Rabu, 06 Januari 2016

Menghadirkan Ide

Kalau kata Fatin dalam lagunya ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta. Kalau kata penulis ada banyak cara Tuhan menghadirkan ide. Saya setuju sekali. Terkadang ide muncul dari mana saja.

Jadi, saya mau cerita bagaimana ide-ide datang ke saya. Karena saya sering sih merasa tidak punya ide. Huhuhu.... Dan jadilah saya terkenang-kenang pada cerpen-cerpen anak yang berhasil saya tulis dan kemudian berhasil dimuat. Mengenang sembari berpikir, kok bisa kemarin dapat ide nulis gituan? Hihihihi...

Ide menulis cerita anak itu bisa dari :
1. Kejadian saat kita masih kecil.
2. Hasil mengamati apa yang dialami oleh anak-anak di sekitar kita.
3. Pengalaman kita saat dewasa kemudian dieksekusi menjadi cerita anak-anak dengan tokoh anak-anak.
4. Sebuah pesan atau quote yang membekas dalam ingatan kita.
5. Perenungan.
6. Mengikuti Kelas Menulis.
7. Perpaduan dari semuanya.


Untuk poin pertama seperti dalam cerita saya di Kacamata Pak Rusdi. Itu berdasarkan ingatan akan masa sekolah SD dulu. Kenangan akan seorang Guru yang sangat sabar dan tak pernah saya lihat beliau marah walau kami sekelas nakal dan bandel.

Cerpen Gara-gara Papa juga pengalaman saya. Waktu ingin liburan, kemudian tidak jadi saya sedih dan sebal. Seiring berjalannya waktu saya tau gagalnya liburan itu adalah kondisi yang terbaik untuk saya.

Poin kedua, hasil mengamati anak-anak di sekeliling kita, ini terjadi di cerpen saya yang berjudul Tarian Aya. Itu adalah kejadian yang menimpa adek sepupu saya. Nama tokohnya pun tak saya ubah. Hanya saja ending cerita yang saya ubah agar lebih mengandung hikmah buat pembaca.

Aroma Kopi Ayah juga, lagi-lagi dari sepupu kecil saya yang bernama Aya plus pengalaman saya sendiri. Aya pernah menyeruput kopi yang saya minum dan mamanya bilang dia tidak bisa tidur sampai jam 12 malam. Saya juga terkadang bisa susah tidur kalau minum kopi.

Poin ketiga, ini sering nih saya pakai. Karena beberapa masalah orang dewasa juga relevan dengan anak-anak. Beberapa sih tidak semua. Seperti cerpen saya yang berjudul Misteri Uang Niken.

Cerpen itu idenya dari mama saya yang kehilangan uang di dompet. Kebetulan saat itu ada yang masuk ke dalam rumah. Menjadi curiga tapi kemudian kecurigaan itu terbantahkan dengan abah yang mengaku memakai uang di dompet mama. Merasa cerita itu menarik, saya mengambilnya menjadi ide cerpen.

Poin keempat, ini juga menarik. Ada enggak sih quote atau pesan yang begitu membekas dalam ingatan kita? Saya suka sekali dengan perkataan Ali bin Abi Thalib yang berbunyi Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya. Itu lah yang menjadi ide cerpen saya yang berjudul Kue Lempeng Nenek. Dipadukan dengan pengalaman saya yang suka lupa dengan resep.

Saya juga suka dengan quote mbak Shabrina WS yang berbunyi Kalah itu Perlu agar kau tau dunia bukan milikmu. Itu juga saya bikin cerpen dari sana. Tapiii... Belum bisa cerita terlalu banyak karena cerpennya masih berjuang di satu media. Semoga segera membawa kabar baik :D

Poin kelima, perenungan. Duilee... Bahasanya serius amat ya :p Jadi begini hasil mengamati sekitat saya sering melihat sebuah kenyataan kalau seseorang yang sebelumnya tidak bisa apa-apa bisa menjadi lebih bisa dari yang ahli kalau dia terus berlatih dan belajar. Sementara yang ahli jika tak giat melatih diri bisa jadi ketinggalan dari yang sebelumnya tak bisa apa-apa itu. Hal itulah yang menjadi ide cerita dari cerpen yang berjudul Kue Istimewa.

Untuk poin keenam, ini biasanya melahirkan ide yang tak disangka-sangka. Biasanya di kelas menulis disebutkan ide atau ada gambar yang memancing ide. Nah... Bisa jadi dari situ justru keluar ide yang tak pernah kita duga sebelumnya.

Seperti cerpen saya yang dimuat di Kompas Anak yang berjudul Lari, Rheina! Cerpen tersebut dari kelas menulis yang dipandu oleh Mbak Nurhayati Pujiastuti. Beliau memberikan beberapa gambar untuk panduan. Idenya dari situ. Atau dari kelas mingguan di PT yang waktu itu salah satu clue-nya adalah Gula. Maka kemudian jadilah Protes si Gula Manis.

Poin yang terakhir yaitu perpaduan beberapa poin atau perpaduan semuanya. Seperti cerpen Kue Lempeng Nenek itu perpaduan dari quote yang saya suka dengan pengalaman saya di masa dewasa. Di mana saya suka lupa dengan resep-resep masakan padahal pernah memasaknya dengan Mama di rumah. Jadiii... Solusinya adalah ditulis di blog. Karena saya bisa berpindah-pindah tempat, kadang di Kaltim, kadang di Kalsel. Solusinya adalah menyimpan secara digital.

Itu hanya beberapa sih ya sumber ide yang saya sebutkan. Kalau mau di-list sebenarnya banyaaaak sekali hal-hal yang bisa memancing ide. Kenangan, lagu, peristiwa, secuplik berita, dll. Tinggal kitanya yang harus lebih peka untuk 'membaca'. Kita? Saya aja kaliii... Huhuhu...

Tertanda,
Seseorang yang galau mencari ide.


13 komentar:

  1. Nice post, Mba. Jadi nambah-nambah ide saya untuk nulis cernak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiiih. Iya nih saya juga lagi nyari ide buat nulis cernak :D

      Hapus
  2. wuihhh keren banget mak :) saya suka pusing duluan mau bikin cernak, soalnya takut bahasanya gak nyampe buat anak-anak :(((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga pernah merasakan hal itu, Mbak. Tapi dicoba aja dan dikirim. Ternyata dimuat. Eh, saya ikut kelas menulis juga sih :D

      Hapus
  3. draft cerpen saya kebanyakan bertema anak-anak, tapi cara bertutur saya kurang nge pas kayaknya, terlalu bertele-tele

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dibaca cerpen2 yang dimuat di Bobo atau Kompas anak atau media lainnya, Mbak. Jadi dibandingin sudah ditulis dengan yang sudah disaring redaksi :-)

      Hapus
  4. waaah keren mba cerpen2 anaknya...bahkan idenya bisa berasal dr hal yang sederehana yaa. cerita anak itu kayaknya beda ya cara penyajiannya dengan cerpen biasa. ceritanya simpel sederhana, bahasanya juga...tp kenapa jadi mengena banget malahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga masih belajar, Mbak. Iya, kalau cerpen anak karena untuk anak-anak memang bahasanya lebih simpel dan langsung to the point ke masalah serta penyelesaiannya :-)

      Hapus
  5. Balasan
    1. Alhamdulillah. Belum keren, Mbak Inna. Masih belajar saya :-)

      Hapus
  6. Sip, belajar lagi biar nambah idenya

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...