Jumat, 31 Januari 2020

[Review Film] The Flu


Virus Corona menggemparkan dunia. Wuhan mendadak dikenal oleh banyak pihak. WHO pun mengumumkan situasi darurat global terkait Virus Corona. Per hari ini (31 Januari 2019) jumlah korban yang meninggal dunia menjadi 213 orang. China juga melaporkan ada 9692 kasus, dan dari jumlah tersebut 2000 kasus baru dilaporkan. Kota Wuhan pun diisolasi agar virus tidak menyebar terlalu luas.

Mendengar berita tentang bagaimana Wuhan diisolasi dan virus itu menyebar, langsung membuat saya teringat pada film Train to Busan (TtB). Padahal katanya ada film yang lebih mirip tentang virus tersebut ketimbang TtB yaitu The Flu. Film yang dirilis pada tahun 2013 ini berasal dari Korea Selatan, karena penasaran maka saya pun menontonnya dan sedikit banyak jadi punya gambaran tentang penyebaran virus yang berbahaya tersebut.

Cerita dimulai tentang perdagangan manusia dari Filipina ke Korea, tepatnya ke kota Bundang yang merupakan sebuah kota besar di wilayah Ibukota Seoul. Sejumlah manusia dimasukkan dalam peti kemas dan ketika ditemukan semuanya tewas kecuali satu orang (Berarti bukan semuanya dong ya).

Satu orang yang tersisa itu ternyata membawa virus, ia menularkan pada satu dari dua orang yang menemukannya. Satu 'penemu peti kemas' langsung batuk-batuk kemudian pergi ke apotek, mencari obat. Di sana virus menjalar, dari petugas apotek, anak kecil, pasien yang sedang menunggu obat, dan dua orang pelajar. Anak kecil itu mendekati ibunya, dua pelajar ke sekolah, petugas apotek naik bus, anak kecil itu juga kembali ke playground, dan selanjutnya virus itu pun menyebar dengan cepat ke banyak orang di Bundang.

Virus yang menyebar adalah virus flu grade A. Semacam flu burung atau H5N1. Gejalanya seperti flu pada awalnya, batuk-batuk, demam, teradapat bitnik-bintik merah di tubuh, tapi pasien kemudian muntah darah dan kejang-kejang. Tindakan pun segera diambil, isolasi dilakukan terhadap Kota Bundang.

Di film tersebut, transportasi umum dihentikan, warga yang menyerbu pusat perbelanjaan dan kemudian ada yang mendadak wafat di sana karena terjangkit virus maka pusat perbelanjaan pun diblokade. Semua yang di dalam sana tidak boleh keluar. Warga lain diperintah berkumpul di satu tempat, diperiksa siapa yang terdampak, internet dan saluran telekomunikasi pun dimatikan.  

Siapa yang sekarat maka akan dimatikan walaupun sebenarnya belum benar-benar mati. Keadaan benar-benar tak terkendali. Tentang mengumpulkan semua warga di satu tempat ini, juga terjadi pro dan kontra. Petugas medis sudah mengatakan sangat berbahaya mengumpulkan semua orang di satu tempat, tapi pihak pemerintah mengambil keputusan tersebut.

Di jajaran pejabat elite negara pun terjadi perseteruan. Perdana Menteri dan Presiden berbeda pendapat untuk mengatasi masalah tersebut. Presiden ingin melindungi rakyatnya sebaik mungkin. Tapi banyak pihak yang menekan dan meminta Presiden mengeluarkan perintah agar memusnahkan semua manusia yang ada di wilayah Bundang itu, demi menyelematkan lebih banyak warga di wilayah lain.

Lalu, siapa tokoh utama film ini?

Tersebutlah seorang anggota regu penyelamat bernama Kang Ji Goo (Jang Hyuk). Hari sebelum virus itu menyebar, ia menyelamatkan seorang wanita bernama Kim In Hae (Soo Ae) yang ternyata seorang dokter. Ji Goo tertarik  pada pandangan pertama pada dokter cantik itu yang membuat ia terhubung dengan puteri sang dokter, yaitu Kim Mi Rae.

