Rabu, 11 Mei 2016

Apakah Oki Setiana Dewi Pernah Kuliah di Ummul Qura?


            Kabar tentang Oki Setiana Dewi (OSD) beredar dengan sangat deras beberapa hari ini. Banyak sekali yang share pernyataan ataupun komentar terkait OSD. Saya awalnya sempat mengernyit bingung, ada apa dengan OSD? Toh, medsos selalu menyediakan jawaban. Ada saja yang share link kemudian dapat kita ketahui info tersebut.

            Di antara hal-hal yang digugat orang-orang pada OSD adalah tentang ‘pengakuan’ OSD kalau pernah belajar di Universitas Ummul Qura’ di Mekkah. Benarkah? Padahal menurut pengakuan beberapa orang syarat masuk ke sana susah sekali dan bla bla bla yang intinya meragukan OSD pernah menempuh pendidikan di sana.

            Sebenarnya tentang proses belajarnya OSD di Mekkah ada dibicarakan tuntas di bukunya Cahaya di Atas Cahaya yang diterbitkan mizania pada tahun 2012. Ayo baca bukunya… Tapi itulah kebanyakan dari kita hanya hobi menimbun buku tapi enggan membaca. Kita? Loe aja kali, Yan #eh
Buku Oki Setiana Dewi


            Nah, kebetulan saya punya bukunya dan sudah tuntas saya baca loh… Pernah saya review juga di blog lama saya. Link-nya ada di sini. Keinginan saya mempunyai buku tersebut juga didasarkan pada sinopsis yang menyebut kalau buku itu adalah catatan perjalanannya di Makkah.  Dan saya bertemu dengan OSD saat itu di museum Makkah.

            Saat saya dan rombongan berkunjung ke Museum Makkah, saya asyik menikmati beragam benda yang dipajang di sana plus foto-foto dunk. Kemudian dua adik sepupu saya memanggil-manggil saya. “Ka Anti.. Ka Anti…  Ada Oki.” Teriak kedua sepupu saya. Saya langsung mengikuti langkah mereka dan tadaaaa…. Ada sesosok wajah cantik yang tingginya wow banget. Saya berasa tenggelam deh melihatnya. Hihihi…

Oki saat itu terlihat lelah namun tetap ramah menghadapi saya dan keluarga yang mau minta foto bareng. Oki yang saya temui secara langsung terlihat lebih cantik dari yang biasa saya lihat di layar kaca. No foto = hoax, Yan. Hahaha…. Baiklah.. Kita lanjutkan cerita di buku Oki saja untuk menjawab pertanyaan Benarkan OSD pernah kuliah di Ummul Qura University?

            Awal buku Cahaya di Atas Cahaya bercerita tentang mimpi-mimpi yang dimiliki oleh OSD. Mimpi-mimpi yang terus membuat OSD bergerak dan terus bergairah menjalani hidup. Mimpi-mimpi yang sengaja selalu dihidupkan OSD di dalam jiwanya, karena dengan mimpi tersebut ia dapat menatap hari esok dengan penuh harapan. Di antara ratusan mimpi yang tak kunjung terwujud, ada satu kalimat yang tertulis, “Tahun 2012, belajar di Makkah selama beberapa bulan.”

            Itulah yang diwujudkan OSD yang ia ceritakan di buku itu. OSD menceritakan tentang rencana dan perjuangannya untuk bisa berangkat dan hal-hal lain yang terjadi yang akhirnya berhasil ia lalui dan ia berhasil ke Mekkah untuk satu bulan. Di Mekkah, OSD ingin belajar bahasa Arab secara langsung. Di Masjidil Haram ia mempraktikkan bicara dengan bahasa Arab, jangan takut salah ujarnya. Maka setiap hari ia mengajak mengobrol orang-orang yang berbeda. Setiap hari belajar langsung Bahasa Arab dengan orang yang berbeda.

            Kemudian OSD dikenalkan dengan seseorang bernama Maimoona el-Bugisy, bersama Moona lah, OSD belajar. Tidak hanya belajar bahasa Arab tapi juga belajar Al-Qur’an karena Moona seorang hafidzah atau penghafal Al-Qur’an. OSD menjalani sesi belajar privat bersama Moona setiap hari di Masjidil Haram.

