Kamis, 02 Agustus 2018

Si Doel The Movie. Sarah atau Zaenab?


Si Doel Anak Sekolahan memang punya arti tersendiri dalam hidup saya. Bisa dibilang itu adalah sinetron favorit saya. Masih saya ingat saat sinetron itu tayang di salah satu tipi swasta, saya dan keluarga akan duduk manis di depan tipi dan menikmati candaan-candaan cerdas ala Babe, Bang Mandra dan Mas Karyo. 

Di Kalimantan, Si Doel tayang selepas isya. Biasanya bada isya di lingkungan rumah saya banyak orang-orang yang bercengkrama di luar rumah. Tapi saat si Doel tayang jalanan sepiii, tetangga-tetangga pada duduk manis di depan tipi masing-masing. Saya yakin saat itu Si Doel menempati rating tertinggi. 


"Tidak seru lagi semenjak tidak ada Bebe." Itu komentar abah saya. Dan beberapa orang juga berkomentar demikian. Walaupun begitu, saya salut bagaimana tim produksi Si Doel tidak mengganti tokoh-tokohnya. Yang wafat, akan tetap wafat di dalam sinetron. Tak terganti. Seperti Babe yang celutukannya tetap terngiang di hati. 
Nonton si Doel di jam pertama dia tayang hari ini

Beberapa bulan yang lalu, saya mengetahui kalau si Doel akan dilayarlebarkan. Wah, saya antusias sekali. Akhirnya saya maraton mengikuti serial-serialnya yang ada di youtube. Dari si Doel Anak Gedongan pasca menikah dengan Sarah, sampai si Doel Anak Pinggiran yang berbentuk FTV. Saya pun menuliskan ringkasan ceritanya dalam bentuk status fesbuk. Mungkin ada teman-teman yang bingung mengapa Doel justru menikah dengan Zaenab bisa dibaca di-capture status saya ini yaaaa :-) Silakan di klik pada masing-masing foto agar bisa terbaca :-)

Ini status sebelum film ya
Lanjutan status
Saking panjangnya sampai perlu 3 kali capture

Di atas adalah status fesbuk saya pada tanggal 18 Mei 2018, dan hari ini 2 Agustus 2018, Si Doel the Movie pun mulai ditayangkan di layar-layar bioskop seluruh Indonesia. Bagaimana ceritanya? Apa masih berkaitan dengan cerita sebelumnya atau tidak ada hubungannya sama sekali seperti kisah Cinta dan Rangga di salah satu iklan yang tidak berhubungan dengan filmnya? Mari kita simak.

Cerita dibuka dengan Doel dan Mandra bersiap-siap untuk pergi ke Belanda. Hans, teman baik Doel saat masih kuliah yang juga sepupu Sarah meminta Doel dan Mandra datang ke Belanda untuk membawakan barang-barang yang akan dijual di Tong Tong Fair. (Silakan di-googling apa itu Tong Tong Fair). 

Ketika Doel pamit pada Nyak, Zaenab mendengar nama Sarah disebut-sebut. Dan ia baru tahu kalau ternyata Hans adalah sepupu Sarah. Di sini status Zaenab adalah istri Doel, masih pas dengan kisah terakhir si Doel dalam bentuk FTV seperti yang saya ceritakan di atas. 

Sampai di Belanda, Doel pun menaruh curiga kepada Hans mengapa untuk urusan mengantar barang ia harus terbang ke Belanda. Kecurigaan Doel memang benar adanya. Hans mempertemukan Doel dengan Sarah. Yang membuat Bang Mandra kaget sekali. 

"Non Sarah? Beneran Non Sarah?" Tanya Mandra. 

"Iya, Bang. Saya Sarah. Kenapa? Jangan bilang saya gendut lho. Nanti saya marah," jawab Sarah. 

Mandra pun nyengir dan bilang "Pangling." 

