Merantau. Satu
kata yang membuat kita punya banyak pengalaman dan pengetahuan baru tentang
daerah tempat di mana kita berada. Bumi ini luas, ada banyak hal berbeda yang
akan kita temui di daerah baru yang kita tempati.
Pengalaman
merantau dari seorang blogger bernama MondaSiregar bisa dibilang banyak. Sejak kecil, Mbak Monda selalu berpindah
tempat mengikuti tugas orangtua beliau, merantau di beberapa provinsi di empat
pulau besar di Indonesia.
Salah satu pulau
besar di Indonesia itu adalah Kalimantan. Mbak Monda pernah juga merantau di
pulau tersebut bersama keluarganya. Yang mengejutkan, beliau tinggalnya di
Kalimantan Timur, provinsi yang saya tempati sekarang. Pengalaman merantau
sering diceritakan Mbak Monda di blog beliau yang ber-tagline Candu Raun.
Candu Raun adalah
blog gado-gado yang berisi tentang apa saja yang menjadi minat pemiliknya yaitu
Mbak Monda Siregar, seperti segala cerita yang beliau temukan saat berwisata
baik di dalam mau pun di luar kota. Blog Mbak Monda bisa disebutkan ini blog lifestyle dengan titik berat terutama tentang Indonesia,
tempat wisatanya, sejarahnya, wisata kulinernya, musiknya, wastra, atau
kebudayaan.
Menemukan cerita awal mula Mbak
Monda ngeblog, seperti bercermin pada cerita ngeblog saya. Mbak Monda ngeblog
pertama kali pada tahun 2009, sama dengan saya yang mulai rutin ngeblog pada
tahun 2009 juga. Waktu itu beliau ngeblog di blogspot, galau karena tak ada
komentar yang masuk dan melihat di wordpress banyak komentar, beliau pun hijrah
ke wordpress. Ini persis saya dulu, bedanya saya migrasinya ke Multiply.
Hehehe….
Di blog Candu Raun, Mbak Monda
jarang bercerita tentang kehidupan keluarga sehari-hari. Hal itu telah beliau
perbincangkan dengan suami untuk tidak terlalu terbuka di dunia maya, tidak
terlalu banyak cerita kehidupan anak-anak, tidak menyebut kegiatan dan nama
sekolahnya, dan banyak hal lagi. Anak-anak Mbak Monda pun hanya disebut Kakak
dan Adek, tidak menyebut nama mereka.
Setelah
anak-anak beliau remaja dan bisa memberikan pendapat, memang seperti itulah
keinginan anak-anak Mbak Monda. Ketika ditanyakan saran untuk blog emaknya,
sang anak menjawab “Jangan cerita dan pasang foto aku, kalau teman-temanku baca
nanti aku malu.”
Kembali
tentang pengalaman merantau Mbak Monda yang beliau ceritakan di blog, sebagai
seseorang yang tinggal di Kalimantan Timur jadi tertarik membaca cerita tentang
pengalaman beliau tinggal di sana. Menurut Mbak Monda ketika hijrah ke
Kalimantan Timur beliau tidak terlalu banyak mengalami kesulitan pada bahasa
yang digunakan. Karena bahasa yang digunakan sehari-hari tidak jauh berbeda
dengan bahasa nasional, hanya ada kata-kata imbuhan tertentu yang membedakan,
juga beberapa kata yang berasal dari bahasa Banjar.
Jajanan
di Balikpapan pun punya arti tersendiri buat Mbak Monda dan beliau nobatkan
sebagai jajanan favorit masa kecil. Salah satunya yang menjadi jajanan favorit
beliau adalah pisang goreng sambal terasi.
Pada
postingannya Mbak Monda menyebut kalau pisang goreng di Balikpapan dinamakan
sanggar, yang merupakan kependekan dari Pisang Goreng. Walaupun familiar dengan
nama sanggar, saya baru tau kalau sanggar adalah kependekan dari Pisang Goreng.
Ketika saya tanyakan ke suami yang lahir dan tumbuh di Balikpapan, beliau
bilang memang Sanggar itu kependekan dari Pisang Goreng.
“Tapi,
kan, sanggar. A bukan O. A-nya dapat di mana?” Sang istri masih ngebahas.
Maklumlah istrinya lebih sering menyebut gaguduh
untuk panggilan pisang goreng.
“Pisang
goreng garing. Jadi, namanya sanggar,” jawab suami kemudian yang membuat saya
tertawa dan mengiyakan saja bahwa sanggar berasar dari kependekan pisang goreng
garing. Hihihi…. Oya, Mbak Monda menyebut kalau pisang goreng yang menjadi
favotir beliau itu dicocol dengan sambal terasi. Pernah mencoba pisang goreng
dicocol dengan sambal terasi?
Itulah
sekelumit kisah tentang Mbak Monda Siregar. Masih banyak cerita-cerita beliau
yang bisa kita temukan di blog Candu Raun,
di mana Mbak Monda ‘Berbagi Kisah’ di dalamnya.
Sanggar, kalo di tempatku sanggar sei, sanggar tari gitu hehe. Ternyata pisang goreng, langsung meluncur ah :)
BalasHapusterima kasih mbak Yanti...
BalasHapusya .. sanggar itu enak banget he.. he..., beda nama ya dengan di Banjar..
jangan2 memang asalnya dari sanggara (Bugis) seperti kata temanmu itu
Nggak menyebut nama sekolah anak memang ada baiknya juga ya, untuk waspada 😊 Selebihnya memang privacy masing2 ayah ibu untuk menceritakan atau enggak secara detail ttg anak. Ketika mereka memilih ga bercerita atau berfoto untuk socmed, ya harus dihormati 😊
BalasHapus