Sabtu, 03 November 2018

Kecelakaan Pesawat dan Pengingat Kematian


"Ada pesawat Lion Air Jakarta - Pangkal Pinang hilang kontak." 

Sebaris pesan dari teman saya di sebuah WA grup membuat saya tersentak. Walau tak ada keluarga atau kenalan yang saat itu melakukan penerbangan dengan rute tersebut, tetap saja kabar itu terasa bikin ngeri juga sedih dalam waktu bersamaan. Apalagi saat dikonfirmasi kalau pesawat tersebut beneran jatuh. Rasanya hati ikut tersayat. Terlebih saat melihat foto dan berita tangis para keluarga. Tak terasa air mata juga ikut mengalir. 

"Jadi ngeri naik pesawat" 


Komentar itu mungkin terlontar dari beberapa orang. Padahal pesawat merupakan moda transportasi teraman dibanding yang lain. Persentase kecelakaannya termasuk kecil. Justru persentase kecelakaan di darat lebih banyak daripada di udara. Walaupun begitu, karena satu kecelakaan akan disorot seluruh dunia, jadilah kecelakaan pesawat menjadi perhatian banyak pihak termasuk saya. 

Dewasa ini, kebutuhan untuk menggunakan transportasi udara tak terelakkan lagi. Dengan alasan keefisianan waktu juga tenaga kita lebih memilih naik pesawat ketimbang jalan darat atau udara. Saya sendiri semenjak menikah menjadi beberapa kali naik pesawat dalam setahun karena sesekali saya akan mudik mengunjungi orang tua. Atau saat suami dinas, dan saya tidak ingin di rumah sendirian, lebih baik saya mudik dan menghabiskan waktu bersama kedua orang tua saya. 
Saat terbang bersama Lion Air

Dari pengalaman beragam waktu menaiki pesawat, ada kalanya saya mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan. Pernah satu kali saat naik pesawat menempuh perjalanan yang lumayan jauh, ada goncangan di pesawat. Sehingga setengah gelas kopi tante yang duduk di sebelah saya nyaris tumpah, sebelum saya bergegas memegang gelas tersebut. Sementara saat itu, tante saya dan nyaris semua penumpang tertidur karena memang pesawat baru lepas landas tepat tengah malam.

Ketika itu pramugari dan pramugara tampak panik dan berjalan bergegas. Saya pun jadi ikut panik dan memandang mereka dengan tatapan heran dan cemas. Rupanya tingkah saya mendapat perhatian salah satu di antara mereka, dan kemudian mereka memberikan kode-kode ke rekannya. Jadinya yang tadinya berjalan bergegas menjadi lebih santai. Mungkin saat itu bukan ada gangguan di pesawat, tapi karena mereka para kru pesawat mau menyiapkan sesuatu. Makanan misalkan.

Pernah juga dalam perjalanan Banjarmasin ke Balikpapan, pesawat yang saya tumpangi sedang berada di tengah cuaca buruk sehingga ada goncangan di pesawat. Refleks saya dan ibu-ibu di sebelah saya berpegangan tangan dan mengucap takbir. Padahal kami sama sekali tak saling kenal dan tak saling bicara selama perjalanan. Namun, kondisi tersebut membuat saya dan ibu itu tak ragu saling menautkan tangan. Setelah pesawat kembali terbang normal, kami saling pandang dan tertawa lega bersama. Si ibu kemudian bercerita tentang kecemasannya menaiki pesawat.

Pengalaman tidak enak lainnya terjadi di tahun 2010. Saat itu, saya dan keluarga akan berangkat menuju Surabaya karena ada saudara sepupu saya yang akan menikah di sana. Pesawat pagi yang akan membawa kami ke Surabaya sudah kami naiki. Perjalanan Banjarmasin ke Surabaya tak memakan waktu lama, saya berharap pesawat segera sampai. Bayangan akan jalan-jalan di Surabaya membuat hati saya gembira.

Tapi semenjak terbang sampai beberapa menit di udara, suara bunyi pesawat terasa sangat bising. Terbangnya pun tak sekalem biasanya. Garadak garuduk. Jantung saya berdebar lebih kencang dari biasanya. Penumpang cukup hening saat itu yang membuat saya berpikir mungkin kekhawatiran saya saja yang berlebihan. 

Namun saat menatap tingkah kedua paman saya yang duduk tak jauh dari saya, membuat saya meyakini kalau penumpang lain juga merasakan hal yang tak biasa di pesawat itu. Salah satu paman saya mengambil sesuatu dari dalam tas dan itu adalah butiran tasbih. Sementara satu paman lainnya juga merogoh sesuatu dan mengeluarkan peci putih kemudian memakainya. Saya pun menggenggam tangan mama yang ada di samping saya. 

