Senin, 14 November 2016

Blog adalah Jawaban

Menjadi penulis, menerbitkan buku itulah yang menjadi impian, mimpi, obsesi , cita-cita dan kata sejenis yang menggambarkan kalau saya pengin banget hal itu mewujud menjadi nyata. Pengin banget bisa menggenggam sebuah buku yang nama saya tercetak di cover depannya. Bukan.. Bukan sebegai endorser, karena untuk itu saya sudah pernah, tapi sebagai penulis buku tersebut.

Hal ini juga bukan karena saya pengin eksis, pengin dikenal atau terkenal tapi lebih kepada saya ingin membikin sebuah karya, sesuatu yang tetap ada walau saya tiada. Sesuatu yang bisa memberikan manfaat ke banyak orang sesuai dengan petuah yang disampaikan Nabi, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat. Saya pengin menebarkan manfaat lewat buku yang saya tulis.


Demi mewujudkan hal tersebut saya pun mulai bergabung dengan sekolah menulis online, memburu berbagai tips tentang menulis, gabung dengan komunitas penulis dan beragam hal yang membuat saya tetap dalam atmosfer menulis. Satu waktu saya juga keranjingan buat ikutan yang namanya lomba menulis terlebih jika di sana ada iming-iming janji bahwa akan ada karya-karya terpilih yang dibukukan. Semakin semangat lah saya, walaupun tidak dalam bentuk buku solo, buku bersama juga tak masalah. Selalu ada langkah pertama sebelum mendaki kan?

Pengumuman yang ada di lomba menulis itu membuat saya sering harus menghela nafas, membesarkan hati. Yah, saya tak menang. Satu dua memang ada di mana tulisan saya terpilih dan kemudian dibukukan yang membuat hati saya membuncah bahagia. Tapi yang ditolak dan ga menang jauh lebih banyak. Saya akui saya memang tidak terlalu konsisten dalam menulis ini, terkadang saya mengerjakan tulisan itu dengan seadanya. Tentu saja saya tak bisa menuai hasil yang maksimal jika mengerjakannya pun tidak maksimal.

Buku solo yang saya targetkan buat selesai juga tak kunjung selesai. Ada yang terhenti di halaman 50an atau malah ada yang hanya sampai 10 halaman pertama dan malahan ada yang hanya berupa outline. Saya sadar diri, saya memang tak terlalu gigih dan tekun dalam berjuang menyelesaikan tulisan itu. Entah kenapa kok susah gitu buat nulisnya.

Hal ini justru berkebalikan dengan kebiasaan saya ngeblog. Yah, saya memang keranjingan buat menulis sesuatu di blog pribadi saya. Mungkin hal ini juga menyangkut kebiasaan saya menuliskan diary, yang dulu diary yang berupa buku sekarang berubah menjadi diary elektronik. Rasanya kok enak aja kalau nulis di blog, ide-ide ngalir lancar dan semakin saya sering saya menulis semakin banyak kemudian ide-ide bermunculan yang masing-masing berebut untuk saya tulis. Entah itu tentang buku yang baru saya baca, film yang saya tonton atau hal-hal yang saya temui di perjalanan dan di tempat-tempat lain.

Ngeblog juga membantu saya dalam mengingat banyak hal, pengalaman yang pernah saya alami atau hal-hal yang pernah saya lakukan. Seperti misalkan resep yang saya masak, sering ketika ingin memasaknya kembali saya lupa dengan resepnya dan lupa menaruh catatannya. Dengan memposting di blog saya bisa dengan mudah mencarinya kembali.

Tapi, kalau saya ngeblog terus kapan saya mulai menulis lebih serius?

Pertanyaan itu bergaung di benak saya. Terlebih saya menemukan mereka-mereka yang sudah sering nerbitin buku blognya kosong melompong, lama ga di update. Saya berpikiran kalau mereka, para penulis itu sedang konsentrasi menulis yang lebih serius, bukan ngeblog doang dan menulis iseng-iseng seperti saya. Yah, saya rasa saya juga mesti mengurangi aktifitas blogging saya dan mulai serius menulis.

Saya harus lebih serius dalam mengejar mimpi saya. Apalagi ketika membaca karya saya yang tercetak di sebuah buku, saya tersenyum bahagia. Walaupun hanya bentuk antologi dan diterbitkan indie. Tapi kemudian, saya mikir, berapa banyak yang membaca karya saya ini? Berapa banyak yang bersedia merogoh uangnya untuk membeli buku ini? Entah kenapa rasa pesimis membelenggu hati saya.

Rasa pesimis itu mengantarkan saya pada sebuah perasaan tak puas. Lebih puas ketika karya itu nangkring di blog saya. Saya menyimpan cerita perjalanan haji karena berharap suatu saat saya bisa menuliskannya untuk menjadi sebuah buku. Hasilnya? 4 tahun berlalu dari waktu saya melaksanakan rukun Islam ke 5 itu, buku pengalaman tentang Haji tak kunjung saya tulis sempurna menjadi sebuah buku malahan memori tentang Haji itu beberapa sudah menguap dalam ingatan karena saya tak mengikatnya dalam bentuk tulisan.

