Selasa, 20 November 2012

[Short Story] Cari Jodoh

Cari Jodoh

Langkah pertama kuberkaca diri
Apa aku layak untuk engkau

Langkah kedua kuberdoa
Semoga kau juga mau kepadaku

Langkah ketiga kumencoba
Beranikan diri mendekati engkau

Langkah terakhir kuberserah diri
Pada Dia Maha Menentukan

Raffi mengulum senyum mendengar lagu dari film Ketika Cinta Bertasbih yang sedang dia dan keluarga tonton.
"Eh, bang Raffi senyum-senyum," Raisa, si bungsu yang cerewet mulai mengoceh.
"Pengin punya istri kayak Anna tuh," kali ini celoteh Raisa disambut Raihan, si tengah.
"Abang kalian memang sudah waktunya menikah," Ibu tak ketinggalan bersuara.
"Bukan sudah waktunya Bu. Tapi sudah telat, udah 36 usianya," Raisa lagi

.
"Husni Mubarak 30 tahun berkuasa sekarang lengser. Soeharto kemarin 32 tahun," Ayah ikut menyumbang suara.
"Apa hubungannya dengan revolusi di Mesir Yah?" Tanya Raisa, tak paham.
"Maksud ayah itu, jangan sampai Bang Raffi lengser ke bumi alias wafat sebelum nikah," Raihan menjelaskan.
"Huss! Jangan ngomong macam-macam kamu Rai," Ibu tak terima. Naluri keibuannya terusik.
"Raihan cuman ngomporin Bang Raffi Bu," Raihan membela diri.

"Teman-teman kakak yang kemarin mau dijodohkan sama kamu udah nikah semua Fi," suara kak Naila, kakak ipar Raffi yang biasanya diam kali ini ikutan ngomong sembari tangannya cekatan menyuapi putri kecilnya Nesha, sementara dua kakak Nesha, si kembar Riyad dan Riyan sedang asyik bermain mobil-mobilan di dekat Raffi.
"Bang Raffi sih terlalu pilih-pilih," Raisa lagi.

Raffi tersenyum masam mendapati situasi seperti ini. Sudah terlalu sering. Seiring usianya yang semakin bertambah semakin sering pula hal ini menjadi topik perbincangan di keluarganya. Terkadang Raffi malah berpikir lebih enak menjadi wanita jomblo ketimbang pria jomblo. Kalau wanita, bisa menjawab simpel, emang belum ada yang melamar. Nah, kalau pria? Malah sering divonis macam-macam.

"Nih cermin Bang," Raisa menyodorkan sebuah cermin ke arah Raffi yang kemudian menerimanya dengan pandangan bingung. "Kalau wajah bukan seperti Nicholas Saputra, jangan mengharap Dian Sastro," tawa pun bergema di ruangan itu. Raffi melempar bantal ke arah Raisa yang terlihat puas bisa menggoda abangnya.

Sementara itu pikiran Raffi kembali ke arah lirik lagu tadi. Sebenarnya semua langkah yang disebutkan di lagu itu telah dia lalui, kecuali langkah ketiga, dia belum berani terlalu dekat tapi sudah mengenal dengan baik. Ada hal yang juga penting, Raffi harus meminta persetujuan keluarganya. Apakah ini saatnya? Raffi mencoba meyakinkan diri, kalau tidak sekarang kapan lagi?

"Boleh mengajukan calon sendiri?" pertanyaan Raffi sontak membuat perhatian seluruh penghuni di ruangan itu terpusat padanya. Penasaran siapa calon yang diajukan Raffi karena selama ini usaha perjodohan selalu gagal.
"Boleh banget Bang," Raihan menjawab dengan nada tak sabar. Raisa sigap mengecilkan volume TV, siap menyimak.
Raffi menatap ibu, ibu segera mengangguk. Pandangan Raffi beralih ke ayah. "Asalkan dia perempuan dan seiman. Silakan," kata ayah. Sekilas Raffi menatap kak Naila yang hanya membalas dengan senyum simpul.

"Saya…" Raffi menggantung ucapannya, menarik nafas dan berdoa dalam hati. "Saya ingin melamar kak Naila, menjadi ayah dari 3 keponakan saya," seluruh penghuni ruangan ini terpaku. Dan Raffi bersiap menerima segala reaksi, memperjuangkan keputusannya, termasuk meyakinkan Naila, janda dari abangnya sendiri yang wafat karena kecelakaan  dua tahun yang lalu.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...