            Suatu hari, Moona mengenalkan OSD pada seorang temannya yang bernama Mbak Taqiyyah, seorang mahasiswi Ummul Qura. OSD pun surprise mengetahui kalau Mbak Taqiy kuliah di Ummul Qura. Ia bilang, ada beberapa temannya yang menitipkan doa di depan Multazam agar bisa kuliah disana. Kemudian, Mbak Taqiyyah bertanya.

            “Oki sendiri… Apakah ada keinginan belajar di sana?”

            Dengan bersemangat Oki mengutarakan keinginan belajar di sana. Kendati ia pesimis karena proses penyeleksian di kampus itu amat ketat dan harus dilengkapi persyaratan administrasi yang detail, juga harus menanti jawaban cukup lama. Sementara kehadiran OSD di Makkah hanyalah sebentar. Rasanya tidak mungkin.

            “Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, Oki,” sahut Mbak Taqiyyah.

            Entah bagaimana prosesnya, tiba-tiba besoknya OSD mendapatkan kabar kalau ia diperbolehkan belajar di Ummul Qura. Walaupun didera perasaan takjub dan tak percaya namun kabar itu nyata adanya. Kata OSD, tidak ada yang kebetulan di dunia, kedatangan OSD ke Mekkah ternyata bertepatan dengan tahun ajaran baru. Maka, karena itulah OSD bisa mengikuti perkuliahan dari awal. (Halaman 119)

            Oleh Mbak Taqiy, di kampus Ummul Qura, OSD diperkenalkan dengan dekan. Kemudian mereka masuk ke ruangan di mana di sana ada seseorang bernama Ustadzah Faizah. Di sana Ustadzah Faizah menanyakan kembali apakah Oki benar-benar ingin belajar? Oki membenarkan.

            “Berapa hari rencananya mau belajar?” Tanya Ustadzah itu.

            “InsyaAllah sebulan, Ustadzah. Saya hanya dapat visa sebulan,” jawab Oki.

            “Sayang sekali. Mudah-mudahan bisa kembali lagi ke sini untuk belajar, ya,” kata Usatadzah itu lagi. “Baiklah, kalau begitu, kamu masuk kelas bahasa Arab untuk pemula, ya. Isinya para mahasiswi dari berbagai macam negara yang sama sekali tidak bisa bahasa Araba. Perkuliahan baru berjalan tiga hari, kamu agak terlambat sedikit. Tapi InsyaAllah masih bisa terkejar.” Ustadzah itu memberikan penjelasan dan OSD pun langsung diminta belajar saat itu juga. Hal yang membuat ia kaget karena tak ada proses wawancara atau tes tertulis yang harus OSD jalani.

            Kemudian OSD masuk kelas, dan berkenalan dengan teman-teman barunya. Ketika OSD bercerita kalau ia hanya belajar selama sebulan di Ummul Qura, mereka semua kaget (mungkin sama kagetnya sama kalian #eh). “How can? Does University allow you?” Itu pertanyaan mereka. Dan mereka lebih kaget lagi ketika mengetahui OSD bisa masuk belajar di sana tanpa dokumen, tanpa ijazah, tanpa mendaftar.

            “Nobody can be a student here without any document!” ucap teman OSD yang lain.

            OSD pun mengakui pada halaman 134 kalau bisa belajar di Ummul Qura sangatlah sulit walau hanya menjadi mahasiswi mustami’ah. Harus mendaftar terlebih dahulu, menyerahkan semua berkas-berkas, dan menunggu lama hasilnya, apakah diterima atau tidak. Sungguh sebuah penantian yang mendebarkan. Seperti kata mereka, belum pernah sebelumnya seseorang diizinkan masuk begitu saja untuk belajar di kampus itu seperti OSD. Rasanya OSD ingin sujud syukur sekali lagi, ah, tak cukup tentu saja untuk menghitung nikmat Allah, begitu kata OSD.

            Ada dua jenis mahasiswi di Ummul Qura. Mahasiswi mustami’ah, yakni yang belajar dalam kurun waktu tertentu saja, tidak sampai perkuliahan selesai, dan mahasiswi muntazhimah, yaitu yang mengikuti perkuliahan bahasa Arab sampai dua tahun dan melanjutkan ke tingkat universitas selama empat tahun.  OSD tergolong mahasiswi mustami’ah, bersama beberapa kawan lain dalam kelas itu.