Waktu kemudian membawa saya mengalami hal-hal baru yang tak pernah saya lakukan sebelumnya. Suatu saat saya dapat kesempatan buat jalan-jalan ke luar negeri, walaupun cuma Pulau Tumasik alias Singapura tapi tetap saja membuat saya harus menyiapkan perjalanan itu sedemikian rupa. Dan yang paling banyak saya lakukan saat mempersiapkan keberangkatan itu adalah dengan blogwalking ke blog-blog yang menyajikan informasi atau pun pengalaman yang punya blog tentang Singapura.

Saya sangat terbantu sekali dengan hal itu, saya jadi tau di mana menemukan makanan halal yang dekat dengan hotel tempat saya menginap juga tahu di mana letak mushalla yang ternyata disediakan di Universal Studio Singapura.

Ketika saya kemudian kembali diberikan kesempatan ke Tanah Suci kembali buat ibadah umrah, saya juga blogwalking ke sana sini, mencari beragam informasi yang saya butuhkan. Walaupun saya sudah pengalaman ke Tanah Suci, tapi tetap saja ada informasi baru yang belum saya ketahui, misalkan bagaimana mengaktifkan paket gadget yang saya pakai di sana. Info itu kemudian saya dapatkan di sebuah blog.

Beberapa bulan setelah umrah saya akan melangsungkan pernikahan, yang membuat saya juga butuh banyak sekali info tentang apa itu seserahan, persiapan apa saja yang mesti dilakukan sampai bagaimana menghadapi pranikah syndrome. Saya senang sekali blogwalking ke blog-blog mereka yang membahas tuntas pernikahan mereka, merasa terbantu dengan pengalaman yang dipaparkan di sana.

Beberapa waktu sebelum menikah, saya mengalami perasaan yang tak biasa. Ada perasaan khawatir, kalut dan perasaan tak nyaman lainnya yang melingkupi hati saya untuk suatu dunia yang akan saya jalani pasca menikah. Saya kemudian mengenal itu sebagai pranikah syndrome. Saya pun menelusuri tulisan-tulisan mereka di blog yang mengalami hal yang sama seperti saya. Ah, ternyata saya tak sendiri. Banyak yang senasib. Hal itu membuat perasaan tak nyaman itu terkikis dari benak saya.

Lalu apa yang kemudian tercetus dalam benak saya setelah semua hal itu saya alami? Blog adalah jawaban. Banyak jalan untuk bisa memberikan manfaat dalam bentuk tulisan kepada orang lain, bukan hanya dalam bentuk tulisan-tulisan kita di buku, tapi blog juga bisa memberikan informasi ke yang membutuhkan. Terlebih pencarian informasi lewat search engine memang sedang ngetrend dan mudah. Kita bisa mendapatkan informasi hanya dengan sekali klik.

Karena itulah saya tak lagi stress dengan buku saya yang tak kunjung ada yang terbit, yang penting adalah saya tak boleh berhenti menulis dan semoga tulisan saya bisa bermanfaat seperti saya yang mendapatkan manfaat dari tulisan orang-orang di blog mereka. Walaupun saya juga masih tak melepaskan mimpi untuk punya buku yang di cover depannya tertulis nama saya sebagai penulisnya.


Mari ngeblog. Mari berbagi. Mari menebarkan manfaat.

***
Tulisan ini saya tulis beberapa tahun yang lalu saat mengikuti sebuah audisi tentang ngeblog. Namun, karena belum ada perkembangan apa-apa setelah sekian tahun berlalu jadi saya putuskan posting di blog aja :D 

9 komentar:

  1. Banyak jalan untuk bisa memberikan manfaat dalam bentuk tulisan kepada orang lain, bukan hanya dalam bentuk tulisan-tulisan kita di buku, tapi blog juga bisa memberikan informasi ke yang membutuhkan.

    Aku setuju banget dengan kalimat ini. Mari berbagi dan menginspirasi ya, Mbak Yanti :)

    Terimakasih sudah berbagi untuk postingan yang bermanfaat ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga, Mbak Nova. Yuk saling berbagi dan semoga bisa menebar manfaat :D

      Hapus
  2. semangat mb ngeblog untuk menuai manfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiih, Mbak Milda. Ini nih, harus sering melecut semangat :D

      Hapus
  3. Semangat menulis, semangat ngeblog, semangat melanjutkan mimpi, semoga segera terwujud ^^

    BalasHapus
  4. Sebelum mulai ngeblog dan sampai saat ini, saya juga sangat terbantu dengan berbagai artikel blogger yg saya temui. Soalnya saya memang lebih suka membaca dari pengalaman pribadi yg ditulis para blogger, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Mbak. Sama... resep pun saya lebih suka nyari yang ditulis blogger. Suka kalau ada cerita mereka gagalnya di mana dalam mencoba resep tersebut :D

      Hapus
  5. Blogku dulu itu alamatnya apaan yak? Wkwkwk

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...