Kamis, 20 September 2012

Morning Light – Windhy Puspitadewi

“Novel ini ditujukan untuk kalian, khususnya para bunga matahari yang masih berusaha mengejar matahari”
Itulah sederet kata yang tertulis di kata pengantar Morning Light karya Windhy Puspitadewi, yang membuat saya semakin tertarik dan menebak-nebak isi ceritanya . Yang terbayang dalam pikiran saya buku ini bercerita tentang seorang gadis yang naksir abis dengan temannya , terus mengejarnya hingga sampai pada satu titik di mana dia berhenti berharap. Hal ini tentu saja diperkuat dengan keterangan lain di kata pengantar di mana si penulis mengatakan bahwa novel ini berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri, di mana ada seseorang yang dikejar sejak dia kecil .


Dan ketika berada di awal cerita saya menemukan cerita tentang Sophie yang selalu satu sekolah dengan Devon, semakin kuatlah keyakinan saya ini tentang Sophie yang ngejar-ngejar Devon. Walau kemudian saya bingung juga, kenapa 2 tokoh yang lain, Agnes dan Julian mendapat porsi penceritaan yang sama banyaknya dengan Sophie dan Devon. Eaaaaa…. Ternyata tebakan saya salah pemirsah

Morning Light memang bercerita tentang persahabatan 4 orang, 2 cowok 2 cewek. Devon dan Julian, Sophie dan Agnes. Mereka bersahabat sejak SMP, oh ya tidak Sophie dan Devon telah bersahabat sejak masih kecil karena rumah mereka berdekatan. Walau akhirnya mereka berpisah waktu SMA (kecuali Sophie dan Devon) tapi persahabatan mereka tetap terjalin erat. Masih saling antar jemput sepulang sekolah.

Tentu saja, cerita tidak bergulir mulus. Ya iya lah… apa artinya sebuah cerita tanpa konflik. Garing bo… karena itu cerita ini juga sarat dengan konflik yang membelit setiap tokohnya. Agnes yang merasa dibayang-bayangi oleh kakaknya yang telah wafat yang membuat hubungannya dengan sang Mama merenggang, Sophie yang terobsesi mengikuti jejak mamanya sang penulis, Julian yang selalu ingin lebih unggul dari Daniel, abangnya sendiri dan Devon yang dididik keras oleh sang ayah agar menjadi pemain bola. Yang semua hal itu membuat mereka menjadi orang lain, bukan menjadi diri mereka sendiri.

Konflik juga semakin manis dengan adanya romansa antara ke empatnya. Hihihihi…. Cinta terpendam, tak bisa mengungkapkan hingga tak sadar bahwa perasaan itu ada. 2 orang dalam cerita tersebut tak menyadari akan perasaan mereka, 2 yang lain sadar tapiiii menyimpannya di lubuk hati terdalam. Deeuuuu….. Jadi tersayat-sayat gitu deuh yang baca
Saya juga suka bagaimana Windhy, sang penulis membangun karakter masing-masing tokoh. 4 tokoh dalam Morning Light punya karakter yang bedaaa banget. Tapi penulisnya bisa membuat masing-masing tokoh berjalan dengan karakter masing-masing, ga tercampur aduk. Dan saya paling suka dengan sosok Julian, paling cuek tapi sebenarnya paling peduli dengan teman-temannya. Paling bisa mengendalikan juga mempengaruhi. Tipe pemimpin banget deh

Ketika mencapai ending, saya pun ikut berpikir tentang diri saya sendiri. Eaaaaa…… dan saya rasa nih ya, novel ini bagus buat difilmkan. Sebelas dua belas dengan Perahu Kertas gitu deh. Wkwkwkwk…… Jadi penasaran deh dengan buku-buku Windhy yang lain.

Bunga matahari selalu menghadap matahari. Mengikuti ke mana pun matahari pergi. Berusaha menjadi seperti matahari dan tertekan karena sadar tidak akan pernah bisa, sekuat apapun dia berusaha. Dan karena perhatiannya selalu tertuju pada apa yang dilihatnya, dia tidak bisa melihat ke dalam dirinya sendiri. Bunga matahari tidak sadar kelebihannya sendiri. Dia tidak sadar dia lebih tinggi dari rata-rata bunga pada umumnya. Tidak tahu bahwa dia cantik. Tidak tahu bahwa banyak orang yang lebih senang melihatnya daripada melihat matahari itu sendiri.

2 komentar:

  1. awalnya juga mikir ini tentang cewek yang ngejar2 cowok, tapi windy selalu bisa ngasih yang lebih daleemmm dari itu... :)

    BalasHapus
  2. betul ka. makanya jadi penasaran ama buku2 Windhy yang lain :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...