Selasa, 24 Oktober 2017

[Cerpen Bobo] Neina dan Matematika

Matematika pernah menjadi monster buat saya. Saya tidak doyan. Serem. Dan merasa terhimpit saat pelajaran itu datang. Menghitung detak-detak waktu agar bel pergantian jam pelajaran segera berlalu. Menangis karena tidak bisa mengerjakan PR. 

Pusing ga sih? foto dari pixabay

Namun, saya juga pernah sangat menyukai matematika. Dia pernah menjadi idola. Saya lega saat mengetahui kalau matematika ada di jam terakhir, dengan begitu saya tidak akan mengantuk. Saya bersemangat sekali. Bagi saya saat itu, matematika adalah salah satu pelajaran favorit. Dibandingkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, saya jauh lebih menyukai pelajaran matematika. Saat itu. 


Matematika sering menjadi momok buat anak-anak. Padahal matematika ada di tiap sendi kehidupan. Telah lama saya ingin menulis sebuah cerita tentang anak-anak yang tidak suka matematika. Tujuannya, saya ingin memotivasi anak-anak agar lebih bersemangat dan menyukai matematika. Kemudian terbitlah cerita ini. Sebuah cerita yang sangat pendek karena hanya satu halaman. Cerpen ini dimuat di Majalah Bobo No. 06 Tahun XLV yang terbit pada tanggal 18 Mei 2017. 
cerpen Bobo

Sekilas tentang cerpen tersebut saat dimuat pernah saya ceritakan di sini. Berikut adalah naskah asli yang saya kirimkan ke redaksi. Yang terbit di majalah Bobo ada beberapa editan dari redaksi. 

Happy reading ^_^

Neina dan Matematika
Oleh : Hairi Yanti

“Neina tidak butuh matematika,” cetus Neina. Mata Neina menatap kertas yang sedang ia genggam. Di sana, ada angka lima dalam lingkaran. Lima untuk ulangan matematika Neina.

Neina tidak suka matematika. Matematika itu membingungkan. Sulit dan sangat rumit. Membuka bukunya saja tidak bersemangat. Apalagi mempelajarinya.

“Neina mau jadi koki. Bikin kue dan buka toko kue, Kak. Matematika tidak penting buat bikin kue.” Neina berkata pada Kak Nurin. Kak Nurin tersenyum mendengarnya.

“Kalau begitu, buktikan kalau Neina bisa. Besok minggu, Neina bikin kue. Oke?” Tantang Kak Nurin yang langsung disambut anggukan kepala Neina. Kalau bikin kue, Neina selalu semangat. Tapi, belajar matematika, Neina mengantuk.

Pada hari minggu, Kak Nurin sudah menunggu Neina di dapur. Kata Kak Nurin, mereka akan membuat brownies kukus ketan hitam. Kak Nurin sudah menyiapkan bahannya. Neina juga sudah menemukan resep di buku catatan resep punya mama. Sampai di dapur, Neina mengamati bahan-bahan yang disiapkan Kak Nurin.

“Kak, kenapa telurnya cuma empat?” Tanya Neina. Neina membaca lagi resep di tangannya. Ada enam telur yang harusnya disiapkan Kak Nurin.

“Iya, Neina. Telurnya cuma ada empat. Dua butir sudah dibikin telur dadar waktu sarapan tadi,” jawab Kak Nurin.

         “Jadi, gimana bikin kuenya kalau telurnya kurang dua?” Neina menggaruk kepalanya. Ia terlihat bingung.

           “Bahan lainnya tinggal disesuaikan aja, Neina. Telur yang awalnya enam, jadi empat. Itu kan berarti memakai duapertiga bahan. Jadi, tepung, gula, mentaga, dan bahan lainnya jadi duapertiga dari resep yang ada,” jelas Kak Nurin. Neina menatap Kak Nurin dengan pandangan bingung.

            “Kak,” panggil Neina. “Ini kan pelajaran matematika?” lanjut Neina lagi.

          “Kita mau bikin kue, Neina. Bukan belajar matematika,” ujar Kak Nurin sambil tertawa.

Neina menatap sebal pada Kak Nurin. Kakaknya pasti sengaja mengurangi jumlah telur agar Neina menghitung ulang resep. Tapi, Neina jadi tahu kalau ia butuh matematika. Walaupun cita-citanya pandai memasak kue dan membuka toko kue. Setelah ini, Neina akan lebih bersemangat lagi belajar matematika.
***


4 komentar:

  1. Wah.. Keren.. Bagus ceritanya.. 😘
    Gimana cara ngirim cerpen di majalah bun pake ilustrasi gambar yg sesuai it disediain pihak majalah ya? *eh kok jd mupeng.. Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga, Mbak. Ilustrasinya pihak Bobo yang menyediakan..kita cuma ngirim tulisan. Ada di popular post saya cara mengirim cerpen ke Majalah Bobo, Mbak.. :-)

      Hapus
  2. bagus ceritanya as always mba YAnti mantap belajar bisa dengan praktek sehari2 y mba tanpa harus berhubungan dengan buku :) sukses mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiih, Mbak Herva. Iya, Mbak. Bisa dari praktek sehari-hari.. :-)

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...