Rabu, 04 Mei 2016

Perjalanan 326 kilometer Menuju Balikpapan


Sebenarnya kalau diminta memilih antara perjalanan darat atau udara, saya jelas lebih memilih perjalanan udara karena lebih tidak memakan waktu, juga tenaga. Namun, ada kalanya perjalanan darat tidak bisa dihindari. Seperti perjalanan dari Barabai menuju Balikpapan yang saya jalani minggu kemarin.

            Perjalanan itu pun menimbulkan beberapa kekhawatiran dari berbagai pihak. Di antara kekhawatiran itu adalah :

            Pertama, jalan lintas provinsi Kalsel-Kaltim itu rusak. Walau tidak sepanjang perjalanan ditemani jalanan yang rusak, namun ada beberapa titik yang mengalami kerusakan parah.

Setahun kemarin saya dan kakak sudah pernah melewati jalanan tersebut. Jadi, sedikit banyak saya sudah tahu medannya. Yang tambah mengkhawatirkan adalah ada kabar kalau kerusakannya semakin parah. Walau ada juga kabar yang menyampaikan kalau sudah ada perbaikan di beberapa titik. Kabar yang saya terima masih simpang siur.


            Kedua, mobil yang saya tumpangi bukan tipikal mobil yang siap dibawa untuk jalanan rusak tersebut. Mobil itu lebih siap untuk berpetualang di dalam kota. Jadi, ada kekhawatiran mobil tersebut tidak bisa melewati jalanan yang rusak parah tersebut.

            Ketiga, sopirnya belum memiliki jam terbang yang tinggi. Hehehe…. Sebelumnya ada rencana kakak saya bersama istrinya yang akan membawa mobil tersebut ke Balikpapan. Sekalian mereka juga ingin liburan ke Samarinda dan Tenggarong. Saya malahan sudah survey hotel buat mereka. Namun, karena satu dan lain hal rencana itu batal. Maka, suami saya lah yang akan menjadi sopir dan saya menjadi satu-satunya penumpang.

            Ketiga kekhawatiran itu tidak membatalkan perjalanan kami. Saat saya bertanya pada suami apa dia tidak masalah membawa mobil sendiri ke Balikpapan? Dia bilang tidak masalah. Maka, yuk, ah, kita berangkaaaat.

  Persiapan Sebelum Berangkat

            Perjalanan ini adalah perjalanan yang kami rencanakan. Bukan tiba-tiba berangkat, jadi memang ada persiapan yang dilakukan, yaitu :

            Pertama, packing. Yup, berhubung jaraaaang sekali membawa mobil sendiri dalam perjalanan kali ini, maka lumayan banyak barang yang saya bawa dari rumah orangtua. Semacam, barang-barang yang dulu tertunda dibawa, kini bisa diangkut semua. Ada juicer, coffee maker, rice cooker, sampai meja belajar yang dulu saya gunakan waktu masih ngekost. Wkwkwk…. Berasa pindahan deh.

            Semua barang sudah saya siapkan dalam satu tempat. Jadi, saat hari H tinggal mengangkut semua ke dalam mobil.

            Kedua, cek kondisi mobil. Ini penting juga. Apalagi suami apalagi saya masih awam sekali dengan masalah mobil. Jadinya, sehari sebelum berangkat kakak saya memeriksa kondisi mobil. Tekanan ban diapakan deh, saya juga kurang tahu. Satu-satunya yang tidak disiapkan adalah kondisi bbm yang tidak full. Tapi kami tidak menganggap itu masalah karena mobil yang kami tumpangi lumayan irit. Perkiraan sih bisa sampai di Panajam tanpa mengisi bensin sama sekali.

            Ketiga, logistik selama perjalanan. Hihihi…. Ini juga penting. Saya membawa roti, camilan, kopi panas dalam termos, juga air putih yang banyak. Karena rencananya kami hanya akan mampir satu kali buat makan di jalan. Setelahnya akan mengisi perut di Balikpapan saja.

