Minggu, 20 Maret 2011

Eliana (Tere Liye)

Pada awalnya saya pikir Eliana akan beda dengan 2 adiknya terdahulu, Burlian dan Pukat. Karena di dua adiknya itu diceritakan Eliana sudah masuk SMP di kota kabupaten. Jadinya sy pikir ketika cerita Eliana hadir maka settingnya tidak di kampung lagi, tapi di kota kabupaten. Tidak ada Pak Bin lagi tapi berganti dengan guru2 di SMP kota kabupaten. Tapii... ternyata penulisnya masih setia dengan kampung dan masih konsisten dengan cerita anak-anaknya. Bukan cerita ABG.



Kecewakah saya? TIDAK. Hehhe... Bagaimana bisa saya kecewa, jika di awal saja emosi sy sudah diaduk-aduk, bikin haru dan ada airmata yang merekah (ciee...) saat si Pemberani Eliana berteriak, "JANGAN HINA BAPAKKU!" Dan sy sepakat dengan tulisan seorang teman, ketika di bab awal kita dibuat haru dan menangis, di bab selanjutnya malah ada tawa yang berderai. Menyenangkan Sekali... ^^



Ketika sampai pada tengah cerita, sy pikir cerita ini hanya akan berkutat tentang penambangan pasir. Ahaha... ternyata sy salah. Cerita tentang penambangan pasir hadir dalam porsi yang tepat, hingga sy tidak bosan. Dan cerita2 lainnya pun sungguh membuat sy takjub dan terpesona. Ah... indah nian buku ini. Banyak pelajaran yang di dapat. Sungguh sebuah makanan yang bergizi.



Ada cerita tentang lingkungan, ada juga tentang pribadi Eliana dan bagaimana Eliana berhubungan dengan orang-orang sekitar juga dengan keluarga terdekatnya. Seru dan tegang ketika Eliana bersama empat buntalnya beraksi, juga perseteruan Eliana dan Marhotap, dan terakhir dengan Anton. Dalam Eliana juga banyak keceriaan khas anak kecil yang hadir lewat tokoh Pukat dan Burlian yang nakal juga Amelia yang pintar. Ahaha.. sy telah jatuh cinta dengan sosok Amelia. Ahaha.... solidaritas sesama anak bungsu :p



Eliana adalah anak sulung. Sy juga sempat punya pikiran seperti Eliana.. oh.. bukan sempat lagi, pikiran itu masih ada bahwa menjadi anak sulung itu memang berat, punya tanggung jawab yang tidak ringan. Itu pulalah yang dirasakan Eliana dan membuat dia merajuk. Ohoho... sepakat dengan beberapa review di Goodreads yang menyebutkan pada bagian itu juga sukses membuat airmata kita berderai2.



Apa lagi yaa??? Oh iya, seperti yang sy sebutkan di atas, banyaknya pelajaran yang bisa diambil dari membaca Eliana, hal ini sempat membuat sy berangan-angan.. Bagaimana jika penulis2 seperti yang menuliskan Eliana, diangkat jadi PNS dan digaji pemerintah.. Jadi kerjanyaa cuma nuliiis buku2 bergizi seperti ini. Dan buku2 itu disebarkan gratis, akan ada di semua perpustakaan sekolah, perpus kampus, perpus daerah, rumah2 baca dan lain-lain.



Atau cerita ini diangkat ke layar kaca, seperti cerita Upin Ipin mungkin, terlebih saat sy membacanya, sy membayangkan Eliana itu seperti Kak Ros. Hehe... dan siapa lagi yang menjadi Upin dan Ipin nya kalau bukan Pukat dan Burlian. Lalu, kenapa diangkat ke layar kaca? Agar setiap orang yang tidak suka membaca bisa menikmatinya. Atau dengan kata lain... Serial anak-anak Mamak ini bisa menjangkau lingkup yang lebih luas. Sayang sekali kalau cuma dibaca segelintir orang di negeri ini. Karena ceritanya sungguh bagus dan mengesankan :)



Catatan lain lagi... ketika membaca Eliana banyak sekali kesalahan ketik yang sy temukan Dan juga satu hal yang membuat kening sy berkerut, kenapa Eliana jadi dipanggil kakak oleh adik-adiknya? Di buku sebelumnya Eliana dipanggil Ayuk. Yah, walaupun sebagai urang Banjar sy lebih familiar dan lebih nyaman membaca dengan panggilan kakak itu, tapi sepertiiii... apa ya? cita rasanya jadi berkurang gitu.



Satu hal lagi.. Aaaa... kenapa suka banget sih 'mematikan' teman si tokoh utama? Hal ini jelas membuat sy penasaran, apa ada lagi teman si tokoh utama yang 'dibunuh' dalam Amelia? Sy berharap tidak ada.



Terakhir tapi tidak kalah pentingnya... sy mengucapkan terima kasih pada seorang kakak yang telah berbaik hati meminjamkan Eliana kepada sy padahal kakak itu sendiri belum menyelesaikan membacanya. Ohoho... Makasih banyak ka :)



Beberapa kutipan dari Eliana :

Jangan sampai kebencian kau pada seseorang membuat kau berlaku tidak adil padanya

Dalam kehidupan kita selalu ada momen, kejadian atau peristiwa hebat yang bisa menjadikan dua orang musuh menjadi sahabat baik.

Barang hilang sungguh aneh perilakunya. Semakin dicari, semakin tidak ketemu. Saat dilupaka, diikhlaskan, malah muncul sendiri di depan mata.



Tidak semua yang kalian inginkan harus terjadi seketika. Kita tidak hidup di dunia dongeng.

Tidak ada yang gampang dalam sebuah perjuangan.

Jangan pernah bersedih ketika orang2 menilai hidup kita rendah karena sejatinya kemuliaan tidak pernah tertukar. Kalian tidak harus selalu membalas, bukan? Bahkan cara terbaik menanggapi olok-olok adalah dengan biasa-biasa saja. Tidak perlu marah. Tidak perlu membalas

Hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika itu memang cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali para pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia mengenggamnya erat-erat.



Judul : Eliana (Serial anak-anak Mamak)

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Republika

Tahun : 2011

Tebal : 519 halaman

1 komentar:

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...