Sarah pun mengundang Doel dan Mandra ke rumahnya. Mempertemukan Doel dengan anaknya yang tak pernah Doel temui. Di sini lah kisah terakhir Doel di FTV tak sejalan dengan film karena di film, Doel diceritakan belum sama sekali ketemu anaknya. Sedangkan di FTV, Doel sudah pernah ketemu saat anaknya berulangtahun yang ke-10 dan anaknya meminta tinggal dengan si Doel yang disetujui neneknya (Nyak) dan juga ibu tirinya (Zaenab). 

"Perempuan memang pintar menempatkan laki-laki dalam dilema." 

Kira-kira itulah yang terjadi dalam film si Doel. Pertemuan dengan Sarah dan anaknya, juga kehidupan si Doel dengan Zaenab mewarnai film sepanjang 85 menit ini ditambah cerita-cerita lainnya. Apa yang diputuskan Doel? Sarah atau Zaenab?

Film berlatar Belanda dan Jakarta ini memang menarik terutama buat mereka yang punya kenangan tentang si Doel sejak 26 tahun yang lalu. Pada film ini, ada alasan-alasan yang dikemukakan kenapa Sarah pergi, dan kenapa si Doel tak menyusul dan mencari Sarah. 

Sarah menceritakan, Doel pun mengutarakan tentang apa yang menghalanginya mencari Sarah. Menyadari kesalahan masing-masing namun nasi telah menjadi bubur. Mungkin alasan-alasan itu tak sepenuhnya bisa diterima penonton. Tapi itulah, kadang kala memang dalam rumah tangga, ada hal-hal yang hanya bisa dimengerti oleh pelaku rumah tangga itu dan membuat tak habis pikir orang-orang yang berada di luarnya. 

Si Doel the Movie juga memberikan pengetahuan baru kepada penonton seperti tentang Tong Tong Fair dan Museum Tropen. Pemilihan Tropen Museum juga bukan tanpa alasan, ada hal yang mendasari mengapa museum itu dipilih menjadi satu latar penting dalam film. Ada selintasan kenangan yang membuat para penonton teringat kembali awal apa yang membuat Doel dan Sarah menjadi dekat di masa lalu.

Film ini menurut saya minim soundtrack (hanya dua) tapi kehadiran lagu "Selamat Jalan Kekasih" yang dinyanyikan Wizzy hadir di saat yang tepat dan sukses bikin baper. Saya juga suka bagaimana credit film ditampilkan dengan menggunakan bahasa Betawi. Tidak kaku seperti sutradara si ini tapi pakai kata nyang punya cerite, nyang modalin, nyang ngurusin di Belanda, itu sama dengan sinetronnya dulu. Dulu sinetronnya sampai tulisan di akhir episode saya bacain satu-satu. Hahaha... 

Salah satu hal yang menjadi titik perhatian saya adalah alasan Sarah tidak kembali ke Indonesia karena dia tidak pede dengan penampilannya yang sekarang. Hal itu juga terlihat saat bagaimana Sarah bilang ke Bang Mandra kalau dia akan marah jika Bang Mandra menyebut dia gendut. Ini penting, Sodara-sodara! Maka berhentilah mengomentari bentuk tubuh orang lain saat pertama bertemu atau pun di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Komentar Anda yang mungkin hanya basa-basi bisa meruntuhkan rasa kepercayaan diri orang lain bahkan untuk wanita semodern Sarah. 

"Loe bilang rela-rela tapi mewek, Nab." Atun kepada Zaenab.

Di sini juga terlihat bagaimana kadang wanita ada di posisi Zaenab. Berkata rela dan ikhlas tentang melepaskan, walau hati sebenarnya tak menerima. 

Si Doel the Movie ini memang ada lucu-lucunya (Mandra punya peranan penting menciptakan kelucuan demi kelucuan), sedihnya juga ada (Sampai mata saya berkaca-kaca, walaupun sebenarnya saya emang gampang dibikin mewek. Lah, nonton iklan tokopedia tentang udang aja saya mewek. Hahaha...), dan terakhir gemesnya juga ada..... Terutama pada bagian ending. Hahahaa...