            Jadi, itulah kiranya jawaban apakah benar Oki Setiana Dewi pernah kuliah di Ummul Qura. Jawaban yang saya kutip dari buku yang ditulis oleh Oki Setiana Dewi yang berjudul Cahaya di atas Cahaya. Jika ingin membaca cerita komplitnya, silakan berburu bukunya. Buku yang bagussss sekali, saya yang membaca ulang secara cepat buku tersebut pun merasa malu dengan betapa rajinnya seorang OSD dalam menuntut ilmu dan betapa shalihahnya beliau. Ah, betapa saya tidak apa-apanya.

            Beberapa kalimat sempat saya garis bawahi ketika membaca buku ini beberapa tahun silam ingin saya tuliskan di sini sebagai penutup tulisan ini.

            Tugas kita semua, tugas seluruh umat Islam, adalah saling mendukung, membantu, merapatkan barisan untuk sebuah tujuan yang sama. Tak peduli siapa yang di depan, siapa yang di belakang, siapa yang muncul di permukaan atau di balik layar.

            Kita ini laksana satu bangunan yang harus saling memperkuat. Seperti halnya semen, besi, pasir, bebatuan yang keberadaannya saling mendukung menyempurnakan kekuatan dinding. Begitu pun seperti keberadaan fondasi, tiang, dinding, dan atap mutlak diperlukan demi tetap tegak dan kokohnya suatu bangunan.


            Terus semangat, Kak Oki… Kak Oki memang berada di permukaan, kami hanya bisa mendukung di balik layar. Semoga Kak Oki dan kita semua terus istiqomah dan terus diberikan hidayah untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Aamiin… 

64 komentar:

  1. Bagus Yan.. Harus ditambah lagi tulisan yg mendukung Oki karena dia aset dakwah :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Leyla. Selalu kita dukung kalau untuk kebaikan ya :-)

      Hapus
  2. Aamiin... Saya heran, kok ada ya org yg sirik sama OSD, padahal dia kan menyebar kebaikan bukan pembuat fitnah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah, Mbak Santi. Saya juga heran. Semakin tinggi pohon emang semakin kencang angin menerpa ya, Mbak.

      Hapus
  3. Masya Allah harus viral tulisan ini, harus disebarkan, jangan sampai OSD terdesak dengan orang ingin mematikan potensi dia dalam berdakwah. Makasih Yanti tulisannya mencerahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Naqiy. Semoga OSD tambah semangat :-)

      Hapus
  4. Kereeeeeen... inspiratif banget.. 😍😍

    BalasHapus
  5. Kenapa orang suka sekali melihat orang lain dari sisi negatif, yg bahkan ia sendiri tak tau kebenarannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita terhindar dari hal yang demikian ya, Mbak. Masih banyak hal2 yang lebih mengkhawatirkan padahal ya mbak..

      Hapus
  6. Tulisan ini mencerahkan sekaligus menjawab pertanyaan orang yang membuat petisi kemarin Mbak :D

    BalasHapus
  7. Bisa merasakaan kuliah walau sebulan lewat jalur khusus adaalah sebuah keajaiban ya

    BalasHapus
  8. Semakin hari semakin bbanyak orang yang suka makan bangkai temannya ya mbak. Saya lega karena ada tulisan ini. Semoga Oki bisa istiqomah dan sabar dengan ujian dari Allah ini.

    BalasHapus
  9. ulasan yang bagus mbak, menjawab pertanyaan sekaligus mempererat tali ukhuwwah sesama muslimah :)

    BalasHapus
  10. Itu agak aneh juga sih yang bikin petisinya...

    Padahal aku suka dengerin OSD ceramah kalo subuh, bikin adem dan gak suka ngomel-ngomelin yang nanya hehehe...

    BalasHapus
  11. Semoga Mba' Oki bisa bersabar dan mengambil hikmah dari ujian ini, Aamiin.. :)

    BalasHapus
  12. Tulisannya menjawab pertanyaanku juga. Makasih mba. Semoga OSD diberi kesabaran atas ujian yang sedang dihadapinya ya

    BalasHapus
  13. semoga mbak oki istiqomah dalam berdakwah ya.. sayang sekali kalo oki dibenci karena fitnah org yg tdk bertanggung jawab

    BalasHapus
  14. Subhanallahh... berdecak kagus sungguh nikmat yang telah Allah berikan kepada kak OSD.

    Petuah akhir postingan ini sungguh mnginspirasi dan ngejleb mbak

    BalasHapus
  15. Izin share yaaa...
    Hayu rapatkan barisan.

