Minggu, 25 Desember 2016

Resensi Sabtu Bersama Bapak

Hai… hai…. Akhir tahun banyak film baru diputar di TV. Sekarang saya sedang menyaksikan film Sabtu Bersama Bapak. Kemudian ada teman nanya tentang ceritanya dan saya lupa. Hahaha…. Ingatnya sih garis besar cerita saja. Untunglah ada resensi yang membuat apa yang terlupa bisa teringat lagi.

            Novel Sabtu Bersama Bapak sudah saya baca pada tahun 2014. Resensinya saya kirim ke Tribun Kaltim dan dimuat di sana pada tanggal 12 Oktober 2014. Ternyata resensinya belum saya posting di blog ini. Ya udah deh, mumpung lagi ingat saya posting saja. Happy Reading ^_^
Resensi Sabtu Bersama Bapak di Tribun Kaltim
Judul diubah redaksi dari yang saya kirim

***


Membersamai Anak Saat Telah Wafat

 Setiap orangtua pasti menginginkan untuk terus mendampingi kehidupan anak-anaknya. Dari mereka masih dalam kandungan sampai ke dalam tahap-tahap kehidupan yang mereka lewati. Masuk sekolah hingga menikah. Namun, kehidupan tidak selamanya berjalan sesuai rencana dan keinginan. Ada kalanya orangtua berpulang saat anak-anaknya masih kecil dan belum tumbuh dewasa.

Gunawan Garnida, seorang ayah dari dua orang anak Satya dan Cakra menyadari kalau waktunya untuk mendampingi anak-anaknya tinggal sedikit karena penyakit yang dideritanya. Namun, Gunawan masih ingin terus mendampingi anak-anaknya. Ingin anak-anaknya tumbuh di sampingnya. Ingin tetap bercerita pada anak-anaknya dan mengajarkan anak-anaknya tentang banyak hal. (Halaman 5).        
Dengan bantuan sebuah handy cam, Gunawan merekam dirinya sendiri dan bercerita tentang beragam hal. Setelah Gunawan wafat, video itu diputarkan oleh istrinya untuk dua anaknya. Video akan diputar setiap hari sabtu sore, sesudah adzan ashar. Bagi Satya dan Cakra itu adalah waktu terbaik mereka setiap minggu. Sabtu bersama Bapak (Halaman 6)
Video rekaman dari sang Bapak tidak diputar secara sekaligus. Gunawan sebagai Bapak dari Satya dan Cakra sudah mempersiapkan video rekaman dirinya secara berkala. Ada yang diputar saat usia sang anak 14 tahun, 17 tahun dan seterusnya hingga mereka akan mengarungi kehidupan baru bernama pernikahan.
Satya dan Cakra kemudian tumbuh dewasa dan dihadapkan dengan konflik kehidupan masing-masing. Satya bekerja sebagai geophysicist di sebuah kilang minyak di proyek lepas pantai. Satya kemudian menjadi seorang bapak yang terasa menakutkan bagi anak-anaknya. Satya menjelma menjadi ayah yang pemarah. Satya marah karena anak sulungnya tidak bisa menjawab soal matematika yang dia lontarkan, anak tengahnya belum bisa berenang dan anak bungsunya masih mengompol.
Satu email dari sang istri menyadarkannya. Sang istri mengatakan anak sulungnya tidak bisa menjawab soal matematika karena kemampuan sensor visualnya lebih baik dari sensor audio sehingga anaknya lebih suka menjawab pertanyaan tertulis. Anak tengahnya tidak bisa berenang karena menunggu bapaknya yang mengajarinya berenang. Sedangnya anak bungsung masig mengompol karena terlalu senang saat berkumpul bersama bapaknya. (Halaman 27) Alasan-alasan yang dikemukakan sang istri membuat Satya tersadar.  Satya pun kembali teringat video-video rekaman dari bapak. Dia pun bertekad untuk menjadi suami dan bapak yang baik.
Sedangkan Cakra besar menjadi seorang Deputy Directur di sebuah bank asing. Sebuah pencapaian karier yang tidak biasa jika melihat usianya yang masih muda. Namun, kecemerlangan kariernya tidak sama dengan kisah cintanya. Di usianya yang matang dengan kehidupan ekonomi yang mapan, Cakra masih bertahan dengan status single.
Cakra sudah punya rumah sendiri tapi belum ada nyonya rumah yang mengurusnya. Terkait hal tersebut Cakra teringat pesan bapaknya tentang seorang suami yang harus ‘siap melindungi’ dan itu diwujud kesiapan dari ‘siap melindungi’ adalah punya atap yang dapat melindungi istri dan anak-anak dari panas, hujan dan bahaya. Tidak perlu megah. Tidak perlu kaya. Yang jelas, ada atap untuk melindungin dan dibayar dari kantong sendiri. (Halaman 19)
Satya dan Cakra memang punya karier cemerlang di bidangnya masing-masing. Hal ini juga berdasarkan nasehat dari bapaknya yang mereka dengarkan di hari sabtu. Sebuah video tentang mengejar mimpi masing-masing. Mimpi hanya baik jika kita melakukan planning untuk merealisasikan mimpi itu. Jika tidak hanya akan membuang waktu. Bapaknya meminta Satya dan Cakra untuk bermimpi setinggi mungkin. Dengan syarat, rajin dan tidak menyerah. Mimpi tanpa rencana dan action hanya akan membuat anak istri kalian lapar. Kejar mimpi kalian. Rencanakan. Kerjakan. Kasih deadline, kata si Bapak dalam video rekamannya. (Halaman 151)
Bapak dari Satya dan Cakra memang telah tiada sejak mereka masih kecil. Sang bapak tidak bisa lagi menemani mereka bermain dan ada di samping mereka. Tapi kedua anak itu tidak pernah kehilangan sosok bapaknya lewat video-video rekaman itu. Lewat video itu sang bapak membantu anak-anaknya menjalani apapun yang mereka jalani. Meskipun disajikan dalam bentuk novel, namun Sabtu bersama Bapak terdapat banyak pelajaran tentang menjalani kehidupan juga ilmu tentang mendidik anak di dalamnya.
***
Data Buku :
Judul               : Sabtu Bersama Bapak
Penulis             : Adhitya Mulya
Penyunting      : Resita Wakyu Febiratri
Penerbit           : Gagas Media
Tebal Buku      : 278 + x Halaman
ISBN               : 979-780-721-5
Tahun Terbit    : 2014