Pada saat virus menyebar, Kim In Hae terlibat pada team penanggulangan bencana. Sementara Ji Goo, tetap terhubung dengan dokter yang memikat hatinya itu lewat sang anak Kim Min Rae. Kejadian demi kejadian terjadi. Huru hara dan isolasi pada saat tersebarnya virus mempertemukan terus Kim In Hae dengan Ji Goo.

Di saat genting seperti itu, di mana para petugas medis berusaha menemukan antivirus, Kim In Hae mengalami dilema. Anaknya sendiri, Kim Min Rae ternyata tertular. Di satu sisi, ia harusnya meninggalkan anaknya di ruang isolasi agar tidak menjangkiti yang lain dan dirinya, tapi di sisi lain kasih sayang seorang ibu tentu tak bisa meninggalkan anaknya begitu saja. Terlebih Kim In Hae tahu kalau mereka yang sudah tertular akan ‘dimatikan’ karena tingkat kematian setelah tertular adalah 100% karena belum ditemukan anti virusnya. Selain itu, kehadiran Kim In Hae juga diperlukan untuk menemukan anti virus dari virus tersebut.

Menonton film The Flu ini membuat emosi campur aduk. Ketegangan bisa kita rasakan di sepanjang film. Rasa kasih sayang seorang ibu pada anaknya hadir menyusup dengan manis di film ini. Dilema yang dialami oleh Kim In Hae membuat saya teringat pada pelajaran tentang premis yang kuat pada sebuah cerita agar konflik menjadi dramatis. Premis pada film ini memang benar-benar kuat.

Belum lagi emosi kita saat menonton dibuat geram dengan perseteruan di pihak pimpinan pemerintahan. Perasaan mementingkan diri sendiri pada beberapa pihak terlihat jelas membuat penonton geram. Mereka yang terdampak dan diisolasi pun memberontak, kesabaran mereka habis. Mereka berusaha menembus isolasi agar mendapat perhatian sehingga wabah lebih cepat ditanggulangi, tapi justru perintah tembak di tempat buat mereka yang melawan diberlakukan.

Saya tidak tahu apakah virus Corona yang menyebar di Wuhan semengerikan yang ada di film ini. Tapi, semoga saja tidak. Semoga juga anti virusnya cepat ditemukan. Film ini sedikit banyak memang memberikan gambaran pada kita saat wabah flu tersebar dengan cepat.

Saya merasakan ada beberapa kekurangan dalam film ini, seperti terlalu bertele-tele pada beberapa scene sehingga durasinya melebar menjadi 2 jam lebih, atau pun virus yang tidak sampai ke Seoul padahal dekat dan orang-orang mondar-mandir aja keluar masuk kota Bundang atau pun menjelang ending kenapa Ji Goo tiba-tiba meninggalkan Min Rae. Walaupun begitu, ini salah satu film terbaik dari Korea Selatan yang pernah saya tonton selain Parasite dan Exit yang saya tonton tahun kemarin. Menonton film ini juga membuat khawatir terhadap orang-orang yang batuk di sekitar kita dan pengin pakai masker.


7 komentar:

  1. Aku merinding setiap kali membaca tentang virus, seolah-olah dia berjalan di permukaan kulitku..... kata temenku yang di Wuhan, beberapa bahan kebutuhan dasar seperti minyak goreng mulai menipis, sementara masker harganya naik, tapi syukurnya BNPB sudah mengirimkan 10 ribu masker untuk WNI di Tiongkok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga segera ketemu antivirus buat yang di Wuhan ya, Mbak. Ini saya lihat status orang Hongkong juga sekolah diliburkan dan orang2 juga pada berburu kebutuhan pokok dan masker. Pada kosong juga di supermarket.

      Hapus
  2. Ngeri sekali ya, mudah sekali virus itu menyebar hanya dari 1 orang ke seluruh kota. Semoga apa yang terjadi di Wuhan tidak sengeri di film ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, Mbak. Iyaaa. Penyebarannya cepat banget, Mbak. Ngeri nontonnya. Dari yang satu menjalar ke yang lain.

      Hapus
  3. mau nonton juga ah film ini mba....

    BalasHapus
  4. Gak ikutan share di grup kah? 🤭

    BalasHapus
  5. Nah, aku jadi langsung nonton filmnya mba, ma kasih ya, buat refresing juga

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...