Jumat, 14 Desember 2018

Abah, Pagat, dan Sepotong Kenangan Masa Kecil



              Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi Pagat, sebuah Kawasan di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berada di provinsi Kalimantan Selatan. Pagat merupakan Kawasan wisata berupa gunung dan sungai dengan bebatuan. Udaranya sejuk. Wisata Pagat juga tak lepas dari sebuah dongeng tentang seorang anak bernama Raden Pangantin. Dongeng yang nyaris mirip dengan dongeng Malin Kundang.
Salah satu bagian dari Pagat


              Saat saya ke Pagat, saya sedang berjanji bertemu dengan seorang teman. Begitu saya bilang kalau saya di Pagat, dia bilang akan mengantarkan sesuatu yang saya pesan ke rumah kalau saya masih lama di sana.
rumah makan Ibu Janai di Pagat

              “Tidak lama. Hanya membeli lauk,” jawab saya.

              “Jauh sekali beli lauk sampai ke Pagat.” Teman saya menanggapi. Saya hanya tertawa.

              Hal yang sama juga dikemukakan oleh keluarga saya, baik kakak atau pun tante saya yang seolah tak percaya saya ke Pagat sendirian kala melihat instastories saya. Padahal jarak tempat saya membeli lauk di Pagat dan Barabai tak begitu jauh, hanya kurleb 6 km saja. Buat saya jarak seperti itu sekarang dekat, walaupun dulu terasa jauh.
Rumah makan ibu Janainah di Pagat

              Ketika menyusuri jalanan menuju Pagat, ingatan saya akan kembali ke masa kecil. Saat saya masih kecil, abah sering bersepeda di hari minggu dan saya dibonceng abah. Saat itu kakak saya sama sekali tak berminat untuk ikut jadi itu adalah momen berdua saya dan abah. Kalau kata orang zaman sekarang, quality time antara ayah dan anak. Walaupun saat itu mana kenal saya sama istilah quality time. Hahahaa……

Salah satu tujuan bersepeda abah kala itu adalah Pagat. Walaupun sesekali abah hanya berkeliling kota Barabai. Dari rumah ke Sungai Tabuk, kemudian ke Bukat, dan kembali ke rumah. Saya nyaris selalu ikut, menikmati terpaan angin dan merasa keenakan dibonceng abah naik sepeda. Kadang kalau abah mengayuh sepeda dengan cepat, saya merasa terbang. Wkwkwkwk….

              Yang menyenangkan tentu saja saat ke Pagat. Apalagi abah mengajak saya turun ke sungai. Di sana saya akan bermain air di sungai. Menghirup udara pegunungan yang sejuk, dan memercikkan air sungai yang dingin juga jernih ke muka. Rasanya menyenangkan sekali.

              Setelah puas bermain air dan akan pulang, saya sering membeli manisan tebu yang banyak dijual di sana. Kemudian menikmatinya saat perjalanan pulang. Abah mengayuh sepeda, saya di belakang menikmati pemandangan sambil makan manisan tebu.

             Demi kenyamanan saya saat itu, abah sampai menambahkan bantal kecil di boncengan sepeda agar duduk saya merasa nyaman. Mama juga menyiapkan baju ganti jika baju saya basah saat bermain air di sungai juga air minum. Pulang dari bersepeda Bersama Abah biasanya sekitar pukul setengah 9 pagi dan abah akan bersiap membuka toko untuk berjualan. Sementara saya akan melanjutkan rutinitas di hari minggu yaitu menonton kartun. Hahaha…

Bagi saya bersepeda dibonceng abah ke Pagat merupakan wisata yang saya nikmati saat itu. Abah jarang sekali mengajak saya piknik atau rekreasi ke luar kota, tapi abah selalu bisa membuat saya merasakan wisata dengan caranya.

              Momen bersepeda bersama abah di hari minggu itu kemudian berhenti saat saya mulai beranjak besar. Kata abah, saya tak lagi mau ikut abah. Jadi, abah juga bersepeda tak lagi ke Pagat tapi hanya seputaran kota saja. Tapi sampai sekarang, saya masih ingat momen itu dan menyenangkan untuk dikenang.

4 komentar:

  1. Cantik view Pagat ya ti...ada gunung dan sungai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Itu belum masuk ke tempat wisatanya. Baru yang di tepi jalan :D

      Hapus
  2. Waaahhh tempat wisatanya seperti apa ya? Baru tepi jalan saja udah menggoda untuk dikunjungi gitu.

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...