Kekhawatiran saya semakin menjadi saat ada pengumuman kalau pesawat tak mungkin melanjutkan perjalanan ke Surabaya dan akan berbalik arah kembali ke bandara Syamsudin Noor. Jantung saya makin berdegup kencang. Kalau tak memungkinkan melanjutkan perjalanan ke Surabaya, apakah masih memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan kembali ke bandara keberangkatan? Bagaimana jika pesawar jatuh sebelum kembali?

Mama meminta saya untuk terus berdzikir. Apalagi yang bisa dilakukan manusia di saat itu selain menguatkan doa dan dzikir. Rasanya saat itu, saya benar-benar berada di ujung kematian. Yang saya pikirkan adalah amal kebaikan saya sungguh tak banyak, sementara dosa begitu banyak, dan saya belum siap sama sekali menghadapi kematian. 
Pesawat terus terbang, sampai di jarak tertentu, sepupu saya mengabarkan "Sudah kelihatan daratan (Sebelumnya lautan). Paling tidak kalau jatuh, lebih mudah ditemukan." Begitu kata sepupu saya di tengah situasi genting tersebut. 

Saat roda pesawat menyentuh daratan, bukan main leganya saya juga penumpang yang lain. Ketegangan berubah menjadi senyum penuh kelegaan. Tiap penumpang kemudian berbagi kecemasan mereka saat menanti turun dari pesawat, juga di bus menuju terminal keberangkatan. 

Pengalaman itu membuat saya teramat takut naik pesawat. Padahal beberapa jam setelahnya, saya kembali naik pesawat melanjutkan perjalanan ke Surabaya yang tertunda. Sampai di Surabaya saya hanya meringkuk tidur siang di kamar hotel. Bayang kematian yang bisa saja menyergap saya pagi tadi membuat kehilangan minat melakukan apa pun. Apalagi jika mengingat kalau 3 hari ke depan, saya akan naik pesawat lagi untuk pulang ke Banjarmasin.

Saya pun sempat berujar ke mama kalau saya beneran jera naik pesawat. Sekarang mama sering mencandai saya, kalau yang dulu bilang jera naik pesawat, justru paling sering bolak balik pakai pesawat dibanding anggota keluarga yang lain karena kemudian saya merantau mengikuti suami dan sering bolak balik mudik atau ngintilin suami dinas ke luar pulau
di udara

Pesawat dan kematian. Seolah dua hal yang tampak nyata walaupun sebenarnya langka. Orang yang wafat di atas tempat tidur lebih banyak ketimbang yang wafat di udara. Tapi seperti yang pernah tante saya bilang ke saya, Saat kita naik pesawat, ya kita juga harus bersiaga akan kematian. Sekilas memang itu betul, padahal bersiaga akan kematian juga tak hanya ketika kita akan menaiki pesawat.

Tentu masih segar dalam ingatan kita musibah yang terjadi di Palu. Saya menonton rekaman CCTV dan video pada saat kejadian. Kehidupan tampak sangat normal. Sebelum goncangan dahsyat dan sapu tsunami menghantam. Melihat ada mobil yang melaju di jalanan, kemudian terhenti karena di depan jalan penuh dengan serpih-serpih kayu, dan tak lama kemudian tsunami menghantam menghempaskan mobil tersebut membuat hati saya ngilu dibuatnya. 

Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi dan saya ketakutan menghadapinya. Ketakutan yang tak lantas membuat saya lebih beribadah atau lebih mendekat pada Tuhan. Terkadang saya bingung sendiri, saya takut mati, tapi sesantai dan seadanya beribadah. Padahal saat kematian belum datang adalah kesempatan kita untuk menambah pundi-pundi amal kebaikan karena hanya itu yang akan kita bawa.

Kematian juga bisa datang kapan saja. Sesuai dengan takdir kita masing-masing. Ia tak menunggu kesiapan kita, kita lah yang harus selalu siap sedia menghadapinya. Tidak hanya saat akan melakukan perjalanan naik pesawat tapi juga dalam situasi apa pun. 

Mama saya selalu berpesan, kalau melakukan perjalanan, lakukanlah perjalanan dengan niat yang baik. Bukan sekadar hura-hura. Jika kematian menjemput saat itu, semoga niat baik itu menjadikan kita diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin... 

Duka cita mendalam untuk para korban pesawat Lion Air JT610. T_T

2 komentar:

  1. Aku juga agak ngeri mbak, padahal rencana mau ke Manado naik pesawat..

    BalasHapus
  2. Mati itu syarat masuk surga, karna kalo mau ke sana ya harus mati dulu, tapi syarat dan ketentuan berlaku..🤭

    BalasHapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...