Selasa, 20 Februari 2018

Lama Tak Bertemu


"Lama tak bertemu, Mbak," ujar ibu penjual nasi kuning langganan saya pagi itu. 

Sebenarnya saya dan ibu itu tidak saling mengenal nama, interaksi kami terjadi karena saya membeli makanan jualan ibu itu nyaris setiap hari. 
nasi kuning langgan saya dulu

Dulunya, saya punya langganan nasi kuning buat sarapan pagi yang lebih jauh letaknya dari rumah karena belum menemukan yang sesuai selera di sekitar rumah. Kemudian, ada satu penjual nasi kuning yang menarik perhatian saya. Menggelar lapak dagangan di atas sebuah mobil pick up di depan SPBU. Beberapa kali melewati, ada banyak pembeli yang mengantri. Selalu ada saja pembelinya. 

Saya yang berpendapat, kalau pembeli ramai biasanya masakannya lezat, jadi ingin mencoba. Hasilnya? Ternyata memang lezat. Apalagi porsinya juga pas untuk sarapan saya dan suami. Nasi kuning itu dijual dalam bentuk mini seharga 5 ribu rupiah, dan bentuk jumbo seharga 10 ribu rupiah. Nah, yang ukuran mini ini pas banget buat sarapan karena nasinya sedikit. Walaupun saya kerap menambahkan lauk yang lebih besar jadi naskunnya seharga 7 ribu rupiah. 

Jarak yang lebih dekat dari nasi kuning sebelumnya, membuat saya jadi lebih sering membeli di nasi kuning tersebut. Sekitar 2 minggu yang lalu, penjual nasi kuning itu tutup dalam jangka dari hari senin ke seninnya lagi. Sehingga ketika saya membelinya kembali terdapat sapaan "Lama tak bertemu," dari ibu penjual.

"Lama tutup ya, Bu," ujar saya menjawab sapaan ibu itu.

"Iya, Mbak. Anakku yang perempuan itu sakit. Di-opname kemarin itu."

Saya pun kemudian melontarkan pertanyaan... seperti di rawat di Rumah sakit mana? Dan ibu itu bercerita lebih banyak. Awal mula anaknya demam, dirujuk ke RS, dan dirawat. Saya senang dan bersyukur, anak perempuan lincah yang kerap saya jumpai kala membeli nasi kuning itu kini sudah terlihat ceria lagi. 

Jika ibu penjual nasi kuning itu lancar bercerita tentang anaknya yang sakit, tidak begitu dengan saya. Saya, tentu saja, memilih tak bercerita di rentang waktu ibu penjual naskun itu tutup. Walaupun sebenarnya saya juga mengalami hari-hari yang berat. 

Hari-hari yang saya lalui seperti ada sebuah himpitan yang membuat saya sesak dan kaku. Saya tak bersemangat melakukan apa pun, jangankan update blog apalagi update foto di instagram, bahkan untuk sekadar memasak di dapur saja saya tak punya semangat. Bahkan sebuah surat berjudul Surat Perjanjian Penerbitan yang saya terima pun tak cukup membuat saya bisa happy saat itu. Saya hanya berlinangan air mata, berselimut, terisak dan mendengarkan sesuatu yang saya harapkan hal itu bisa menguatkan saya.

Saya dan mama tipikal ibu anak yang tak selalu bertukar kabar setiap hari sebrnarnya. Buat kami, tidak ada kabar adalah kabar baik. Tapi untuk hari-hari ituuu... saya menelpon mama nyaris setiap hari. Mencurahkan segala kegelisahan dan ketakutan saya. Dikucuri nasehat-nasehat dari mama. Dari yang sampai mama menasehati dengan cara lemah lembut sampai galak. Video call dengan orang rumah hanya untuk melihat tingkah keponakan saya yang membuat saya terhibur. 

Saya juga mengurung diri dan enggan buat berkomunikasi dengan teman-teman walaupun saya merasa sangat kesepian. Suami membujuk saya untuk ceria lagi, untuk kembali 'ngobrol' dengan orang-orang agar pikiran saya tak selalu memikirkan hal-hal buruk. 

Saya belum tau bagaimana ending dari apa yang membuat saya sedih, galau, dan ketakutan hari-hari itu. Saya juga baru menyadari betapa rapuhnya saya. Namun, saya harus meyakini janji Allah, kalau Allah tak akan memberikan cobaan di luar kesanggupan seorang hamba memikulnya. Saya pun banyak berdialog dengan suami, mama, dan sahabat yang saya percaya untuk mengetahui cerita ini. 

Suasana hati saya kadang turun... kadang naik dan bisa happy lagi. Terkadang saya menggigil ketakutan, tapi di waktu yang lain saya bisa menganggukkan kepala dengan mantap, mengepalkan tangan dan berkata "Semangat."

Jadi, ini cerita tentang penjual nasi kuning atau apa? Ini cerita tentang ungkapan "Lama tak bertemu" bisa jadi ada banyak cerita di dalamnya. Entah berita suka... atau lara. Tapi tak semua orang bisa gamblang menceritakan apa yang dia alami. 

7 komentar:

  1. Nasi kuningnya bikin ngiler, Mbak. Kuliner sederhana yang suka bikin kangen .:D

    BalasHapus
  2. Seperti judulnya, aku pun sepertinya lama tak mampir di blog yang apik ini. Smoga silaturahmi kita tetap terjaga baik ya mba :). Duh liat nasi kuningnya jadi lapar ;)

    BalasHapus
  3. Semoga segera membaik suasana hatinya :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...