Dulu, saya pernah
sebegitu penasaran dengan yang namanya minuman cokelat. Konon katanya berbeda
antara minuman cokelat dengan susu cokelat. Apa daya yang ditemukan saat itu
hanya susu cokelat. Jadi, untuk waktu yang lumayan lama saya menyimpan
penasaran bagaimana rasanya minuman cokelat?
Ketika pada
akhirnya bisa menikmati, satu dua kali menyesap minuman cokelat, saya pun
mengambil kesimpulan bahwa kopi lebih segalanya dari segelas cokelat. Minuman
cokelat tak lagi jadi pilihan. Hingga kemudian, saya membaca sebuah novel karya
Prisca Primasari yang berjudul Heartwarming Chocolate.
Heartwarming Chocolate karya Prisca Primasari |
Novel ini punya
pembuka yang manis yang mendeskripsikan minuman cokelat dingin di kedai
Marzipan. Minuman cokelat yang punya rasa dark
chocolate yang pekat. Samar-samar, orang yang meminumnya bisa mengenali
manisnya susu. Minuman cokelat itu juga punya kadar kepahitan yang pas.
Teksturnya lembut dan kental.
Deskripsi tentang
minuman cokelat itu dipadukan dengan pengenalan tokoh utamanya. Adalah Viola,
seorang gadis yang menjadi perancang sepatu yang begitu menyukai cokelat dingin
di Kedai Marzipan. Ia membayangkan saat pulang kantor, bisa mencicipi cokelat
yang sudah ia beli di pagi hari. Namun, impiannya kandas. Cokelat itu diminum
dengan semena-mena oleh sang adik.
Hari berikutnya
juga sama, Viola lagi-lagi gagal menikmati minuman cokelat. Padahal saat
membeli, ia harus berebut dengan Auden, seorang mahasiswa yang sama-sama
menginginkan minuman cokelat dari Kedai Marzipan.
Di hari selanjutnya, Viola menemukan sebuah
kenyataan pahit bahwa Kedai Marzipan tutup. Di saat itulah ia kembali bertemu
Auden. Bersama Auden, ia menuju rumah tempat pemilik kedai Marzipan. Dari sana
kedekatan mereka terbangun dan mereka punya hal yang ingin mereka lakukan,
membuat cokelat selezat cokelat kedai Marzipan dengan dibantu sang pemilik
kedai Marzipan.
Tantangan membuat cokelat itu juga dibarengi
cerita kehidupan Viola dan Auden yang menambah semarak jalan cerita.
***
Ini novel kesekian karya Prisca Primasari
yang saya baca dan tetap buat saja juaranya adalah Priceless Moment. Membaca Priceless Moment di waktu dulu saya baper
sebaper-bapernya. Bahkan saya menobatkan Priceless Moment sebagai salah satu novel
terbaik yang saya baca di tahun 2014 silam.
Baca juga : Priceless
Moment karya Prisca Primasari
Sedangkan Heartwarming Chocolate, walaupun
saya betah membacanya hingga akhir, tapi saya tidak terlalu baper. Mungkin
selera saya untuk karya Prisca kali ini tidak berbanding lurus dengan selera
penulisnya, sehingga saya tidak terlalu merasakan kebaperan saat membacanya.
Di novel ini, memang disebutkan tentang
selera yang berbanding lurus. Cokelat yang kita nikmati rasanya mungkin berbeda
dengan yang dinikmati orang lain walaupun cokelat yang sama karena itu
berhubungan dengan SELERA. Seperti
halnya saya lebih menyukai Priceless Moment dibanding novel Prisca yang lain.
Tidak perlu diperdebatkan, pun, tidak perlu dipaksakan.
Membaca novel ini saya dibuat penasaran
dengan bagaimana membuat cokelat yang lezat seperti yang dipelajari Viola dan
Auden. Membaca ini juga membuat saya mampir berkali-kali di sebuah kedai untuk
menikmati minuman cokelat. Akibatnya berat badan jadi naik lagi dan lagi L dan ingin
mencoba minuman cokelat di beberapa kedai, juga ingin mencoba meracik cokelat
sendiri walau kemudian malas karena banyak perabotan yang digunakan selepas
membuat cokelat. Malas nyuci :p
Walaupun begitu ada beberapa hal yang saya
sukai dari novel ini. Selain minuman cokelat, saya juga suka bagaimana
hangatnya hubungan persaudaraan antara Auden dan Viola. Walaupun terkesan tidak
akur, tapi mereka terasa saling melindungi dan menyayangi, seperti hubungan saya
dengan kakak saya. Hahahaha... Hubungan keluarga yang terjalin di novel ini
terasa hangat :-)
Hanya saja, saya menyayangkan adanya kontak
fisik yang berupa pertemuan, ehem, dua bibir (nulisnya aja malu -_-). Iya sih
ini novel romance, tapi sebaiknya sih
adegan seperti itu di-skip saja,
takutnya remaja-remaja yang membacanya ntar merasa hal seperti itu lazim saja
dilakukan. Padahal dosa. Novel-novel Orizuka tetap memesona tanpa ada hal-hal
seperti itu.
Baca juga : Apa Pun
Selain Hujan karya Orizuka
Terakhir, tentang bahan pendukung untuk
membuat cokelat seperti yang disebutkan menjelang ending novel ini. Saya rasa
bahan pendukung itu tidak hanya berlaku untuk proses peracikan cokelat, tapi
juga dalam banyak hal termasuk menulis. Apakah bahan pendukung itu? Bisa dibaca
di Heartwarming Chocolate ;-)
***
Judul :
Heartwarming Chocolate
Penulis : Prisca Primasari
Penyunting : Dila Maretihaqsari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku :
iv + 228 Halaman
ehem aku jadinya salfok deh sama pertemuan dua bibirnya sampe ke-skip isi ceritanya viola dan auden hahaha..
BalasHapusBelum pernah baca novel Prisca Prima Sari jadi blum bisa membandingkan novelnya. Lalu, kenapa judulnya Heartwarming Chocolate? Apakah minum coklat di kedainya sangat dominan? Salam kenal.
BalasHapusMalah jadi penasaran sama yang priceless moment nih :D
BalasHapusWah kayanya keren nih novelnyaaaa. Nanti cari aaahhh. Makasi reviewnya maaaak
BalasHapusSaya suka hot chocolate 😍 dibandingkan dengan kopi? Tentunya saya jauh memilih coklat. *gagal fokus* hehehe
BalasHapus