Kalau ditanya saya ada di #teamSarah atau #teamZaenab, maka saya dengan tegas menyatakan ada di teamZaenab dengan alasan ada dalam capture percakapan saya dengan teman-teman di bawah ini.... 
Campur Bahasa Banjar

Terakhir, kepada Bang Doel, eh, Bang Rano, terimakasih telah membuat film ini. Dan memang ya, Bang, dalam hidup kita mesti bersikap tegas mau melepaskan atau mempertahankan, karena keputusan membuat sesuatu menjadi terang walau harus berakhir. Tidak terus-terusan terombang-ambing dalam ketidakpastian. Terkadang sesuatu itu indah jika menjadi kenangan ketimbang dipertahankan.

Jadi, si Doel sama Sarah atau Zaenab? Saya sudahi sampai di sini sebelum tangan mengetik spoiler. 


18 komentar:

  1. Antara penasaran akhirnya milih sapa atau langsung nonton aja di bioskop hwakakak...bisikan lah mbaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mau nonton nanti ga seru lagi kalau dikasih bocoran, Mbak πŸ˜‚ Tapi saya lihat ada yang kasih spoiler tuh reviewnya. Hihihi...

      Hapus
  2. Ceritanya doel itu memang selalu seru, dulu saya juga sering nontonnya di tv ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Sampai sekarang pun masih sering diputar di tipi..

      Hapus
  3. Jadi pengen nonton Doel di bioskop ....

    BalasHapus
  4. Aku semalam nonton ini sama mamaku. Hedeh lagi-lagi begitu endingnya. Heu

    BalasHapus
  5. sama berarti mb dulu dikampungku klo si doel tayang jalanan semua sepiii banget karena kita nanti2 ini film kenangan banget waktu aku SD haahaa

    dan kupun juga klo abis berakhir filmna suka bacain satu nyang punya ide haha

    Duh tadina ku tim sarah abis dr dulu zenab rusuhin mulu wkwwkk penasaran endingnya ini pantesan temenku ada yang belain nonton film ini malam2 abis anaknya pd tidur mereka ke bioskop

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai filmnya pun sekarang begitu mbak. Ada tulisan di akhir pakai bahasa betawi...

      Hapus
  6. dulu aku juga suka nonton si Doel, tapi jujur aja semenjak selesai sinetronnya jadi males nonton layar lebarnya. masi berputar itu2 aja. laki plin-plan, hihi

    BalasHapus
  7. Saya mewakili team kreatif #sidoelthemovie mengucapkan banyak terima kasih ya atas reviewnya... Trima kasih juga atas kritik & masukannya, semoga kedepannya, kami bisa berkarya dgn lebih baik lg πŸ™

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir ke blog saya, Mas Ario. Alhamdulillah sudah tayang kisah akhirnya ya dan Doel benar-benar sudah memilih.

      Hapus
  8. Kemarin itu aku pengen nonton. Di tv pun sekarang masih sering ada tayangan ulang yang versi jadul itu. Gak ada bosennya dah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener. Yang jadul pun masih seru ditonton.

      Hapus
  9. Aku nggak team dua-duanya karena berat hidup kek sarah atau zaenab🀣 beberapa pesan moral sih ya, zaenab ya emang boleh dinikahi kan poligami emang boleh πŸ˜…πŸ˜… *berat ngetik ini euy 🀣🀣* tapi serius segitu cinta matinya sampai mau dinikahi? Hidup susah? Harusnya minimal cukup tanpa perlu kerja berat, tujuan menikah gitu kan ya Bahagia? trus sarah lari kenapa nggak disusulin *doel jahat banget sih, minimal kog nggak dicari ig/fb/twitternya wa? Trus dimana tanggung jawabnya doel coba? Kog aku emosi wkwkwk. tapi istri emang nggak boleh lari kan ya? Eh dosa kan istri lari? jadi ego sebagian lelaki memang nggak nyusulin kalau istrinya lari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwkwk... emang bikin gemes, Kak. Entahlah itu kenapa ga disusulin, ga ada duit mungkin. Hihihi... Nah itu yang saya bahas di review terbaru. Tentang Sarah yang ninggalin si Doel.

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...