Minggu, 20 Mei 2012

Ping! a message from Borneo


Penasaran!


Yup, saya selalu saja dibuat penasaran dengan novel yang merupakan juara lomba. Pengin tahu seperti apa sih novel yang berhasil menarik hati para juri, trus apa saya sependapat juga dengan para juri kalau novel itu layak buat jadi juara? Hellooo… siapa sih yanti? Sok banget nih anak. Hihihihi….


Begitu pun dengan Ping!  a message from Borneo buah karya dari Riawani Elyta dan Shabrina WS yang merupakan juara 1 dari lomba novel 30 hari 30 bukunya Bentang Belia. Dan rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi karena novel itu dikerjakan oleh dua penulis, yah.. pengin lihat gimana sih 2 penulis bersatu dalam satu karya. Penasaran…



Ping! A message from Borneo bercerita tentang Molly, yang dia sayaang banget sama binatang. Pada suatu ketika, seorang teman bule si Molly yang bernama Nick mengajak Molly buat menyusul si Nick ke Kalimantan. Buat apa? Buat meneliti  orang utan yang ada di Kalimantan. Dan Molly pun setuju, menyusul Nick ke Kalimantan. Iiih… si Molly kok mau sih diajak2 bule gitu? Tenang sodara-sodara… ada Andrea kok yang bersama mereka. Jadi ga dua-duaan dunk.


Di Kalimantan, pulau saya terdjintah itu, Molly bertemu dengan Archi, sahabatnya sewaktu SMA yang merupakan anak dari seorang pengusaha sawit di Kalimantan. Bukan pertemuan tak direncanakan kok, karena mereka sebelumnya sudah janjian di facebook.


Di sisi lain juga ada cerita tentang Ping. Seorang anak orang utan yang ibunya tewas di depan matanya sendiri. Pengalaman mengerikan yang membuat Ping sangat terluka. Tapi kemudian Ping menjadi terhibur dengan kehadiran Jong dan ibunya, yang menganggap Ping sebagai anaknya sendiri begitu pula dengan Ping yang sudah merasa Ibunya Jong adalah Ibunya sendiri. Namun, sebuah kejadian kembali dihadapi Ping.


Mengangkat tema yang tak biasa. Yah, inilah yang menjadi nilai lebih dari novel ini. Tema Orang Utan yang beberapa waktu belakangan ramai diperbincangkan diangkat menjadi tema utama novel ini oleh dua penulisnya. Cerita tentang Ping, Jong dan ibunya membuat saya lebih mengenal Orang Utan itu, kebiasaan mereka, bagaimana mereka membuat sarang, tentang orang utan jantan, bagaimana mereka bertahan hidup di hutan, dll.


Saya bukanlah seorang penyuka fabel, tapi cerita Ping digarap dengan sangat manis hingga saya tak bosan membacanya. Sy malah sangat menikmati cerita tentang Ping dan rasanya pengin menatap si Ping dari dekat. Hadeh, walau tinggal di Kalimantan, saya lupa apa selama saya hidup pernah menatap Orang Utan atau belum ya? Kalau bekantan sih pernah, terpesona dengan hidungnya yang mancung. Xixixixi….


Walaupun begitu.. saya merasa novel ini konfliknya tidak terlalu tajam. Huks.. sok bener deh saya bilang begitu. Eh, beneran.. saya awalnya mengira kalau bakal ada semacam 'baku hantam' atau semacam penyelidikan terhadap kasus pembantaian orang utan dan kemudian si Molly cs dapat ancaman gitu dari yang membantai orang utan. Tapi ternyata tidak, konflik berasa datar. 


Untuk cover buku, saya juga agak menyayangkan pilihan huruf yang dipilih untuk tulisan a message from Borneo, tulisannya agak kurang jelas. Yang membuat teman saya kesulitan mencari buku ini karena kemarin saya nitip sama dia. Tapi endors dari Dee di cover depannya oke banget. Seorang Dee yang ngasih endors. Wow! 


Trus saya juga dibalut penasaran tentang nasi kuning dengan ikan haruan dan sambal bacan. Indonesia memang kaya dengan aneka kuliner, hingga saya yang sama-sama di Kalimantan dengan setting cerita tak mengenal apa itu sambal bacan, begitupun dengan yang namanya bikang, yang katanya campuran dari telur, gula dan santan dengan takaran yang sama. Apa maksudnya bingka ya? Mungkin hanya beda nama aja kali yaa di kaltim dengan di kalsel… 


Pada epilog, penulisnya mencoba menyelipkan bahasa banjar dalam dialog. Wuiih… keren juga bahasa daerah saya bisa nampang di novel ini. Tapi punteeen… saya kok merasa dialognya rada sedikit kurang pas tentang pemakaian kata ikam dan ulun. Kalau ikam diganti dengan pian, nah itu baru pas. Tapiiii… mengingat setting lokasinya di kaltim, bukan di kalsel, mungkin memang beda ya bahasa yang dipakai di sana.


Dan saya suka banget dengan kata-kata ini
"Kita memang tidak tinggal di masa lalu, tapi ada harta terindah yang kita bawa dari sana, yang bisa kita ceritakan berulang-ulang sepanjang ruas jalan kita."

2 komentar:

  1. Terima kasih Mbak Yanti, sudah membaca dan membuat catatan untuk PING! sungguh ini suatu yang sangat berharga bagi kami :)

    Izin share ya

    salam sayang orang utan :)

    BalasHapus
  2. Wuiiih... langsung ada komen dari penulisnya :D
    Makasih ya mbak udah mampir. Iyaa.. silakan di share, maaf sy sok tau ngereviewnya. :D

    Salam sayang kembalii... ^^

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...