisnya itu paling-paling ide untuk nulis. Kalo udah stuck gini, aku biasanya diem aja. Jadinya makin macet. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya mbak Nia. Ilmu nulis ga ada habis2nya. Tapi tetap semua ilmu yang penting dipraktekin ya mbak. Saya juga sering stuck euy :(

      Hapus
  3. Waahhh... ada tulisan ttg windy. Sukaaa bangat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Semangat betul mbaknya. Pengalaman di dunia menulis juga top :-)

      Hapus
  4. Aku suka banget bagian ini mba "Menulis itu adalah Tindakan. Jika kita tidak menulis yang tak akan bisa jadi penulis. Jika kita hanya bisa menceritakan tentang ide-ide kita itu tidak akan menjadikan kita sebagai penulis tapi pencerita" kadang memang betul MALAS adalah penyakit yang ga ada obat realnya kecuali komitmen pada diri sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami saya sering bilang gitu tuh mbak kalau sy bilang lagi malas. Malas itu ga ada obatnya katanya. Hehehe...

      Hapus
  5. kadang stuck dan bingung
    aku kebanyakan ide tapi nuanginnya g ada tenaga huhuhuh
    tapi emang bener ya kudu nulis kalau g nulis ya g jadi2
    jadi dengan disinetronin (very badly) sebuah cerita itu akan lebih hidup ya. iya sih ya kalau datar aja males juga yang baca atau lihat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mbak. Kadang ide2 itu berputar di kepala ya. Tapi malas nulisnya. Saya pun sering begitu. Iyaa. Konfliknya harus kuat biar ceritanya juga kuat. Tapi jangan lebay seperti sinetron juga kali ya :D

      Hapus
  6. Kalau saya selain Malas, ada Malu juga Mba..hehe.. Tapi itu dulu sih..waktu pertama dibikinin blog ini. Saya ngerasa tulisan saya jelek..padahal di otak saya idenya banyaaak.. Yah persis seperti kalimat apa itu tadi yg masterful writing in your head itu.. Hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pun mbak. Suka malu dan minder. Hehehe... kadang mikiiir banget mau nulis sesuatu. Maluuu ditambah malas. Komplit deh :D

      Hapus
  7. bener banget mbak, masalah utama penulis itu malas! Ooh kata sifat harus dihindari ya mbak, makasih sharingnya mbak. Ayo jadi penulis hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbaj. Malas. Hiks. Sampai sekarang jadi masalah saya banget

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...