Selasa, 11 April 2017

Heartwarming Chocolate karya Prisca Primasari

            Dulu, saya pernah sebegitu penasaran dengan yang namanya minuman cokelat. Konon katanya berbeda antara minuman cokelat dengan susu cokelat. Apa daya yang ditemukan saat itu hanya susu cokelat. Jadi, untuk waktu yang lumayan lama saya menyimpan penasaran bagaimana rasanya minuman cokelat?

            Ketika pada akhirnya bisa menikmati, satu dua kali menyesap minuman cokelat, saya pun mengambil kesimpulan bahwa kopi lebih segalanya dari segelas cokelat. Minuman cokelat tak lagi jadi pilihan. Hingga kemudian, saya membaca sebuah novel karya Prisca Primasari yang berjudul Heartwarming Chocolate.
Heartwarming Chocolate karya Prisca Primasari
Heartwarming Chocolate karya Prisca Primasari


            Novel ini punya pembuka yang manis yang mendeskripsikan minuman cokelat dingin di kedai Marzipan. Minuman cokelat yang punya rasa dark chocolate yang pekat. Samar-samar, orang yang meminumnya bisa mengenali manisnya susu. Minuman cokelat itu juga punya kadar kepahitan yang pas. Teksturnya lembut dan kental.

            Deskripsi tentang minuman cokelat itu dipadukan dengan pengenalan tokoh utamanya. Adalah Viola, seorang gadis yang menjadi perancang sepatu yang begitu menyukai cokelat dingin di Kedai Marzipan. Ia membayangkan saat pulang kantor, bisa mencicipi cokelat yang sudah ia beli di pagi hari. Namun, impiannya kandas. Cokelat itu diminum dengan semena-mena oleh sang adik.

            Hari berikutnya juga sama, Viola lagi-lagi gagal menikmati minuman cokelat. Padahal saat membeli, ia harus berebut dengan Auden, seorang mahasiswa yang sama-sama menginginkan minuman cokelat dari Kedai Marzipan.

Di hari selanjutnya, Viola menemukan sebuah kenyataan pahit bahwa Kedai Marzipan tutup. Di saat itulah ia kembali bertemu Auden. Bersama Auden, ia menuju rumah tempat pemilik kedai Marzipan. Dari sana kedekatan mereka terbangun dan mereka punya hal yang ingin mereka lakukan, membuat cokelat selezat cokelat kedai Marzipan dengan dibantu sang pemilik kedai Marzipan.

Tantangan membuat cokelat itu juga dibarengi cerita kehidupan Viola dan Auden yang menambah semarak jalan cerita.

***

Ini novel kesekian karya Prisca Primasari yang saya baca dan tetap buat saja juaranya adalah Priceless Moment. Membaca Priceless Moment di waktu dulu saya baper sebaper-bapernya. Bahkan saya menobatkan Priceless Moment sebagai salah satu novel terbaik yang saya baca di tahun 2014 silam.


Sedangkan Heartwarming Chocolate, walaupun saya betah membacanya hingga akhir, tapi saya tidak terlalu baper. Mungkin selera saya untuk karya Prisca kali ini tidak berbanding lurus dengan selera penulisnya, sehingga saya tidak terlalu merasakan kebaperan saat membacanya.

Di novel ini, memang disebutkan tentang selera yang berbanding lurus. Cokelat yang kita nikmati rasanya mungkin berbeda dengan yang dinikmati orang lain walaupun cokelat yang sama karena itu berhubungan dengan SELERA. Seperti halnya saya lebih menyukai Priceless Moment dibanding novel Prisca yang lain. Tidak perlu diperdebatkan, pun, tidak perlu dipaksakan.

Membaca novel ini saya dibuat penasaran dengan bagaimana membuat cokelat yang lezat seperti yang dipelajari Viola dan Auden. Membaca ini juga membuat saya mampir berkali-kali di sebuah kedai untuk menikmati minuman cokelat. Akibatnya berat badan jadi naik lagi dan lagi L dan ingin mencoba minuman cokelat di beberapa kedai, juga ingin mencoba meracik cokelat sendiri walau kemudian malas karena banyak perabotan yang digunakan selepas membuat cokelat. Malas nyuci :p

Walaupun begitu ada beberapa hal yang saya sukai dari novel ini. Selain minuman cokelat, saya juga suka bagaimana hangatnya hubungan persaudaraan antara Auden dan Viola. Walaupun terkesan tidak akur, tapi mereka terasa saling melindungi dan menyayangi, seperti hubungan saya dengan kakak saya. Hahahaha... Hubungan keluarga yang terjalin di novel ini terasa hangat :-)

Hanya saja, saya menyayangkan adanya kontak fisik yang berupa pertemuan, ehem, dua bibir (nulisnya aja malu -_-). Iya sih ini novel romance, tapi sebaiknya sih adegan seperti itu di-skip saja, takutnya remaja-remaja yang membacanya ntar merasa hal seperti itu lazim saja dilakukan. Padahal dosa. Novel-novel Orizuka tetap memesona tanpa ada hal-hal seperti itu.


Terakhir, tentang bahan pendukung untuk membuat cokelat seperti yang disebutkan menjelang ending novel ini. Saya rasa bahan pendukung itu tidak hanya berlaku untuk proses peracikan cokelat, tapi juga dalam banyak hal termasuk menulis. Apakah bahan pendukung itu? Bisa dibaca di Heartwarming Chocolate ;-)

***
Judul                         : Heartwarming Chocolate
Penulis                      : Prisca Primasari
Penyunting                 : Dila Maretihaqsari
Penerbit                     : Bentang Pustaka
Tahun Terbit               : 2016

Tebal Buku                 : iv + 228 Halaman

5 komentar:

  1. ehem aku jadinya salfok deh sama pertemuan dua bibirnya sampe ke-skip isi ceritanya viola dan auden hahaha..

    BalasHapus
  2. Belum pernah baca novel Prisca Prima Sari jadi blum bisa membandingkan novelnya. Lalu, kenapa judulnya Heartwarming Chocolate? Apakah minum coklat di kedainya sangat dominan? Salam kenal.

    BalasHapus
  3. Malah jadi penasaran sama yang priceless moment nih :D

    BalasHapus
  4. Wah kayanya keren nih novelnyaaaa. Nanti cari aaahhh. Makasi reviewnya maaaak

    BalasHapus
  5. Saya suka hot chocolate 😍 dibandingkan dengan kopi? Tentunya saya jauh memilih coklat. *gagal fokus* hehehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...