            Keempat, merencanakan perjalanan dan persinggahan. Ini juga perlu diatur agar perjalanan bisa efisien. Kami merencanakan perjalanan dimulai setelah shalat subuh. Setelah shalat subuh langsung meluncur. Terlebih saya sangat suka sekali perjalanan pagi buta, saat langit masih gelap. Perubahan langit dari gelap menuju terang saat dalam perjalanan selalu memukau saya. Seolah, langit berbisik pada saya, “Lihat, Yanti. Akan ada terang setelah gelap. Akan selalu ada harapan setelah beragam kesulitan.”

            Sayangnya, saya justru keluar rumah setelah hari sudah lumayan terang. Setelah subuh, ada satu dan lain hal yang saya dan suami lakukan jadinya kami baru-baru berangkat saat jam menunjukkan angka 05.59, satu menit sebelum pukul 6 pagi. Hari sudah agak terang saat itu.

            Selain itu, saya merencanakan kalau mobil kami akan berhenti buat sarapan di Paringin atau Tanjung. Dua ibukota kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan yang akan mobil lewati. Sebelum hari H keberangkatan, saya bertanya dulu ke adik tingkat saya di kampus dulu yang tinggal di Tanjung, Winyka dan Ilis. Warung sarapan mana yang bisa kami singgahi dalam perjalanan. Salah satu yang keduanya usulkan adalah nasi kuning di dekat tugu obor di Tanjung.
tugu obor tanjung tabalong
Tugu Obor Tanjung

            Rencana wiskul di Tanjung buat sarapan ini, Alhamdulillah terwujud. Warungnya mudah ditemukan karena petunjuk dari Winyka jelas. Ada banyak mobil dan motor di depan warung. Begitu juga tempat makan tersebut adalah tempat yang dilewati jika menempuh perjalanan Kalsel-Kaltim. Maka, jadilah nasi kuning dengan telur dan haruan masak habang menjadi menu sarapan dalam perjalanan kami.
nasi kuning tanjung tabalong
Nasi Kuning Masak Habang
            Setelah sarapan, mobil kembali membelah jalanan provinsi Kalsel-Kaltim. Saya dadah dadah ke kota Tanjung. Tanjung Tabalong adalah kabupaten terakhir di ujung provinsi Kalimantan Selatan, berbatasan dengan Kalimantan Timur.

Saat Perjalanan

            Seperti yang saya ceritakan di atas, perjalanan dimulai kurang satu menit dari pukul 6 pagi. Saya dan suami menganggapnya pukul 6 saja. Biar bisa mudah diingat. Tak lupa sebelum berangkat, pasang status dulu di Path. Media sosial yang saya miliki khusus buat keluarga. Itu juga karena permintaan kakak saya untuk melaporkan perjalanan selalu di path. Jadi, setiap ada signal saya akan masang status baru. Menunjukkan di kawasan mana saya berada.

