Kamis, 07 Januari 2021

Menikmati Nasi Arab di Math’am Aba Nawas Amuntai

 

Nasi arab di Amuntai
Nasi Arab di Math'am Aba Nawas Amuntai

Amuntai, ibukota kabupaten Hulu Sungai Utara, sebenarnya kota tetangga dengan kampung halaman saya Barabai. Tapi dibandingkan Kandangan, yang juga bertetangga dengan Barabai, saya sangat jarang menjejak kota Amuntai. Mungkin karena Amuntai tidak dilewati kalau mau ke Banjarmasin, mungkin juga kalau di sana tidak ada keluarga dekat saya. Sedangkan di Kandangan, ada paman dan sepupu saya yang tinggal di sana.


Waktu kuliah, saya punya teman satu kost yang berasal dari Amuntai. Trio anak kedokteran Yeni, Dewi, dan Nofa yang sekarang sudah jadi dokter-dokter kece. Tapi, punya teman di Amuntai juga tidak membuat saya lebih sering ke Amuntai sana.

Waktu mudik kemarin, saya mengajak kakak saya ke Kandangan. Untuk berburu lemang. Tapi, kakak saya menolak dan lebih memilih ke Amuntai. Ya sudah sih, daripada tidak ke mana-mana, ke manapun jadi. Alasan kakak saya pengin ke Amuntai karena ia ingin mencicipi nasi arab di salah satu tempat makan di Amuntai. Katanya sering melihat orang di medsos makan di sana. Kakak saya memang penggemar berat nasi dari Timur Tengah yang kaya rempah itu.

Baca juga : Malam Minggu di Kota Kandangan

Saya pun bertanya pada Yeni di mana sih tempat makan nasi arab yang dimaksud kakak saya. Yeni memberitahu namanya, tinggal googling maka ketemu deh tempat makan yang dimaksud. Math’am Abu Nawas namanya. Terletak di Jalan Tembus Paliwara RT. 09 Amuntai.

Perjalanan kami dimulai dari pukul lima lewat. Selain berangkat pas toko sudah tutup, sengaja juga berangkat menjelang maghrib agar bisa menikmati sunset di Sungai Buluh. Sungai Buluh adalah desa yang di kiri kanannya ada rawa yang terhampar luas. Sehingga matahari dan langit terlihat jelas. Sayangnya saat itu cuaca mendung dan berawan, jadi gagal deh menikmati sunset di Sungai Buluh.

Untuk shalat maghrib, kami singgah dulu di Mesjid Raya Amuntai. Kemudian menunggu shalat isya dan menunaikan shalat isya di Langgar berbangunan indah yaitu Langgar Hajar al-aswad. Kalau kewajiban sudah tertunaikan, jadi tenang kan rasanya. Setelahnya baru menuju Math’am Abu Nawas yang terletak tak jauh dari langar tersebut.

Menu di Matham aba Nawas
Menu yang ada di Math'am Aba Nawas


Di Math’am Abu Nawas, ada dua pilihan tempat duduk. Lesahan atau duduk di kursi. Kami memilih lesehan dengan ada bantal-bantal duduk yang seperti lebih terasa saja nuansa timur Tengahnya. Ada juga air kobokan yang tersaji dalam teko yang terbuat dari kuningan. Pelayan di sana langsung memberikan buku menu kepada kami. Saat itu hanya ada pilihan dua nasi yaitu nasi briyani dan nasi mandhi. Tapi untunglah lauk kesukaan kami yaitu kambing, hari itu tersedia di sana.

Per porsi nasi di sana dengan lauk kambing 75 ribu rupiah, lauk daging sapi 60 ribu rupiah, dan untuk daging ayam 45 ribu rupiah. Untuk semua nasi sama sih. Ada pilihan nasi mandhi, nasi briyani, nasi bukhori, nasi kabsyah, nasi kebuli dan nasi samin. Saya bingung juga sih apa perbedaan nasi-nasi tersebut. Hehehe…

Nampan untuk 5 orang


Selain itu juga ada pilihan nampan untuk 5 orang dan 10 orang. Untuk 5 orang dengan lauk kambing 370 ribu rupiah, lauk sapi 295 ribu rupiah, dan ayam 220 ribu rupiah. Sedangkan untuk 10 orang dengan lauk kambing 730 ribu rupiah, lauk sapi 575 ribu rupiah, dan ayam 440 ribu rupiah.

Kami memesan nasi mix nampan untuk 5 orang dengan lauk kambing. Nah iya, enaknya di sana kalau kita bingung mau milih nasi apa, bisa memesan yang mix alias campuran. Jadinya aneka nasi itu bisa dinikmati.

Setelah nampan nasi tersaji, saya cukup kaget juga karena lauknya bergelimpangan banyak banget. Mana kambing kan lauknya. Bingung juga makannya karena bawa dua anak kecil. Akhirnya pinjam piring dan sendok lagi. Aneh ya pesan pakai nampan harusnya dinikmatin bareng-bareng gitu. Tapi walaupun kami pinjam piring dan sendok tetap dilayani dengan sangat baik. Juara deh service-nya.

Kentang Goreng


Untuk minumannya ada minuman ala arabia juga seperti haleeb ma’hal atau susu kapulaga, haleeb saffron atau susu saffron, atau asheer tamer alias jus kurma. Tapi hari itu kami lebih memilih minuman ala Indonesia saja. Es teh dan es jeruk. Selain itu juga aneka camilan. Saya tertarik dengan sambosa, sayangnya lagi kosong jadi hanya memesan luqaimat alias roti goreng cokelat dan kentang goreng.

Roti coklat ala arab
luqaimat alias roti goreng cokelat 

Tak berapa lama, nasi pun datang. Disajikan di atas nampan dengan lauk kambing ada lima porsi gitu. Dan lauk per porsi besar-besar. Di atas lauk ada bawang Bombay. Sajian semakin lengkap karena dilengkapi dengan sambal dan acar.



Baca juga : Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih Jakarta

Bagaimana dengan rasanya?

Enak dong. Nasinya sih saya, suami, kakak, dan kakak ipar sepakat lebih suka nasi briyani. Mungkin karena aroma rempahnya berasa gitu. Tapiiii…. Yang juara adalah lauk kambingnya. Sepertinya memakai kambing muda, dan dibakar gitu. Jadi, daging kambingnya empuk, bumbunya berasa sampai ke dalam, dan ada caramelized gitu di bagian luarnya. Begitu dimakan bersama dengan nasinya, beuuuh, petchaaah deh. Enak banget.

Kata kakak saya enggak nyesal jauh-jauh ke Amuntai buat makan di sana dan dia berniat buat kapan-kapan ke sana lagi untuk berwisata kuliner ke sana. Sementara saya tertantang untuk bisa memasak makanan arab. Hahaha….

 


3 komentar:

  1. Ke sana kah lagi? Kalo mudik lebaran, buka gak ya?hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa ditanya ke instagramnya dulu sebelum ke sana :-)

      Hapus
  2. Wahh enak banget bisa menikmati nasi Arab,aku suka sekali, tetapi pengen icip kok jauh ya

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...