***


22 komentar:

  1. Aku belum baca bukunya dan kelewatan re-run film nya di TV.. Hiks.. Ini katanya keren banget ya? Semoga ada re-run lagi di stasiun TV lain deh.. *ngarep* Btw, mbaknya juga keren banget nih resensi bukunya sampe dimuat di koran.. Thanks for sharing ya Mbak.. Salam kenal.. :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga, Mbak. Kalau udah sekali tayang di TV biasanya bakalan sering tayang ya, Mbak. Nanti ada lagi deh filmnya di re-run ya :D

      Hapus
  2. barusan liat di tv.. tapi yakin deh..pasti seru baca buku ketimbang filmnya yang kisahnya banyak dipotong-potong...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Nova. Kalau kita yang suka baca buku lebih asyik bukunya ya. Tapi filmnya juga bikin baper. hehehe

      Hapus
  3. Wah ceritanya ternyata bagus, pengen nonton ini tapi langsung anak2 bilang "Jangaaaan..." ternyata ceritanya katanya menyedihkan hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada sedihnya, ada kocaknya juga sih, Mbak. Tapi lumayan bagus sih filmnya. Ada yang baper saat nonton. Hehehe...

      Hapus
  4. Ini novel favoritku mba, mau ditulis di blog keburu kesalip filmnya ahhaha...ruar biasa Bang Adithya Mulya *sok kenal* bisa nulis cerita ini padahal cerita sebelumnya JOmblo jauh banget kereenn :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami istri penulis ya, Mbak Herva. Ayo mbak ditulis aja. Gpp udah kesalip filmnya. Novelnya masih banyak yang memburu :D

      Hapus
  5. Semalam nonton namun loncat-loncat jadi kurang faham, malah lebih memilih Pangako Sa'yo di MNC TV haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Kak Lina, kalau nonton di TV saya juga kurang konsen. beda sama di bioskop. Duduk diem. Hehehe...

      Hapus
  6. Bagus mb ceritanya...beberapa hr yll juga diputar di tv ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Kemarin malam tayang di TV. Akhir tahun banyak film yang tayang di TV :D

      Hapus
  7. Mau baca novelnya dari dulu belum kesampaian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat pecinta buku lebih asyik novelnya sih, Mbak :D

      Hapus
  8. idenya unik ya, Mak. Duh masih dalam antrian bacaan nih. Banyak buku belum kebaca. *sok sibuk :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Unik. Saya pun banyak timbunan buku nih #duh :D

      Hapus
  9. Penasaran sekali. Bikin mewek nangis nggak ya Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berkaca-kaca aja, Mbak. Ga sampai mewek gitu. Hihihi... Tapi lumayan bikin baper nontonnya :D

      Hapus
  10. Oh kalau di buku anaknya 3 ya, mba. Di filmnya jadi cuma 2 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Kalau 3 kebanyakan bayar pemain ya, Mbak. hihihi...

      Hapus
  11. Kemarin tayang di Tv ya padahal film baru hehheu saya jd tertarik baca novelnya deh pasti lebih seru

    BalasHapus
  12. Nggak Pnya bukunya belum nonton filmnya cukuap membahagiakan, aku mo ajk suamilah nonton ini

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...