            Perjalanan dari Barabai ke Tanjung, Alhamdulillah lancar. Pukul 7 pagi, kami sudah berada di Tanjung, menikmati sarapan nasi kuning. Setelahnya kembali meluncur di jalanan. Jalanan bisa dikategorikan lancar jaya, saya menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Beberapa kali dibuat berdecak kagum akan indahnya alam ciptaanNya. Betapa tidak, ada terlihat hutan yang masih perawan, hijau-hijau menyegarkan mata. Pun dengan gunung yang tersapu awan pada puncaknya. Ah, indah sekali. Itulah bonus ketika melakukan perjalanan darat. Ada suguhan pemandangan luar biasa.
Pemandangan saat perjalanan
            Tak lama kemudian, mobil menyentuh perbatasan provinsi Kalsel-Kaltim, tak lupa saya menjepret pintu gerbang perbatasan. Dan itulah pintu gerbang perjalanan penuh tantangan dimulai. Setelah melewati pintu gerbang tersebut, jalanan sudah tak bisa dikatakan mulus. Ada banyak kerusakan di sana sini. Bahkan di beberapa titik kondisinya sangat parah. Miris sekali, padahal Kaltim adalah privinsi yang sangat kaya.
perbatasan kaltim kalsel
Perbatasan Kalsel-Kaltim
            Namun, kabar baiknya ada beberapa perbaikan di jalanan yang kami lewati. Ada usaha buat memperbaiki jalanan yang rusak tersebut dengan jalan beton. Semoga saja segera selesai semua perbaikan tersebut. Saya juga sangat bersyukur perjalanan kami walau melewati medan yang rusak tapi tetap bisa melewatinya. Oya, ingat jangan terlalu ngebut juga saat melewati perjalanan ini, apalagi dengan jalanan yang banyak tikungan karena ada jalan yang mulus tapi begitu di tikungan ternyata rusak. Jalan rusak itu tidak terlihat karena berada persis setelah tikungan.
Perbaikan jalan
Semoga cepat selesai
            Perjalanan ini melewati hutan-hutan dan kawasan dengan jalan naik turun juga berkelok-kelok. Di beberapa bagian ada pemandangan yang sangat indah. Bahkan ada air terjun yang tepat berada di tepi jalan. Saat melewatinya, saya membuka jendela mobil dan udara sejuk langsung terasa begitupun ada sedikit percikan air yang mengenai tubuh saya. Menyegarkan sekali.
air terjun gunung rambutan
Air terjun di tepi jalan
Pemadangan
Tebing Batu di tepi jalan
            Beberapa daerah yang dilewati adalah Paringin – Tanjung – Muara Uya – Batu Kajang – Kuaro – Long Ikis – Long Kali – Babulu – Waru – Lawe-lawe – Panajam Paser Utara (PPU)
Kuaro
Balikpapan belok kiri
            Setelah sampai Kuaro, jalanan bisa dikatakan lebih stabil. Tidak banyak lagi hutan dan jalan bergunung-gunung seperti sebelumnya. Jalanan sudah standar ala jalanan lintas kota biasa. Di Kuaro biasanya juga dijadikan tempat persinggahan, namun kami tetap melaju. Yang menjadi masalah sekarang adalah bbm yang kian menipis. Karena tak kunjung menemukan spbu, atau kalau ada justru spbunya masih tutup jadi suami memutuskan untuk membeli sedikit premium di pedagang eceran. Ada banyak yang menjual bbm sepanjang perjalanan.
Akhirnya ketemu SPBU yang buka
            Mobil akhirnya singgah di sebuah mesjid di Babulu. Waktu dzuhur sudah sampai. Saya dan suami shalat di sana dan setelahnya memakan bekal roti plus kopi yang masih hangat karena disimpan di termos. Perjalanan berlanjut dan bertemu SPBU di satu kawasan yang bernama Pasar Petung. Setelah melanjutkan perjalanan, tak lama kemudian kami sudah sampai di Penajam Paser Utara (PPU). Di sinilah perjalanan dilanjutkan dengan ferry untuk menyebrang menuju Balikpapan.
Penajam Paser Utara
Kotanya bersih @Penajam Paser Utara
Pelabuhan Ferry Penajam
menuju masuk ferry
            Dulu, ketika pertama menuju Balikpapan, antrian untuk masuk fery ini lamaaaa sekali. Alhamdulillah pada perjalanan kemarin mobil langsung bisa masuk ferry tanpa antri. Hanya menunggu muatan penuh dan begitu penuh fery langsung jalan melintasi selat Balikpapan. Jangan lupa ada tarif yang harus dibayar jika membawa mobil untuk menyebrang.
Tarif Penyebrangan Penajam
Tarif Penyebrangan Penajam
            Saat di atas ferry, saya menelpon mama dan mama kaget aja gitu kalau kami sudah sampai di atas fery. Kata mama, kalau sudah tiba di Panajam artinya sudah bisa dibilang sampai di Balikpapan. Tadinya mama saya mengira kalau kami akan sampai pada saat malam hari, tapi ternyata hari belum beranjak malam mobil kami sudah menyentuh Balikpapan.
Gerbang Balikpapan
Sampai di Balikpapan
Alhamdulillah, perjalanan kemarin lancar dan sampai di Balikpapan dengan selamat.  Total perjalanan adalah 8,5 jam perjalanan darat dan sekitar satu jam perjalanan laut, menyebrang dari Panajam ke Balikpapan.

