Senin, 17 Oktober 2016

Mengenal Dange, Kuliner dari Sulewesi Selatan

            Merantau adalah salah satu cara kita bisa mengenal lebih banyak hal-hal lain yang selama ini tidak kita dapatkan. Seperti saat saya hijrah ke Kalimantan Timur selepas menikah. Kalau dulu, di kampung halaman saya, Kalimantan Selatan yang sebagian besar penduduknya adalah suku Banjar, yang namanya kuliner di daerah saya primadonanya ya kuliner khas Banjar.

Beda ketika saya berada di Kaltim ini, tepatnya di kecamatan Muara Jawa. Bisa dibilang ada 3 suku yang sebagian besar bermukim di sini. Banjar, Jawa, dan Bugis. Dan di sinilah uniknya, saya jadi banyak mengenal yang namanya kuliner Bugis. Salah satunya Dange.


Nama Dange begitu asing di telinga saya. Ketika menemukan sebuah kedai yang menuliskan dange di menunya, saya pun berkerut kening membacanya dan memutuskan mencari tahu lewat mesin pencari. Namun, saking asingnya nama tersebut, ketika sampai rumah, saya lupa lagi namanya. Malah mengetik dangue di mesin pencari dan hasilnya tentu saja bukan seperti yang saya inginkan.

Suatu malam, tanpa rencana, saya akhirnya membeli penganan itu. Di sanalah saya mulai mengingat namanya Dange, bukan dangue. Dan setelah bertanya ke mesin pencari dengan kata kunci kue dange, saya mendapatkan informasi kalau dange ini merupakan kue atau penganan khas dari Kabupaten Pangkep (Pangkajane Kepulauan). Salah satu kabupaten di Sulewesi Selatan.

Kata Mbak Aty Elias, yang asli Bugis, Dange ini banyak dijual di perbatasan Pangkep-Barru. Tidak perlu jauh-jauh ke Pangkep, di Handil Muara Jawa pun ada.
Kue Dange
Kesan pertama memakan kue ini, langsung saya suka. Kue Dange ini terbuat dari tepung ketan putih, kelapa parut, dan gula merah dicampur jadi satu kemudian diproses hingga menjadi kue. Rasanya enaak. Saya suka sekali sewaktu pertama memakannya. Tadinya saya pikir kue ini dibakar. Setelah kedua kali ke sana, saya pun memperhatikan proses pembuatannya. Ternyata tidak dibakar langsung.
Cetakan Dange
Dange punya cetakan khusus. Mirip-mirip dengan cetakan kue pukis tapi lebih lebar. Cetakan ini dibakar di atas bara api yang menyala-nyala. Setelah panas, baru dimasukkan campuran tepung ketan putih, kelapa parut, dan gula merah yang sudah diiris halus itu. Kemudian cetakan ditaruh begitu saja di atas daun pisang. Panasnya cetakan itulah yang mematangkan adonan kue dange.
Cetakan dange dibakar

Seperti yang saya bilang sebelumnya, rasanya enak. Manisnya terasa. Namun, ada kalanya saat saya membeli gula merahnya terlalu sedikit sehingga jadi kurang manis. Belakangan, penjualnya pun berinovasi dengan memberikan varian lain dalam jualannya. Ada kue dange original seperti yang saya beli dengan menggunakan tepung ketan putih. Ada juga dange yang dijual dengan menggunakan tepung ketan hitam. Untuk dange original harganya 10 ribu per cetakan, satu cetakan ada 6 kue dange di dalamnya. Sedangkan untuk tepung ketan hitam harganya lebih mahal yaitu 15 ribu rupiah. 
Kue Dange

16 komentar:

  1. keliatannya enak nih... hi.. hi..
    aku penggemar kue yang dibakar seperti ini,
    rasanya bagaimana, manis nggak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Manis kalau gula merahnya banyak, Mbak. Tapi kadang ada gula merahnya sedikiiit. hehehe...

      Hapus
  2. kue dange ini kue yang mana ya Mbak?kok saya juga gak pernah denger ya, dan gak ada kayaknya di sini di jual-jual pasaran sama orang Sulawesi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Handil juga baru beberapa bulan ini mbak munculnya. Emang belum seterkenal kuliner Bugis lainnya ya :D

      Hapus
  3. Seperti makanan yang di kampung nenek saya mbaa, tapi saya lupa apa namanya hehehe... bedanya salah satu bahan kuenya pakai santan, kalau dange ini dengan parutan kelapa ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Ini pakai parutan kelapa yang dicampur dengan tepung ketan. Kadang sama aja ya mbak kuliner satu dengan yang lain di berbagai daerah. Namanya doang yang beda :D

      Hapus
  4. wah, kayaknya enak nih kalo sore-sore gini nge-drama sambil ngemil-in kue dange deh Yantiiii hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak banget, Teh. Ga kerasa deh ngunyahnya sambil ngebaper. Hihihi....

      Hapus
  5. Ntah kenapa setiap baca dan liat blog post makanan jadi laper. hehe. Kalau kue dange disini gak ada. ah jadi penasaran gimana rasanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa. Menulisnya pun lebih semnagat kalau lagi lapar. hihihi...

      Hapus
  6. ditunggu cernaknya soal dange, setelah ada pisang gapit :)

    seruuu ih mbak, kulineran yg lokal2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... Bentar saya cari ide dulu buat cernaknya :D

      Hapus
  7. Sepertinya enak banget ya mba kue Dange ini, jadi pengen nyoba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak mbak kalau manisnya pas. Kalau ga manis berasa susah ketelannya. Hehehe...

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...