Randu, adalah judul cerpen yang ditulis Mbak
Shabrina WS. Sebuah cerpen yang sangat saya sukai. Diksinya manis, ceritanya
pun begitu, namun bukan itu alasan utama saya sebegitu menyukai cerpen
tersebut. Alasan utamanya adalah pesan yang disampaikan dalam cerpen tersebut.
“Karena mungkin, kau tidak akan pernah tahu
sejauh mana takdir tulisanmu.”
Begitu kata Randu. Saya jadi teringat lagi
akan cerpen tersebut ketika menelusuri sebuah blog. Blog kepunyaan Mbak Ida
Tahmidah. Cerita Ida, begitulah blog
itu bernama. Ada beberapa label yang bisa ditemukan di bawah header blog tersebut. Salah satunya adalah
label motivasi, yang membuat tangan saya menggerakkan tetikus ke arah label
tersebut dan meng-klik-nya. Saya pun langsung menelusuri tulisan demi tulisan
di sana.
Seketika saya terhenyak pada sebuah tulisan
yang berjudul Antara Keinginan dan Kebutuhan.
Sebuah tulisan yang mengingatkan saya. Betapa tidak, saya saat itu sedang
keasyikan melihat barang-barang di sebuah web. Promo gratis ongkos kirim
membuat saya ingin membeli banyak hal. Untunglah di sela menelusuri web
tersebut, saya bertandang ke blog Mbak Ida.
Mengutamakan rasa
ingin dibanding mempertimbangkan kebutuhan memang bisa terjadi pada siapa saja.
Baik pada mereka yang memiliki keuangan yang mapan maupun berkekurangan. Meski
biasanya terjadi pada mereka yang secara ekonominya lebih dari cukup karena ada
uang untuk memenuhi keinginannya. Tetapi juga bisa terjadi pada mereka yang
secara ekonomi berkekurangan hal ini dilakukan dengan memaksakan diri bagaimana
pun caranya.
Mengelola keuangan
rumah tangga memang membutuhkan kecerdasan emosi juga didalamnya. Kecerdasan mengelola
rasa 'ingin' yang menggebu agar dapat menekannya dan meredamnya hingga kita
bisa memenej keuangan kita dengan baik. Tidak membeli sesuatu karena keinginan
tapi karena kita memang membutuhkannya.
Begitu kata Mbak Ida pada postingan yang ditulis tahun 2012. Lihat, kita tidak akan pernah tahu, kan, sejauh
mana takdir sebuah tulisan. Tulisan Mbak Ida ditulis pada tahun 2012, tapi bisa
mengingatkan saya di tahun 2016 ini.
Begitu juga pada sebuah tulisan berjudul
Baiklah Aku Percepat saja. Apa yang
dirasakan oleh Mbak Ida kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan seolah
mewakili perasaan saya. Tentang motivasi menulis saya yang agak mengendur
belakangan ini. Saya pun seperti disengat pada pertanyaan Mbak Ida untuk
dirinya sendiri, kalau menulis itu hobimu kenapa selama ini tiba-tiba
saja enggan menulis? Hiks. Ini pertanyaan jleb
banget.
Selain
dua tulisan itu, ada banyak lagi tulisan Mbak Ida juga yang saya sukai. Mbak
Ida menceritakan tentang dirinya dan memotivasi dirinya tapi percayalah
motivasi itu juga menyengat saya. Apalagi pada tulisan tentang 7 tips mengatasi rasa jenuh ngeblog,
wah, itu saya banget. Lihat saja postingan di blog ini yang semakin jarang.
Hiks. Untunglah saya BW ke tempat yang tepat, yaitu blog Cerita Ida.
Selain
label motivasi, ada beberapa label lagi yang bisa didapatkan di blog Mbak Ida.
Ada Islam, Kuliner, Review, Tekhnologi, dan juga yang menarik adalah Parenting.
Sebagai seorang ibu dari lima orang buah hati, Mbak Ida menuangkan
pengalamannya bersama anak-anak dalam label Parenting di blog beliau. Dua dari
lima anak Mbak Ida adalah penulis. Pengin anak menjadi penulis juga? Mbak Ida
menuliskan kiat membuat anak senang menulis di sini.
Teruslah
menulis, Mbak Ida. Karena seperti kata Randu, kita tidak akan pernah tahu
sejauh mana takdir tulisan kita.
Aku malah belum baca tulisan mba Ida yang 'Antara Keinginan dan Kebutuhan". Makasih ya infonya mba :)
BalasHapusTeh Ida ini keren, anaknya 5 tapi terus produktif ya.
BalasHapusTerima kasih tulisannya Mba....terima kasih jg semangatnya :)
BalasHapusmom blogger..banget.. n salutnya pinter ngatur waktu n penuh semangat
BalasHapusteh Ida dan mbak Yanti ini memang canggih meramu kata-kata, aku jadi pengen belajar deh
BalasHapusSama banget nih, aku juga paling suka yang 7 tips mengatasi rasa jenuh ngeblog, pengen dipraktekin soalnya biar tetep semangat ngeblog.
BalasHapus