    BalasHapus
  16. Ulasannya bagus Mbk Yanti. Menjawab pertanyaan org2 di luar sana, termasuk saya :D
    Btw kok fotonya gak ikutan diposting? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak April mau lihat fotonya? Saya kirimkan japri nanti. Hihihihi...

      Hapus
  17. makasih Mba Yanti.. membaca dari sumber yang sahih membuat kita lebih tahu apa yang seharusnya. trím sudah diramu di sini mba..

    BalasHapus
  18. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah mengizinkan.. ;)

    BalasHapus
  19. naaa kudu ada komen dan ulasan buku biar gak ngomong2 katanya

    BalasHapus
  20. Tulisan ini seperti sisi lain yang jarang diungkap. Semoga OSD istiqomah. Ijin share ya.

    BalasHapus
  21. makasih yanti infonya, aku malas nyari tau berita oki yg viral itu karena selintas isinya hanya kemenyinyiran. info begini aja yg aku butuh

    BalasHapus
  22. Alhamdulillah pencerahan.. Saat gak bs tabayyun lgsg dengan oky. Tulisan ini membantu memperbaiki prasangka ya..

    BalasHapus
  23. Yang bikin petisi itu postingan di IGnya sudah melebar kemana2, nggak cuma mempertanyakan soal Ummul Qura aja. Apa nggak sayang ya waktu n tenaganya di habisnya buat menebarkan kebencian & fitnah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha.. Mbak Heni.. Saya pun bingung. Kok ada aja waktu dan tenaganya ya ngebahas ini itu.

      Hapus
  24. jadi memang penting banget yaa mengetahui dan mencari tahu secara komprehensif, gak latah dan asbun pdhal gak tahu dasar/sumbernya.
    ribut2 petisi ini agak2 berlebihan juga sih menurutku..
    era kebebasan yang kadang kebablasan..
    TFS mba Yanti

    BalasHapus
  25. Terjawab sudah rasa penasaran mengenai isu-isu yang menyangkut OSD...buku OSD yang pernah saya baca hanya melukis pelangi, untuk yang lainnya belum :(

    Ehm, mahasiswi muntazhimah perkuliahanya 6 tahun ya (2 thn bhasa arab, 4 thn di universitas) (y)

    BalasHapus
  26. Bagus banget tulisan ini mbak.... saya sendiri belum pernah mengukuti ceramah OSD tapi membaca ada petisi semacam itu kok ikutan jengkel. Ada orang menyebar kebaikan malah dipetisi. ok..ijin share mbak..biar banyak yg baca

    BalasHapus
  27. walaupun bukan penggemar OSD dan bukan juga pengikut OSD, saya heran dengan segala keributan...kalau memang tidak cocok dengan seorang pendakwah ya sudah tidak usah didengarkan....dan betul, riset itu perlu agar kita bisa memilih serta memutuskan, bukan tiba-tiba merasa ditipu....

    BalasHapus
  28. saya heran sama mereka yang membuat petisi itu, hmm orang berdakwah kok dicekal yah, ah ada - ada saja. Semoga yang terbaik untuk OSD yaa

    BalasHapus
  29. Setuju sama mak ophi..kadang kita suka kebakaran jenggot sendiri.menyebarkan berita yg ga jelas sumbernya. Moga2 OSD tetep sabar san iatiqamah di jalan Allah. Harua di share ini tulisa nya :)

    BalasHapus
  30. Andai mata dan telinga kita lebih terbuka untuk melihat dan mendengar kebaikan seseorang, tentunya nggak akan ada kasus seperti ini ya Mba. Kebaikan dan kontribusi OSD di dakwah sangat banyaaak. Tapi begitulah, jalan dakwah memang tidak pernah mudah. Semoga OSD tetep istiqomah. Amin.

    BalasHapus
  31. Mbak, saya sebenernya tidak terlalu mengikuti berita disocial media ttg petisi2 dan kritik yang disampaikan untuk OSD. Sayapun beberapa kali menyaksikan mbak osd lewat layar kaca. Namun, setelah membaca komentar positif (dukungan ke osd) maupun komentar negatif (kritik), saya pun mengAmini beberapa hal. Pertama, Mbak Osd jelas adalah aset dakwah muslimah di Indonesia, harusnya selalu kita dukung. Kedua, melihat dari akun social media seperti Instagram, (betul saya melakukan judgment, akantetapi, mbak osd lah yang mempublikasikan nya lewat IG, tentunya dengan penuh kesadaran, mbak OSD telah membentuk citra dan persepsi masyarakat seperti apa yang ingin melekat padanya, itu OSD yang menentukan), mbak OSD terlalu mengumbar hal-hal dunia. Seperti, gaya hidup secara berlebihan, menjual baju2 pengantin secara fantastis, terlalu banyak mengumbar foto wajah dengan makeup dan barang2 mewah. Bagi saya, ini sangat tidak patut dilakukan oleh seorang yang mengaku mengerti agama. Bila mbaak OSD menjadi role model anak muda, maka, para muslimah muda akan berasumsi, tidak apa2 mengumbar harta dunia, memiliki gaya hidup tinggi, bermake up dan mengumbar kecantikan. Apa gaya hidup seperti itu yang mau kita turunkan kepada generasi muda?

