Senin, 26 Oktober 2015

[Cerpen Bobo] Aroma Kopi Ayah

           Setelah Kemala dimuat di Majalah Bobo No. 25, minggu depannya satu cerpen saya lagi dimuat di Majalah Bobo no. 26 Tahun XLIII yang terbit 1 Oktober 2015. Kali ini judulnya Aroma Kopi Ayah. Inspirasi cerpen ini dari kopi, sesuai judulnya tentu saja. Dari saya yang sering kesulitan tidur setelah minum kopi. Dari sepupu kecil saya yang juga pernah mengeluh susah tidur saat mencicipi kopi yang saya minum.

            Ini versi cerpen yang saya kirim ke Bobo. Untuk edisi yang cetaknya lumayan banyak editan di 1/3 akhir cerita. Saya membandingkan sebelum diedit dan sesudah diedit. Dari situ saya banyak belajar J

            Happy Reading ^_^

Aroma Kopi Ayah
Oleh : Hairi Yanti


Segelas kopi buat ayah selalu tersedia di meja makan. Ibu membuatkan kopi di gelas putih yang sama setiap pagi. Kopi berwarna hitam dengan gelas putih. Ampas kopi terkadang terlihat di dinding gelas. Wangi kopi akan tercium Lika ketika dia duduk di samping ayah. Lika suka dengan aroma kopi ayah.
            “Apa kopi itu pahit, Ayah?” Ayah menyeruput kopi pelan-pelan. Tidak seperti Lika yang meminum susu coklat dengan cepat.
“Kalau dikasih gula jadi manis, Lika,” jawab ayah. Ayah mengunyah roti bakar yang dibuatkan ibu. Lika juga ikut menyuapkan roti bakar ke mulutnya. Sesekali ayah menyeruput kopi disela makan roti bakar. Seperti Lika yang juga minum susu coklat kesukaannya.
“Tapi Ayah lebih suka kopi yang gulanya sedikit. Jadi kopi ini memang sedikit pahit.” Ayah berkata lagi saat melihat Lika terus memperhatikan kopi ayah.
“Boleh Lika mencoba kopi ayah?” Tanya Lika. Agak sedikit ragu dari nada bicaranya.
“Lika mau?” Ayah menyodorkan kopi yang tinggal setengah. Lika ragu. Kata ayah kopinya sedikit pahit, apa seperti obat? Lika bergumam sendiri. Pahit itu tidak enak, seperti obat. Lika menggeleng. Tak jadi minum kopi ayah.
“Kalau pahit kenapa Ayah suka kopi?” Lika bertanya lagi keesokan paginya. Kali ini menu sarapan mereka nasi goreng. Masih ada segelas kopi untuk ayah.
“Karena Ayah suka, Lika. Kopi juga bikin ayah lebih konsentrasi di kantor dan tidak mudah mengantuk. Tapi sebaiknya Lika minum susu coklat saja.” Ayah lalu menghabiskan kopi dalam gelas. Lika juga mengunyah suapan terakhir nasi gorengnya dan meminum susunya sampai habis.
Di sekolah Lika menceritakan kebiasaan ayahnya minum kopi pada Dania. Dania bilang ayahnya tidak minum kopi di pagi hari. Tapi lebih sering minum jus buah yang dibikin ibunya.
“Apa pahitnya kopi sama seperti pahit sayuran pare?” Dania bertanya pada Lika. Lika menggeleng. Dia tidak tahu karena belum pernah mencoba kopi ayah. Tidak tahu seberapa pahit kopi ayah. Lika hanya tahu yang pahit itu obat.
“Sayuran pare enak, walau pahit,” kata Dania lagi. Lika memikirkan rasa tumis pare yang pernah dibikin ibu. Tidak terlalu pahit. Tidak seperti obat.
“Kalau direndam pakai garam kata ibuku pare enggak pahit lagi.” Dania menjawab kebingungan Lika. Lika mengangguk-angguk. Mungkin karena itu tumis pare kesukaan ibunya tidak pahit.
Lika bersorak senang melihat ada Tante Riska di rumahnya siang sepulang sekolah. Tante Riska mampir sebentar buat ketemu Ibu. Ibu menyuguhkan kopi buat Tante Riska.
“Tante minum kopi? Rasanya pahit.” Lika berkata sambil bergidik. Membayangkan pahitnya obat.
“Kalau kopi ayahmu memang pahit, Lika. Tapi kopi Tante Riska manis karena dicampur gula dan susu.” Tante Riska meminum kopinya lagi. Tidak seperti ayah yang meminum pelan-pelan, Tante Riska minum kopi seperti minum susu.
“Kenapa Tante minum kopi?” Lika bertanya lagi. Lika penasaran apakah alasannya sama dengan ayah karena rasanya enak. Padahal kopi katanya pahit.
“Tante mengantuk, Lika. Jadi minum kopi dulu. Lika mau coba? Awas tidak bisa tidur,” ujar Tante Riska. Tapi Lika penasaran dengan rasa kopi, jadi dia mencobanya dari gelas Tante Riska. Riska meneguk kopi dengan perlahan. Ada rasa susu di dalamnya dan memang sedikit pahit. Riska meneguknya lagi untuk kedua kali.
“Lika suka?” Tante Riska melihat reaksi Lika.
“Lebih suka susu atau jus buah.” Tante Riska tertawa mendengar jawaban Lika.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi Lika belum bisa tertidur. Padahal biasanya Lika selalu tidur sebelum jam 10. Lika mondar mandir di dekat ibu.
“Lika belum mengantuk, kenapa, ya, Bu?” Kening ibu terlihat berkerut tanda ibu sedang berpikir.
“Lika tidur siang kelamaan, ya?” Lika menggeleng. Dia tidak tidur siang hari ini. Tiba-tiba Lika ingat sesuatu.
“Apa karena Lika tadi ikut minum kopi sama Tante Riska?” Lika ingat kata ayah, kalau minum kopi bisa bikin tidak mengantuk.
“Iya, Lika. Mungkin karena itu. Kafein dalam kopi kan bisa mengusir rasa kantuk. Tapi cuma sementara, nanti juga Lika akan mengantuk dan tidur.” Lika mengangguk. Dalam hati Lika berkata lebih enak minum susu atau jus buah. Tidak membuat dia sulit tidur. Kalau mengantuk, Lika bisa tidur siang. Biarlah kopi hanya untuk ayah. Lika hanya suka aromanya. Lika bisa menghirup aroma kopi dari kopi ayah setiap pagi.

***

2 komentar:

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...