Rabu, 10 Januari 2018

Mengulik Premis pada Novel Love Catcher

__ Tidak ada yang abadi di dunia ini, tidak juga kesetiaan - Gaby (Hal. 149)__
 
Love Catcher - Riawani Elyta
Love Catcher karya mbak Riawani Elyta adalah buku perdana yang saya selesaikan membacanya di tahun 2018 ini. Novel yang konflik di dalamnya menerbangkan saya pada ingatan tentang sebuah workshop menulis yang pernah saya ikuti di Balikpapan dulu. Pada workshop itu, para peserta diajarkan tentang membentuk premis yang kuat sebagai langkah awal untuk menulis sebuah cerita.

Premis itu beda dengan ide cerita walau pada ujungnya dianggap sama. Premis lebih diartikan sebagai permasalahan dasar yang ingin dijadikan cerita. Pengertian tentang premis saya dapatkan dari twitter penerbit Gradien.


'Seseorang yang sangat menginginkan sesuatu yang jika tidak dipenuhi sesuatu itu maka dia akan ‘mati’ tapi ada sesuatu lain yang menghalanginya.' Begitulah kira-kira yang dimaksud mas Arief Ash Shidiq dari plot point - sang pemberi materi pada workshop - tentang premis yang kuat.

Pada novel Love Catcher ini pun begitu. Azizi dan Gaby sudah merencanakan ingin menikah. Usia mereka sudah sangat matang untuk menikah. Gaby sendiri sudah berusia 30 tahun. Tapi, pada waktu di mana rencana pernikahan itu semakin mendekat, Azizi harus dipindahkan ke luar Bandung – tempat domisilinya sekarang – dan keputusan kepindahan kerja itu mutlak serta tidak bisa ditawar-tawar lagi. Azizi sudah mencari pengganti namun hasilnya nihil.

Gaby pun mengalami dilema, di satu sisi ia tetap ingin menikah dengan Azizi tapi di sisi lain meninggalkan Bandung adalah hal yang sangat sulit dilakukan oleh Gaby.

Untuk membentuk suatu premis yang kuat, maka ‘musuh’ dari tokoh utama itu bukan keadaan tapi orang yang menghalangi si tokoh. Musuh yang baik itu adalah musuh yang bisa mikir dan bertindak.  Yang dimaksud musuh adalah yang menghalangi si tokoh untuk menggapai yang diinginkannya walaupun misalkan musuh ini bukan tokoh antagonis. Begitulah materi lanjutan yang diajarkan Mas Arief. Di novel Love Catcher pun begitu.

Ada tokoh mama (Yang tentunya bisa berpikir dan bertindak) yang membuat Gaby berat meninggalkan Bandung. Tiga bersaudara anak-anak mama hanya Gaby yang tersisa untuk terus mendampingi. Ghea, adik Gaby, pergi demi cintanya pada laki-laki lain. Sementara kakaknya Gary hanya menjadikan rumah sebagai tempat singgah sementara. Gaby menjadi satu-satunya harapan mama untuk terus membersamainya di rumah.

Tips selanjutnya buat membentuk premis yang kuat adalah musuh yang baik itu yang punya alasan kuat kenapa harus melakukan (menghalangi keinginan si tokoh) itu. Kalau dia tak melakukan itu maka musuhnya itu juga akan ‘mati’.-- materi selanjutnya dari Mas Arief tentang premis. Mari kita lihat pada novel Love Catcher.

Mama yang menjadi alasan dilematis Gaby tidak bisa meninggalkan Bandung karena masih berharap Ghea akan kembali. Jika pindah, mama takut Ghea tidak tahu alamat untuk pulang. Mama pun sering membiarkan rumah tak terkunci agar jika Ghea datang, bisa langsung masuk ke rumah.

Bagaimana jika Gaby dan Azizi tetap menikah kemudian menjalani LDM pasca menikah? Ini pun ditentang mama. Mama dan Papa Gaby dulu pernah melakukannya dan akibatnya rumah tangga mereka berakhir. Trauma itu masih membekas dan mama tidak ingin hal itu terulang pada anaknya. Sementara bagi Gaby, restu dan kebahagiaan mama juga hal yang sangat penting.

Jadiiii? Keputusan apa yang akan diambil Gaby?

Belum lagi muncul Mirza sebagai ‘orang ketiga’ di antara Gaby dan Azizi. Belum lagi Tante Sophie, orangtua angkat Azizi yang membuat Gaby merasa tidak nyaman. Kemudian Mirza yang diterima dengan baik oleh keluarga Gaby begitu juga sebaliknya serta Mirza yang tidak berencana pindah ke mana-mana karena punya usaha di kota Bandung.

Novel ini akan menyeret pembaca ke perasaan dilematis Gaby. Jika menjadi Gaby, saya pun bingung harus berbuat apa. Bagaimana cara Gaby menyelesaikan konfliknya? Bisa dibaca di novelnya. Dan jika teman-teman ingin belajar bagaimana cara membuat premis yang kuat, saya rasa novel ini bisa menjadi rujukan.

Selain premis yang kuat, novel ini juga berlatar tentang cokelat. Gaby sendiri punya usaha kafe cokelat yang bernama Chocolieta. Sebuah usaha yang ia dirikan ketika sedang mengalami patah hati. Gaby ingin menunjukkan pada sang mantan kalau pengkhianatan yang ia terima tak cukup untuk membuat ia hancur. Cara move on yang kece… Hihihi…

***

Judul                       : Love Catcher
Penulis                     : Riawani Elyta
Penerbit                   : Gagas Media
Tahun Terbit             : 2017
Editor                      : Tesara Rafiantika
Tebal Buku               : 314 Halaman + vi

7 komentar:

  1. Wah keren yanti mulai membahas premis euy. Dulu kupikir premis itu ide cerita. Ternyata permasalahan ya

    BalasHapus
  2. Soal premis dulu pernah dibahas pas SMA tapi kenapa skarang aku jadi lupa ya. Hhehe. Wah kalau novel yang dilematis begini biasanya aku membacanya jadi menebang nebak nih jalan ceritanya apa. Apalagi kalau ada orang ketiga. Mmhh makin kebawa kesalnya kalo baca :p

    BalasHapus
  3. cateeeet... sama juga sih kirian premis juga merupakan ide cerita, ternyata konflik dasar. makasi mbaaaaaak :)

    BalasHapus
  4. Wah, lengkap. Terima kasih penjelasan dan tipsnya, Mbak..jadi lebih banyak tahu tentang premis....

    BalasHapus
  5. Jd pengen baca buku lg hehe udah lama gak hunting buku

    BalasHapus
  6. Keren sekali Mba Workshopnya dan berkat tulisan ini saya jadi tahu tentang runut penulisan dan arti premis. Nice sharing

    BalasHapus
  7. Oh novelnya Mba Elita ya. Keren mba nge-review-nya dari sisi premisnya. Chocolieta nama cokelat dagangannya Mba Elita Duatnova kan. Namanya sama2 Elita :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...