    saya berharap, kritikan itu dapat membuat OSD tabayyun, mengkoreksi diri. Coba lihat, para pendakwah besar seperti AA Gym, Ustd. Maulana dll, ketika mereka khilaf dalam berdakwah, mereka dengan besar hati mengkoreksi diri dan meminta maaf.

    Selanjutnya, mengenai status ber kuliah di ummul qura. Dari apa yang mbak yanti sampaikan, saya tidak melihat belajarnya OSD disana selama sebulan adalah sebagai kegiatan berkuliah. Yang saya lihat, OSD hanya belajar dikelas bahasa arab. Jika berkuliah, pasti ada legalitas sebagai mahasiswa. Terdaftar secara administrasi, tentunya melalui proses seleksi dan persyaratan dokumentasi sebelumnya. Kemudian, pasti juga akan ada proses evaluasi berupa ujian, nilai dan ijazah atau sertifikat. Itu baru disebut pernah berkuliahm Dalam kasus OSD ini, saya rasa, kata yang lebih tepat adalah pernah belajar 1 bulan di ummul qura, sehingga tidak menimbulkan salah persepsi. Pernah belajar belum tentu berstatus mahasiswa loh mbak. Saya beberapa kali masuk ke dalam kelas di Universitas Lain, ikut belajat, tapi hal itu tidak membuat status saya sebagai mahasiswa disana. Saya hanya belajat, mendengarkan kuliah dan mendapatkan ilmu.

    Ini semua untuk kebaikan dakwah islam ke depannya. Semoga OSD mau berlapang dada mengkoreksi dirinya. dan kita, tidak terjebak dalam kecintaan subjektif yang membuat kita tidak bisa menilai sesuatu secara objektif lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba cek KBBI, Mbak. Apa makna kuliah dari sana :-)
      Dalam pernyataannya yang saya baca pun di bukunya, Oki juga tidak menyebut ia kuliah tapi dengan frasa belajar dan menuntut ilmu.

      Coba baca detail isi dari postingan saya. Judulnya memang berkata 'Apakah OSD pernah kuliah...' tapi isinya adalah penjelasan tentang proses belajarnya OSD di Ummul Qura.

      Kesimpulannya ada pada paragraf ini: Ada dua jenis mahasiswi di Ummul Qura. Mahasiswi mustami’ah, yakni yang belajar dalam kurun waktu tertentu saja, tidak sampai perkuliahan selesai, dan mahasiswi muntazhimah, yaitu yang mengikuti perkuliahan bahasa Arab sampai dua tahun dan melanjutkan ke tingkat universitas selama empat tahun. OSD tergolong mahasiswi mustami’ah, bersama beberapa kawan lain dalam kelas itu. Nah jika disebutkan tidak sampai selesai, tentu saja wajar tidak ada ijazah, nilai, dll.

      Oh ya.. Saya tidak follow IGnya OSD :-)

      Hapus
  32. Tulisan yang mencerahkan. Semoga OSD selalu istiqomah di jalan dakwah.

    BalasHapus
  33. Semoga Allah selalu melindungi beliau dari fitnah dunia, aamiin

    BalasHapus
  34. tulisan yang menarik...makasih sudah menuliskan hal ini. uni gak gitu ngikutin masalah OSD ini... tapi tulisan ini menyejukkan... dirimupun bisa seperti OSD, yanti... terkadang tulisanmu menenangkan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uniiii... Yanti aamiinkan yaa. Masih jauh dari OSD, Un. Masih banyak malasnya kalau ynt. Tapi ynt aamiinkan komen Uni. #PelukUni..

      Hapus
  35. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak ya Kak :D Allahuakbar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Nyi. Itu yang wajib kita imani. Semangat, Nyi :-)

      Hapus
  36. terima kasih sharing infonya..
    semoga OSD dan pejuang dakwah lainnya selalu dalam lindunganNya.

