Kamis, 01 September 2011

di Bawah Lindungan Ka'bah (bukan filmnya)

Demam Ayat-ayat Cinta beberapa waktu silam bikin saya pengiiin banget melahap novel ini, di Bawah Lindungan Ka'bahnya Buya Hamka. Karena dikatakan orang2 kalau Kang Abik, penulis Ayat-ayat Cinta itu sebagai the next Buya Hamka. Dan cerita ayat-ayat cinta titisan dari di Bawah Lindungan Ka'bah. Jadilah saya berpenasaran ria terhadap novel2 lawas beliau.



Kemudiaaan… saya mendapatkan ebook dBLK ini. Wuiiih… senangnyaa bukan kepalang. Saya begitu tertarik buat membacanya sampai mencari tau bagaimana caranya saya bisa membacanya lewat ponsel. Tapi pas membukanya. Ow..ow.. rasa senang saya meluap. Saya kok yakin betul kalau ebook itu tidak utuh. Karena halamannya yang sedikit sekali. Dalam pikiran saya dBLK itu novelnya tebeel. Sekitar 500 halaman lah. Dan akhirnya saya urung membacanya. Daripada saya penasaran di tengah2, mending ga baca sekalian deh.



Laluu… suatu hari saya melihat trailer sebuah film di Tivi, yang ternyata di Bawah Lindungan Ka'bah. Whuaa…. Keinginan saya buat melahap bukunya kembali menggelora dan kali ini tak bisa ditahan lagi. Kebetulan saya ingat pernah melihat buku ini di rental buku langganan. Dan wussss…. Meluncurlah saya bersama Mio kesayangan ke rental buku. Hihihi… Alhamdulillah yah, dapat bukunya.



Membaca dBLK bikin saya ingat salah satu cerita di KCB, cerita yang sebenarnya lebih saya suka dibanding kisah Azzam dan Anna, yaitu tentang Fadhil dan Tiara.



Ada cerita di mana ketika Tiara meminta pendapat Fadhil tentang seseorang yang ingin melamarnya, dan Fadhil pun menjawab "Sesungguhnya dia laki-laki baik, tidak ada alasan buat menolaknya," huhuhu…. Tertikam hati Tiara mendengarnya. Karena sesungguhnya hati Tiara telah penuh akan satu nama, Fadhil. Fadhil pun demikian.. punya perasaan khusus terhadap Tiara. Tapi apa boleh dikata.. seseorang telah mendahului melamar Tiara.



Eh.. kok jadi cerita KCB.. kembali ke dBLK. dBLK bercerita tentang Hamid, seorang yatim yang hidup tak berkecukupan dengan ibunya. Pada suatu ketika datanglah seorang jiran baru dalam kehidupan mereka, di mana tetangga mereka itu punya seorang anak gadis bernama Zainab. Zainab dan Hamid pun bersahabat. Terlebih, orangtua Zainab sangat bermurah hati membantu keluarga Hamid, menyekolahkan Hamid sampai jenjang yang lebih tinggi.



Waktu berjalan.. Hamid dan Tiara pun.. errrghh… kok Tiara sih? Maksudnya Zainab. Hamid dan Zainab pun beranjak dewasa dan ehem.. ada perasaan yang mulai mekar antara keduanya. Tapiii… keduanya tak saling jujur. Hanya saling meraba perasaan. Walaupun perasaan Hamid terdeteksi juga oleh sang Ibu yang kemudian menasehati Hamid. "Hapuskanlah perasaan itu dari hatimu, jangan ditimbul-timbulkan juga, bahwa emas tak setara dengan Loyang, sutra tak sebangsa dengan benang."



Nah… setelah itu.. ini nih yang maksud saya bagian yang mirip dengan Fadhil dan Tiara. Saat Zainab pengin dijodohkan dengan kerabatnya. Maknya Zainab meminta Hamid membujuk Zainab agar menerimanya. Dan Hamid karena ada hutang budi terhadap keluarga Zainab pun menyanggupinya. Hamid pun tak sanggup menghadapi pernikahan Zainab jika terjadi, dan membawa langkahnya buat pergi merantau sampai ke Tanah Suci.



**

Bingung deh mau komentar apa terhadap dBLK ini. Merasa ga pantas untuk berkomentar terhadap sebuah Maha Karya dari seorang Buya Hamka. Hehehe…. Tapiiii… saya sukaaa… Banyak pelajaran yang bisa diambil di dalamnya. Walaupun rada tragis gitu deh…



"Cinta itu kadang-kadang hanya menurutkan perintah hati, bukan menurutkan pendapat otak. Dia belum berbahaya sebelum mendalam. Kalau dia mendalam, kerap kali –kalau yang kena cinta tak pandai- ia merusakkan kemauan dan kekerasan hati laki-laki."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...