Kamis, 08 Juli 2021

Menikmati Nasi ala Arab di Sajie Balikpapan

 

Sajie Balikpapan

Saya suka masakan Arab, terutama nasi-nasiannya. Mungkin karena saya pecinta nasi pera dan nasi Arab dengan beras basmatinya adalah kategori nasi pera. Saya pernah berseloroh kepada suami dan bilang kalau ia kerja di Timur Tengah sepertinya saya lebih mudah beradaptasi dengan masakannya ketimbang ia kerja di Asia Timur seperti Jepang atau Korea. Padahal siapa juga mau tinggal di luar negeri? Hehehe…

Dulu saat umrah, saya ikut mengantre di salah satu kedai makanan yang menyajikan nasi Arab. Lupa di Mekkah atau Madinah. Yang pasti di sana semua pria, dari pegawai sampai yang belanja. Saya sendirian perempuan. Melihat saya perempuan sendiri, salah seorang pengunjung berteriak. “Ladies first.” sambil menunjuk saya. Saya dipanggil karyawannya dan dilayani lebih dulu. Kemudian sekotak nasi Arab berpindah ke tangan saya setelah saya menyerahkan beberapa riyal ke mereka.

Sajie Resto di Jalan MT Haryono Balikpapan

Ini bukan di Arab tapi di Balikpapan. Sajie namanya. Salah satu kedai masakan Arab di Balikpapan. Baru beberapa bulan ini buka. Dulu saya pernah menulis tentang Really Cake, kue artis punyanya Prilly. Nah, di sanalah tempat nasi Arab itu berada. Di Jalan MT Haryono, seberang Waroeng Steak yang jadi sponsor pemain bulutangkis kesayangan kita itu : Daddies atau Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan.

Restoran Sajie dimiliki oleh Muhammad Sajie, seorang imigran Suriah yang bertahan hidup dengan berjualan Shawarma. Jadi, memang resepnya otentik dari Timur Tengah namun disesuaikan dengan lidah Indonesia. Sebenarnya makan di Sajie sudah saya dan suami rencanakan sejak lama. Tapi tak jadi-jadi. Suatu malam teman kantornya suami nge-WA mengirimkan foto sepiring nasi Mandie dan bilang recommended wajib coba. Tak perlu menunggu lama, esok harinya saya dan suami langsung beranjak ke sana.

 

Menu Sajie

Sabtu itu, saya dan suami sarapan jam 10 pagi, melewatkan makan siang jadi pas sore hari sudah dilanda kelaparan. Pas lah buat makan di Sajie. Di halaman Sajie, lahan parkir lumayan luas. Ada parkir khusus motor juga. Tentunya seperti layaknya rumah makan di zaman pandemi, ada tempat cuci tangan sebelum pintu masuk.

Duduk di sini minimal 4 orang

Pelayannya sigap membukakan pintu saat saya masuk. Bertanya berapa orang dan mempersilakan memilih tempat duduk. Sayangnya tidak bisa mengambil tempat lesehan ala ala Arabia karena untuk duduk di tempat lesehan perlu minimal 4 orang. Saya hanya datang berdua bersama suami.

Ruangannya ber-AC. Pelayan menyerahkan buku menu. Yang saya suka buku menu itu selain ada nama menu dan harga juga ada keterangan tentang menu tersebut. Tentu saja itu diperlukan karena beberapa menu masih terasa awam karena menu dari Arabia sana.

Menunya ada keterangannya

Akhirnya saya dan suami memesan nasi mandi ayam, nasi briyani kambing, baklava, sambosa, es kopi dan es jeruk. Buanyak ya. Tenang saya sudah bawa wadah untuk menampung kalau tak habis. Karena niat ke sana emang mau coba aneka menu.

Saya lupa berapa lama pesanan datang. Mungkin sekitar 10 menitan atau lebih. Tapi menurut saya masih dalam batas wajar menunggu. Tak selama menunggu antrean roti panggang Citra. Wkwkwk....