    BalasHapus
  37. Sungguh ujian yang sangat berat ya buat mbak oki, semoga dia bisa melewatinya dengan baik.

    BalasHapus
  38. Harusnya kalau tidak suka dgn oki, ya, sudah. Tidak usah sampai membuat petisi. Toh dakwah yg dilakukan oki tidak melenceng.

    BalasHapus
  39. saya pernah liat dia di TV sekali dua kali, kalau saya sih biasa saja ya gak terlalu melihat OSD itu ini itu. bagus-bagus saja sih selama mengajarkan kebaikan, dakwah dll...kecuali uda menghasut ke hal-hal yg aneh2 ya, kalau misal soal busana toh banyak juga selain dia yg menjual/ punya produk dengan harga mahal, mungkin prosesnya kali ya yg bkin mahal misal dibuat oleh para pengrajin langsung kan ya harus menghargai pengrajinnya juga ya...cmiiw lho mba hehehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Malah kalau kita ngantar ke penjahit sendiri dengan bahan berkualitas bisa lebih mahal dari yang dijual sudah jadi. Selain itu, juga ada pilihan busana yang lebih murah kalau tidak sesuai budget ya, Mbak. Hehehe...

      Hapus
  40. Pencerahan yg menarik, jadi kita bisa melihat yg benar dan rinci, bukan hanya dari gosip2 yg beredar. Makasih, Mbak Yanti :)

    BalasHapus
  41. Kita ini, bangsa yang lucu. Ada artis yang baik dikit, trus nemu secuil kekurangan, eeeeeeh petisinya ngalahin yel2 wafer tango.
    Tapi, artis yang jelas2 nyontohin kemaksiatan malah adem2 ayem aja tuh ga ada yg metisiin, kalo pun diprotes pasti dibilangnya ya wajar lah namanya juga seniman.
    Hahaha, standar ganda.
    :)
    Semangat terus kak Oki :)
    btw, makasih mbak Hairi sharingny :)
    Aku ini bukan fans OSD, tp aku yo jengah juga klo ada role model yg baik tp dikucilin hehehhee..

    BalasHapus
  42. Saya punya bukunya mbak, dan sudah saya baca jauuuh sebelum rame petisi OSD, makanya kmrn ketika dapat petisinya sy cuekin aja, aneh menurut saya, ditulis dari seseorang yg tdk jelas dan malah seperti menyebarkan fitnah saja hehe... thanks ya mbak atas ulasannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sedih yah kebaikan seseorang yang banyak tertutup dengan satu keburukan, dan sekarang sampe ada petisi, astagfrwllh, semoga hal hal semacam ini menjadi pelajaran. dan semoga kembali seperti semula, semangat untuk mbk oki :D

      Hapus
  43. Buku lama ya? Untung masih ada bukunya ya. Makanya buku jangan dijual :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha... Lakiii... Kan pusing naruhnya. Belikan konteiner lagi yaaaaa :D kalau ga dilarang, udah dijual separuh nih :p

      Hapus
    2. Ahahaha... Lakiii... Kan pusing naruhnya. Belikan konteiner lagi yaaaaa :D kalau ga dilarang, udah dijual separuh nih :p

      Hapus
  44. Ikut komentar ya... ^^ ini berita bikin greget,Kalau mengenai ilmu agamanya OSD yg dibilang kurang ya harap maklum saja.Mereka yg menyetujui petisi XXX tsb kan cuma memandang OSD dari segi kekurangannya,selama OSD niatnya untuk menyebarkan kebaikan kenapa harus diboikot segala. TV Indonesia itu aneh,yg baik2 dilarang,yg buruk2 dipersilahkan.

    BalasHapus
  45. Info bagus ni mbak, krn soal OSD kul di Ummul Quro sgt ngambang. Setiap manusia psti ada kekurngannya, paling tdk OSD selalu memberi petuah yg baik bagi fans dan penontonnya. Itu yg sayaa suka & saya dukung.

    BalasHapus
  46. ambillah kebiakan darinya, tinggal yang buruk

    BalasHapus
  47. Wah baru baca tentang cerita OSD yang riil di sini. Makasih infonya ya. Memang benar, di Indonesia tuh sebagian orang ramai koaar2 ga jelas asal ikut2an dengki gara-gara petisi. Hmm.. nice review mbak, salam kenal ya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...