Untuk biaya, memang lebih murah dengan menggunakan transportasi darat ketimbang udara. Suami juga mengaku tidak terlalu capek menyetir sejauh 300 km lebih. Kami pikir, tidak ada salahnya sesekali melakukan perjalanan darat lagi asalkan…. Perbaikan jalan sudah selesai atau ada rezeki beli mobil lagi yang bisa dipakai untuk My Trip My Adventure. Ahahaha… Teteup berasa ngeri ngelewatin jalanan yang rusak.
           


27 komentar:

  1. Usul modif mobil aja biar bisa lebih tinggi sekaligus ganti ban kalo diperlukan.. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihihi... Iyaaa... Boljug, Ki. Kita pertimbangkan nanti yaa ;-)

      Hapus
    2. Hihihihi... Iyaaa... Boljug, Ki. Kita pertimbangkan nanti yaa ;-)

      Hapus
  2. berarti km melewati gunung rambutannya sianglah yan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inggih, Ka. Siang barataan yang dilewati :D

      Hapus
    2. Inggih, Ka. Siang barataan yang dilewati :D

      Hapus
    3. Pantas aja banyak yg suka perjalanan malam, gak ada warga lokal yg perbaiki jalan trus minta sumbangan.. :p

      Hapus
    4. Hahahaa... Iya, Ki. Bujur banar :p

      Hapus
  3. asik banget yah mbak, wow perjalanan total hampir 10 jam! tapi terhibur pemandangan nan indah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Perjalanannya jadi ga berasa :-)

      Hapus
  4. ada air terjun di tepi jalan, seru juga ya buat cuci mata,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru banget, Mbak. Banyak Pemandangan indah sepanjang jalan :D

      Hapus
  5. kamu bisa tidur ga yan selama 8 jam lebih itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga bisa. Hahahaha... Nemenin suami, Mbak. Jadi navigator :D

      Hapus
  6. Wah liburan panjang ini sebenarnya diajak kakak ke Balikpapan tapi anakku mau UN.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa ke Balikpapan suatu saat nanti ya mbak Lusi :-)

      Hapus
  7. wakkkssss... jauh banget ya jaraknya sampai 300 km lebih... kalau gak brenti-brenti bisa bosan banget di jalan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Lumayan juga jauhnya. Tapi ga bosan juga karena banyak pemandangan indah sepanjang jalan :D

      Hapus
  8. Aku paling jauh ke Gerogot. Belum pernah ke Kalsel.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari Balikpapan ya, Mbak? Kalau ke Grogot berarti ga melewati Gunung Rambutan ya, Mbak :-)

      Hapus
  9. Ga ada macet lah mba? Untung sblm malam sdh menyebrang. Ga kebayang kalau malam di tengah hutan....ngerii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga ada, Mbak. Jalanan cendrung sepi malahan karena bus2 antar provinsi biasanya malam :D
      iya, Mbak. Makanya pilih perjalanan siang. Ngeri kalau malam :D

      Hapus
  10. Aih jadi kepingin ke Balikpapan, nyicipin nasi kuningnya. Semoga perbaikan jalan segera selesai mba,bentar lagi kan lebaran,mau pada mudik.. Eh puasa dulu ding.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Iya, Mbak. Moga dikebut pekerjaannya tapi hasilnya maksimal. Jadi lancar kalau mudik :D

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...