Nasi Mandi Ayam

Nasi mandi ayam dan nasi briyani kambing kemudian tersaji. Nasi Mandi, rempahnya lebih ringan ketimbang nasi briyani. Kalau teman-teman tidak terlalu suka rempah, nasi mandi adalah pilihan. Sementara untuk lauk ayam, saya rasa biasa saja tidak ada yang khas. Kalau lauk kambing nya. MasyaAllah, berempah dan empuk sekali. Daging dipotong tanpa ada perlawanan sedikitpun dan tetap bisa merasakan tekstur daging kambing tersebut. Sungguh menggoyangkan lidah saya. 

Nasi briyani kambing

Ketika nasi pertama kali disajikan kening saya berkerut dan pikiran saya bilang kalau enggak bakalan habis nih. Eh, ternyata habis juga. Porsinya tak sebanyak yang saya kira. Cukuplah untuk mengisi perut yang sedang lapar-laparnya.

Sambosa

Sambosa disajikan masih panas. Isinya full daging dengan bumbu rempah yang pas. Kriuk kulitnya dapat dan begitu digigit disambut oleh potongan-potongan daging. Sementara baklava, pastry manis berlapis-lapis disajikan dingin. Cocok buat dessert. Rasanya pun enak. Sambosa dan baklava perpaduan camilan yang pas. Satu gurih, satunya manis.

Baklava

Minumnya pun enak dan pas. Oh saya lupa mencicipi es jeruk suami. Es kopi yang saya pesan juga manis dan rasa kopinya pas. Kalau pecinta kopi manis ala kopi instant ya bakal suka. Hehehe...

Saya dan suami pun selesai menyantap hidangan kami sore itu. Menurut saya, di Sajie adalah sajian nasi Arab terenak yang pernah saya coba di Balikpapan. Semua hidangan tak ada yang gagal di lidah saya. Ada sisa sepotong baklava dan sambosa yang kemudian saya pindahkan ke snack box yang saya bawa. Selanjutnya saya beranjak ke kasir. Kalau kata Nex Carlos saatnya bayar bayar. Hehe...

Totalnya saya membayar 234 ribu rupiah. Dengan rincian :

Struk Sajie. Harga Sajie Balikpapan

Malamnya saya video call dengan kakak saya. Saya bilang, saya tadi habis makan nasi briyani kambing. Seporsi 79 ribu. Kata kakak saya mahal sekali. Ia ternyata lupa kalau dulu pernah juga menyantap nasi Arab dengan menu kambing di Amuntai yang seporsi 75 ribu. Beda tipis saja kan dengan Amuntai nasi Arab di kota yang dibilang kota mahal seperti Balikpapan.

Suami juga bertanya kepada saya, kapan rencana mau makan di sana. Saya bilang, tidak dalam waktu dekat. Yah bayarnya bisa 4 kali saya beli makan di angkringan Semar favorit saya. Wkwkwk... Tapi teringat menunya yang tak de gagal di lidah saya, rasanya ingin mencoba menu-menu lainnya di sana. Apalagi menikmati Shawarma yang dulu dijual Sajie sebelum restorannya dibuka. Semoga ada rezeki. Aamiin ya Allah.

8 komentar:

  1. Habis pandemi ke sini lagi kah? Atau gak perlu nunggu selesai?

    BalasHapus
  2. Harga mahal tak apa tentunya jika sebanding dengan cita rasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, Bang. Karena enak-enak jadi rela merogoh kantong lebih dalam :-)

      Hapus
  3. Wah makanan arab, belum pernah mencobanya. Pengin mencoba, tergugah dengan makanan di foto apalagi spot tempatnya bagus dan nyaman banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Merasakan gitu suasana ala² Arabia. Walau ga tahu juga apa di Arab sana kalau makan kaya gitu. Hehehe .. tapi saya emang suka makanan yg kaya rempah :-)

      Hapus
  4. Bolak-balik lewat sini penasaran pengen masuk sih cuma takut nggak sesuai dengan lidah, ternyata Aman ya... thanks artikelnya sista..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aman sih kak. Rada ke-Indonesia-an aja masakannya. Saya dan suami sih suka :-)

      Hapus

Terima kasih sudah memberikan komentar di blog saya. Mohon maaf komentar saya moderasi untuk menyaring komentar spam ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...