Minggu, 10 Juli 2016

9 Hal Tentang Cerpen Ipau, Bukan Pizza atau Lasagna

Cerpen Ipau di Bandara Sepinggan
  1. Untuk pertama kalinya dalam cerpen yang dimuat di Majalah Bobo, saya memakai setting tempat kampung halaman saya yaitu Barabai. Barabai adalah sebuah kota kecil di provinsi Kalimantan Selatan. Ibukota dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jaraknya dengan Banjarmasin kurleb 160 km.

  1. Memakai Barabai sebagai setting tempat, tentu saja ada alasannya. Alasannya adalah  karena saya mengangkat tema tentang salah satu kuliner daerah di Kalimantan Selatan. Di Barabai, orang-orang sering menyebut ipau adalah pizza. Nah, saya tidak tau apakah di daerah lain juga disebut pizza. Kalau di Barabai sih iya. Jadi, amannya makai setting Barabai aja.

Pizza Barabai alias ipau

  1. Saya kembali menjadikan kuliner sebagai tema cerpen kali ini :-) Kata orang, tulislah sesuatu dari yang kita sukai. Lah, saya doyannya makan. Jadi nulisnya tentang makanan mulu :p

  1. Setting waktu untuk cerpen tersebut adalah Ramadan. Makanya saya dengan pedenya nulis subject "Cerpen Setting Ramadan". Targetnya dimuat di Ramadan tahun kemarin. Padahal ngirimnya 4 bulan sebelum Ramadan tahun kemarin. Kepedean mau dimuat dalam tempo 4 bulan saja. Tapi, Alhamdulillah banget bisa dimuat di Ramadan tahun ini.

  1. Karena setting-nya Ramadan dan latar tempatnya adalah Barabai, maka saya menceritakan hal-hal yang terjadi di daerah saya saat Ramadan tiba.

  1. Pasar wadai adalah salah satu hal yang saya ceritakan. Pasar resmi yang dibangun oleh pemerintah daerah itu memang dibangun selama sebulan saat Ramadan. Pada hari pertama Ramadan, pasar itu biasanya dibuka secara resmi oleh pejabat Pemda. Bisa Bupati atau yang mewakili.

  1. Becak. Yup, saya mengambil moda transportasi yang di beberapa kota besar sudah langka. Ceritanya Rara dan sepupunya ke pasar wadai naik becak. Becak masih lumayan banyak ditemui di daerah saya.

  1. Suara sirene dari mesjid saat berbuka juga saya sebutkan di cerpen. Saat menulis, saya ngebayangin rumah tokoh ceritanya di rumah saya atau rumah orang tua saya. Di mana, di rumah tersebut akan terdengar bedug dan kemudian Suara sirene yang menandakan waktu berbuka telah tiba. Setelahnya baru deh adzan maghrib.

  1. Di cerpen, saya menyebut kalau atap di pasar wadai terbuat dari daun rumbia. Seingat saya begitu. Setelah saya cek ternyata atapnya dari kain terpal. Ahahaha... Maafkan akan kesalahan ini. #Sungkem #MumpungMasihSuasanaLebaran


Itulah 9 hal tentang cerpen tersebut. Cerpen itu dimuat di Majalah Bobo awal Ramadan kemarin. Pada Bobo No 10 yang terbit pada tanggal 16 Juni 2016 

7 komentar:

  1. Senang ya mba.. jadi selain mengangkat kuliner tradisional cerpeb itu juga menceritakan pasar dan tempat tinggal mba Yanti. Jadi terkenal dong pasarnya. Senang ya Mba bisa membuat karya yang bisa membanggakan tempat tinggal...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Ira. Rasanya senang banget bisa mengangkat tentang kampung halaman sendiri dalam cerita :D

      Hapus
  2. Mba keren sekali selalu ada ide segar terlebih untuk cerita anak. Semoga sukses selalu y mba ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Mbak. Belum keren ah saya. Sukses juga buat mb Herva :-)

      Hapus
  3. Baca cerpen pun jd nambah pengetahuan ya mbak.... btw, pizzanya keliatan tebel

    Maaf lahir batin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih mirip lasagna padahal drpd pizza, Mbak :D

      Hapus
  4. Wuih, hebat ya? Cerpennya sering nembus media cetak. :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...